Chapter 1

26.5K 834 11
                                    

Nadine merasa keputusan nya untuk meninggalkan kota asalnya sudah cukup tepat.  Terlalu banyak kepedihan yang sulit dilupakan jika ia terus berada di sana.  Kematian ayah dan ibunya karena kebakaran rumah mereka, membuat hidup nya benar benar hancur. Ia harus merelakan kehilangan kedua orang yang sangat disayangi nya, termasuk kehilangan semua harta bendanya.

Keluarga mereka bukan orang yang mampu untuk membayar asuransi, Karena itu Nadine pun harus berjuang dengan sisa sisa tabungan yang ia miliki.

Nadine melihat ke luar jendela bus yang ia tumpangi. Bus melaju dengan kecepatan sedang di jalan poros antar kota yang tidak terlalu ramai. Nadine ingin mencoba mencari kerja dan peruntungan di kota sebelah, kota yang berjarak 12 jam perjalanan dari kota di mana ia dibesarkan. Sejujurnya ia tidak memiliki persiapan apa apa, ia tidak punya kenalan,  rumah yang akan ditumpangi sementara di kota tujuan pun tak ada.  Tapi Nadine berpikir mungkin ini pilihan terbaik yang bisa dilakukan dan membantunya memulihkan luka akibat kehilangan kedua orang tuanya

"perhatian perhatian,  ini adalah perberhentian pertama kita,  hanya untuk ke toilet,  tapi jika tidak ada,  kita langsung lanjut ke perberhentian berikutnya " kondektur bus berteriak menyampaikan pengumuman

"saya mau ke toilet "  Nadine mengangkat tangannya

"baiklah hanya 5 menit,  toilet yang di ujung ya,  hanya toilet dan tidak ke mana mana termasuk ke mini market yang di sebelah sana. " kondektor mengingatkan

"hm.. Kalo masih bisa ditahan.... Mending di perberhentian berikutnya saja" ibu yang duduk di samping Nadine memegang tahan Nadine

"kenapa bu? "

"hm.....daerah ini bukan daerah aman,  ini daerah konflik "ibu itu bergumam rendah

"serius bu? " Nadine sedikit terkejut

"Tampak nya kamu baru pertama kali keluar kota,  atau baru pertama kali lewat di sini. Lihatlah tidak ada satupun orang yang turun" ibu itu berbisik dan mengedarkan pandangannya ke dalam bus

"aku benar benar kebelet,  bu"

"hati hati,  dan hanya ke toilet yang di ujung ya? "

Nadine mengangguk dan segera mengambil syal nya dan turun dari bus,  angin sore bertiup agak kencang.  Ia menuju ke toilet yang ditunjuk oleh supir dan kondektur bus.  Nadine segera masuk ke dalam toilet.

Setelah keluar dari toilet,  Nadine merapaikan dirinya di depan cermin besar yang ada di dalam toilet.

Perberhentian yang aneh,  tak satupun penumpang yang turun,  dan area ini benar benar sepi

Nadine membatin. Dengan acuh dia keluar dari toilet,  bus berhenti dengan kondisi mesin masih menyala.  Dari jauh Nadine melihat ada sebuah mini market,  hanya 100m dari bus. 

Kurasa tidak ada salahnya jika mampir sebentar ke sana,  hanya 2 menit

Nadine merogoh saku celananya nya dan menemukan sedikit uang.  Ia berjalan ke arah mini market dan berniat membeli sedikit minuman dingin untuk mengurangi rasa haus dan laparnya.

Nadine mendorong pintu mini market,  sepi,  tapi cukup sejuk dengan hembusan AC. Nadine dengan cepat menuju ke lemari pendingin dan menarik beberapa botol,  menuju ke kasir untuk membayarnya.

"ini saja? " pria tua yang menjaga mini market itu bertanya

"iya... Ini saja pak... " Nadine mengangguk dan merogoh saku celananya

Brak....

Tiba tiba pintu mini market didobrak dan seorang pria masuk buru buru.  Nadine dan pria tua yang berada di meja kasir sama sama terkejut.  Pria itu tampak terengah engah dan memandang berkeliling seolah mencari sesuatu

(Un) Perfect Life (TAMAT/TERBIT) PINDAH KE KUBACATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang