28

10.9K 1.8K 175
                                    

Selasa (20.28), 17 November 2020

Akhirnya...

Konflik terakhir!

--------------------------

Tiga bulan berlalu sejak John membawa baby Bo dan Zie tinggal di rumah besarnya bersama sang Mama. Selama itu, Zie turut membantu menyelesaikan krisis yang dialami L&J Group. Dan kini, segalanya telah membaik meski belum bisa dibilang selesai.

"Leon tidur di sini lagi?" tanya Zie begitu ia tiba di ruangan John.

Memang Zie menolak mendapat jabatan resmi. Namun dia selalu datang secara rutin ke kantor untuk membantu mengatasi krisis yang melanda. Tentu saja setelah selesai mengurus baby Bo di pagi hari lalu membiarkan si kecil bersama neneknya. Hingga dia tidak pernah datang bersama dengan John.

"Ya." John meringis. "Sepertinya dia akan terus begitu sampai segalanya benar-benar selesai."

Zie menipiskan bibir. "Biar kulihat," katanya lalu keluar dari ruangan John dan pergi ke ruangan Leon yang berada tepat di sebelah.

Tanpa megetuk pintu, Zie menerobos masuk dan mendapati Leon sudah duduk di balik meja besarnya dengan penampilan rapi dan tatapan serius mengarah pada dokumen-dokumen di atas meja.

"Kau tidak pulang?" tanya Zie sambil berkacak pinggang.

"Masih banyak yang harus kukerjakan."

"Kondisi perusahaan sudah kembali stabil. Kau tidak perlu terus menerus lembur dan mengabaikan kesehatanmu."

Leon tersenyum saat mendongak menatap Zie. "Terima kasih karena kau selalu memperhatikanku. Tapi aku berniat menyelesaikan sebanyak mungkin pekerjaan sebelum mengajukan cuti. Jadi kerja kerasku cukup setimpal."

"Cuti?" Kening Zie berkerut. "Kau mau ke mana?"

Leon menyeringai. "Menemui calon istriku dan merayakan ulang tahunnya."

"Rana?"

"Memangnya siapa lagi?" Leon berdecak lalu mengibaskan tangan ke arah Zie dengan sikap mengusir seraya kembali memperhatikan dokumennya. "Sudah sana pergi. Jangan ganggu."

Leon sudah menceritakan segalanya yang terjadi antara dia dan Rana. Zie merasa bersyukur mengetahui hal itu. Rasa bersalahnya pada Rana mulai berkurang menyadari bahwa ada lelaki lain yang bisa memberikan Rana kebahagiaan.

Yah, Zie masih tak bisa menyingkirkan rasa bersalah di hatinya karena merasa merebut John dari Rana. Meski semua mengatakan bahwa pernikahan antara Rana dan John memang sudah rusak sejak awal, rasa bersalah itu tetap bertahan di hati Zie.

"Kenapa masih di situ?" Leon melotot kesal. "Aku jadi tidak bisa konsentrasi."

Mendadak Zie tersenyum lalu mengambil pen di tangan Leon dan meletakkannya di meja. Leon mengerutkan kening melihat itu dan hanya menurut saja ketika Zie menarik lengannya agar ia berdiri.

"Apa—"

"Kau bisa mengajukan cuti lebih awal." Zie menyeringai. "Pekerjaanmu serahkan saja padaku. Aku masih akan membantu di sini sampai masalah perusahaan benar-benar selesai."

"Oh, tidak. Kau memang jenius dalam berbisnis, Zie. Tapi tidak semua pekerjaanku bisa kau selesaikan. Aku tidak mau segalanya kacau begitu aku kembali."

Zie melotot. "Jangan meremehkanku."

"Bukan meremehkan. Hanya waspada." Leon menepuk pipi Zie dan berniat kembali duduk namun Zie menahan lengannya. "Apa lagi?!" seru Leon setengah kesal.

"Kalau kau bisa menggantikan pekerjaan John selama dia pergi, John juga bisa menggantikan pekerjaanmu. Lagipula aku merasa mual melihatmu yang kurang istirahat. Persis seperti mayat hidup. Karyawan lain pasti juga merasa begitu."

The Baby's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang