Satu: Magic User

5.1K 512 70
                                    

Awan mendung di langit luas itu menjadi saksi pemakaman yang sepi pelayat tengah dilaksanakan. Sepuluh pelayat menundukan kepala dan berdoa untuk dua jasad yang kini sudah dikubur. Diantara sepuluh pelayat hanya dua orang yang nampak terpukul akan kematian ini. Salah satunya adalah pria bersurai hitam dengan pakaian serba hitam dan matanya yang berwarna coklat cantik itu hanya bisa menunduk melihat gundukan tanah makam kedua orang tuanya.

"Hiks... appa, eomma..."

Matanya yang berwarna coklat indah itu bergulir menatap ke sebelahnya dimana sang adik yang terpaut usia dengannya 10 tahun tengah menangis sesegukan. Seokjin, nama pria yang berusia 23 tahun itu hanya bisa mengelus bahu adiknya menenangkan. Sebenarnya Seokjin juga sama ingin menangis terisak seperti adiknya tapi dia menahan. Kalau Seokjin ikut menangis lalu siapa yang menenangkan adikny? Adiknya hanya punya dirinya.


Tes... Tes....



Gerimis mulai melanda bumi. Payung hitam yang ia bawa pun dibuka untuk memayungi dirinya dan sang adik. Bahunya dan bahu adiknya basah terkena tetesan air hujan dari payung yang ia gunakan tapi keduanya tidak peduli. Seokjin menatap makam ayah dan ibunya secara bergantian lalu mendongak menatap gelapnya awan yang mengantung di atas sana.

"Bahkan langit pun ikut menangis."


Seokjin melihat ke pelayat di sekitarnya. Delapan orang dan mereka semua nampak datar. Mungkin mereka datang untuk balas budi karena semasa hidup orang tuanya berperilaku baik dengan mereka apalagi ayahnya. Seokjin tau mereka semua tidak terpukul atas kepergian kedua orang tuanya terlihat dari ekspresi wajah mereka. Ya, siapa yang terpukul dengan meninggalnya seorang pengkhianat pack? Mungkin begitulah pikir mereka. Mereka bahkan mengatakan dengan gamblang bahwa seharusnya Seokjin beruntung karena orang tuanya dimakamkan dengan layak di sini. Alpha dari silver packpack tempatnya tinggal- sudah berbaik hati memakamkan orang tuanya dengan layak. Serigala itu hewan yang sangat setia yang berarti werewolf seperti mereka juga setia. Mereka sangat benci pengkhianat.

Satu persatu pelayat sudah pergi meninggalkannya dan sang adik. Seokjin juga sadar tidak mungkin dirinya berada di sini terus. "Jungkook, ayo kita pulang." Ajaknya.

Bocah berusia tiga belas tahun itu menggeleng, "Tidak mau. Appa, eomma."

"Baju kita basah. Kalau kita terus di sini kita bisa sakit." Bujuknya.

Jungkook melihat baju bagian bahunya yang basah lalu beralih ke bahu sang kakak. Jungkook sadar kakaknya terlalu banyak membagi payung untuknya sehingga bahunya tidak sebasah milik kakaknya –setengah tubuh kakaknya basah. Jungkook melihat wajah sang kakak; pucat dan lelah. Lalu bocah bersurai hitam dengan matanya yang berwarna abu itu mengangguk. "Kita pulang." Ajaknya.

Seokjin mengangguk, "Ya, kita pulang."

.

Di dalam rumah, mereka sudah mengganti baju dengan yang kering, surai Seokjin masih agak basah. Kini keduanya tengah menyiapkan kasur untuk tidur mereka. Seokjin dan Jungkook tinggal di rumah kecil di salah satu pack besar bernama silver pack. Di sini terdapat empat pack besar; red pack, blue pack, yellow pack dan yang terakhir silver pack. Nama pack diambil dari warna bulan dan fenomenanya.

"Hyung," panggil sang adik.

"Mmm?" Seokjin menanggapi seraya menyelimuti keduanya dengan selimut tebal. Udara saat tengah malam menjelang pagi sangat dingin jadi mereka membutuhkan selimut tebal untuk menghalaunya.

"Kenapa appa dan eomma dicap pengkhianat?" Jungkook menengok menatap kakaknya dengan mata sembabnya. "Appa dan eomma kan baik."

Luna and WizardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang