Sembilan: Rafe

2.2K 342 40
                                    

           Jungkook terbangun masih ditempat yang sama, dengan keadaan yang berbeda. Di castle dan keadaannya sudah membaik. Ini sudah seminggu dia sadar dari tidurnya yang lumayan lama. Jungkook duduk sejenak, meregangkan ototnya yang kaku lalu menyibak selimut dan turun dari ranjang. Saat kakinya menyentuh lantai pualam, hawa dingin langsung masuk. Jungkook bergegas menggunakan sandal dan meraih selimut untuk membungkus tubuhnya dengan selimut. Selimut itu menjuntai mengenai lantai dan Jungkook melangkah membiarkan selimut itu menyapu lantai. Sampai di jendela Jungkook terdiam sejenak.

           Jungkook membuka jendela tersebut dan semakin merapatkan selimut yang ia gunakan. Udara sangat dingin. Mata bulatnya melihat hamparan pemandangan di depannya. Seminggu di sini membuat Jungkook hapal bahwa tempat ini berada di ketinggian, tempat yang selalu ditutup kabut, dingin dan yang pasti, tempat ini terasa sepi.

          Jungkook berbalik, melangkah menuju kursi yang menghadap ke jendela. Walaupun dingin, Jungkook suka tempat ini. Tempat ini tenang dan sejuk. Paru-parunya yang kotor karena asap kebakaran seolah dibersihkan oleh udara bersih ini.

          Jungkook duduk di kursi, melepas sendal lalu menaikan ke atas kursi, dia peluk kakinya agar hangat dan bertopang dagu di lutut. Lalu tatapan matanya menerawang melihat pemandangan tenang dari balik jendela kamarnya. Pikiran Jungkook berputar, mengingat kejadian dimana dirinya baru bangun dari tidur panjangnya dalam keadaan bingung.

.

          Saat itu Jungkook terbangun dengan keadaan bingung dan asing. Dan saat itu di sebelahnya ada pria berbadan mungil yang memperkenalkan diri dengan senyum cerah sampai matanya menyipit lucu seraya berucap: "Hey, namaku Jimin. Dan aku harap kita bisa berteman." Pria mungil itu mengulurkan tangannya.

          Jungkook yang saat itu bingung karena baru sadar dari tidur panjangnya hanya mengerjap. Jimin pun berdecak lalu memaksa Jungkook berkenalan, memaksa berjabat tangan dengan ekspresi bocahnya. Jungkook hanya tersenyum lemah. Saat dia berkenalan dengan Jimin dari arah pintu masuk sosok pria yang lebih tinggi dari Jimin, menggunakan pakaian serba hitam yang membuatnya terlihat lebih misterius, langkah kakinya terdengar mengema di castle yang sepi ini. Sampai akhirnya Jungkook bisa melihat jelas wajahnya, Jungkook sadar dia gurunya; Taehyung seonsaengnim. Taehyung tidak banyak cakap. Pria yang menjadi gurunya hanya berujar; "Senang melihatmu sadar, penyihir."

          Jungkook hanya bisa menelan paksa air liurnya saat mendengar suara berat Taehyung masuk ke indera pendengarnya. Jungkook diam tidak menjawab gurunya. Jungkook melihat ke sekitar, mencari tau dimana dia sekarang. Well, tempat ini di dominasi dengan warna gelap, jendela berbahan kayu tertutup gorden, lampu di langit-langit kamar menyala. Jungkook yakin saat lampu itu dimatikan pasti gelap gulita. Oh, ada perapian yang nampak usang tidak pernah digunakan. Jungkook merapatkan selimut saat merasa hawa dingin menusuk tulang. Lalu matanya bersibobrok dengan mata Taehyung, Taehyung menyeringai saat itulah Jungkook melihat gigi taring yang mengintip dibalik gigi sang guru. Jungkook sadar dia di castle. Lebih tepatnya castle vampire. Dia selamat dari kebakaran dan masuk ke castle ini.

          Jungkook tidak tau apakah dia terjebak ditempat yang baik atau tidak.

.

.

          "Jungkook,"

          Jungkook tersentak dari lamunannya saat namanya dipanggil. "Ya?"

           Jimin yang memanggilnya, melangkah mendekati Jungkook. Jimin selalu sama, selalu menggunakan jubah hitam. Mengenai jubah hitam, Jungkook juga membawanya karena saat kebakaran itu terjadi Jungkook sedang membungkus tubuhnya dengan jubah sang ayah. Namun sekarang dia tidak tau dimana jubah itu berada.

Luna and WizardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang