2

85 13 4
                                    

Hari ke dua kuliah yang diawali dengan keributan dipagi hari. Bagi gue, ribut sama Jason pagi-pagi itu bukan hal yang baru. Tapi kali ini Jason emang udah kelewatan. Bayangin, dia udah ada dikamar gue jam 6 pagi. Karena ulahnya itu gue jadi ga sempet sarapan.

" siapa suruh lo lama bangunnya " ucapnya sambil mengemudi
" yaudah sekarang ke McD. Drive thru. " pinta gue
" ga sempet. Udah telat. Ini kita belum jemput siapapun " tolaknya mentah-mentah

Akhirnya gue pasrah dengan keadaan. Ide Rima ujung-ujungnya nyusahin gue. Ah kenapa juga Jason harus menerima ide Rima?

Jason membunyikan klakson mobilnya berkali-kali saat tiba didepan rumah Rima. Akibat ulahnya, Rima keluar dengan tergopoh-gopoh dengan sepotong roti ditangannya.

" bagi " gue mencomot roti Rima saat dia sudah berada didalam mobil
" heh gila! Gue belum sarapan! " Rima berusaha melawan gue namun usahanya tak berbuah manis. Rotinya terbelah dua.
" sama gue juga. Udah adil " ucap gue

Jason tetap fokus mengendarai mobilnya menuju rumah Rey. Beda halnya dengan gue dan Rima, Rey sudah berdiri didepan gerbang rumahnya dengan tangan yang menjinjing papperbag.

" nih " Rey menyerahkan papperbag yang tadi ia jinjing ke gue. Dengan bingung gue ambil papperbag tersebut
" apaan nih? " tanya gue
" sarapan buat lo. Tadi Jason telepon gue supaya bawain sarapan buat Princess Caca " jelas Rey
" uwwww. Thank you my bestie " ucqp gue sambil mencubit pipi Jason.
" jangan ganggu konsentrasi gue. Cepet makan sarapannya " ucapnya dingin

Dengan senang hati gue mengeluarkan isi papperbag tersebut lalu membaginya dengan Rima.

Kadang gue suka ngebayangin, gimana enaknya jadi someone special nya Jason. Gue, yang cuma sahabatnya aja tuh dia perhatiin sampe ke hal-hal kecil. Apalagi pasangannya coba.

" coba telepon Aya. Bilang kita udah hampir sampe " suruh Jason

Gue dengan sigap mengeluarkan ponsel gue dan menghubungi Aya sesuai perintah Jason.

" ga diangkat " ucap gue.
" telepon terus sampe diangkat, kalo dipertigaan depan dia ga angkat juga, kita tinggal " sahut Jason

Ya gitu si Jason. Lebih baik meninggalkan teman dari pada telat.

" ga diangkat Je " ucap gue.
" tunggu Je, jangan gitu. Kasian dia " sahut Rey
" lama " kesal Jason
" lagian dari sini kerumahnya masih ada waktu lima menit. Santai " Rey berusaha menenangkan Jason.

Sesampainya dirumah Aya, lagi-lagi Jason membunyikan klaksonnya berkali-kali seperti yang ia lakukan saat berada dirumah Rima. Namun bedanya disini tak ada tanda-tanda kehadiran Aya.

" telepon lagi " suruh Jason

Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya kali ini telepon gue diangkat. Aya hanya memberi keteramgan bahwa sekarang dia ga bisa berangkat bareng kita karna kakaknya dirawat dirumah sakit. Tak lupa permohonan maaf yang dia titpkan ke gue untuk yang lain karena telah membuat kita menunggu.

" kan... " dengus Jason
" yaudah jalan " sahut Rey

Waktu tersisa lima menit saat kami tiba dikampus, dengan cepat gue dan yang lain berlari menuju lapangan dimana ospek akan berlangsung. Kalau kayak gini sih bukan cuma Jason yang kesel, tapi gue juga.

" bisa-bisanya Aya memperlakukan kita kayak gini " Rima memulai dramanya dengan napas yang masih terengah-engah

Gue hanya menatapnya sekilas " yaudah Rim. Yang penting kita ga telat. Besok-besok kita tinggal aja dia kalo ga bisa dihubungi "

Ospek pun dimulai, seperti peraturan yang telah diberikan saat hari pertama ospek, letak mahasiswa yang berbaris tidak boleh berubah selama kegiatan ospek berlangsung. Alhasil barisan didepan gue kosong karena Aya ga hadir. Artha menoleh ke belekang dengan tatapan seolah bertanya dimana Aya?

bestieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang