01

22 7 15
                                    

"semua makhluk di muka bumi pasti akan meninggalkan buminya. semua orang akan merasakan titik terdalam untuk menyerah di hidupnya. itu wajar, bahkan semua harus merasakannya."

•••

Tanggal : Rabu, 15-07-2020
Pukul.    : 20.15

Telah dinyatakan meninggal Ibu Hanum Widjaya binti Joyo Widjaya.

Dan.. saat itu juga hati ku, badan ku, raga ku, begitu tidak berdaya. Aku telah kehilangan sosok yang sangat ku sayangin dan cintai. Ia adalah Nenek ku, betapa dekatnya aku dengan beliau, sungguh! Nenek ku ini baiknya tidak di ragukan. Sekarang, aku menangis se kencang kencangnya. Aku tidak kuat! Aku harus apa?

Aku berlari sekencang kencangnya untuk masuk kedalam kamar Nenek ku ini. Aku terduduk diam di depan pintu kamar Nenek, aku ingin menangis sejadi jadinya di kamar Nenek ku, aku memeluk selimut kesayangan Nenek. Begitu harum selimut Nenek yang ku dekap. Untuk terakhir kalinya, ku mohon! Aku ingin menghirup harum Nenek.

Malam ini, malam yang paling tidak aku sukai. Aku menyesal! Menyesal se-nyesal nyesalnya. Seketika, rumahku di pasangkan bendera kuning di setiap tiang garasi rumahku. Aku melihat keluar, terdapat sebuah kendaraan yang berbentuk persegi panjang, dan didalamnya terdapati sebuah jenazah. Ya, itu jenazah Nenek ku.

Ku melihat Paman Paman ku serta Ayahku menggotong jenazah Nenek ku. Seketika, aku tidak ada rasa takut memeluk mayat untuk pertama kalinya. Pada saat ku peluk Nenek untuk terakhir kalinya, yang kurasa hanyalah tubuh yang sudah kaku, dingin, dan membiru. Tidak ada lagi darah yang mengalir. Air mataku semakin deras! Aku tidak bisa menahannya.

Sampai sampai, sahabat kecilku memanggil.

"Kenya, ayo ikut aku dulu. Tenangkan dirimu" aku mengangguk.



"Ayo tenangkan, aku ada disini. Kau bisa peluk ku sepuas yang kau mau Kenya."

"Renjun.. Aku ga tau harus apa sekarang. Aku ingin Nenek kembali." kataku dalam dekapan Renjun.

"Kenya, aku juga ga tau harus apa. Aku cuma bisa nenangin kamu doang, maaf aku cuma pake cara memelukmu."

"Renjun, makasih aku sayang banget sama kamu. Aku gatau harus nyender ke siapa kalo kamu ga ada Njun." pelukku semakin erat.

"Udah, sekarang kamu tidur ini udah malem. Aku ga mau yah kamu sakit, besok kan kita mau ke makam Nenek." Aku mengangguk.



01.25

"Njun.. kamu masih bangun?"

"..."

"Oh, okay kamu udah tidur."

"Njun, aku takut ga kuat." mulai lah aku mendongeng.

"Kalo semisalnya aku nyerah di jalan, dukung aku ya Njun?"

"Aku pengen ikut Nenek aja kayaknya."

"Nenek pasti disana seneng yah Njun? Ketemu Kakek juga kan? Aku pe-"

"Diem. Sekarang kamu tidur yah, jangan sedih nanti aku ikut sedih." potong Renjun.

"Ga bisa, aku pengen ikut Nenek Njun."

"Kalo kamu gini terus, Nenek seneng ga liat kamu kayak gini?"

"Nenek udah tenang, Nenek gapapa disana, Nenek ngawasin kamu loh dari atas." ujar Renjun menenangi Kenya.

"..."

"Kenapa diem? Ga suka kan kalo Nenek liat kamu sedih terus terusan? Sama aku juga Kenya. Aku ga mau kamu nangis terus, sekarang ada aku disamping kamu. Jangan khawatir."

Lelah | Huang Renjun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang