#03

23 3 4
                                    

-Lara-

Di malam yang sunyi, semilir angin menyusup masuk di jendela kamar Abil. Angin itu menerpa dengan lembut wajah Abil yang kini tengah terduduk khusyu di atas sajadahnya.
Gadis kecil malang itu baru saja menunaikan dua rakaat sepertiga malamnya.

Kini sudut mata kiri Abil tak sanggup menampung air yang telah terkumpul, perlahan air itu menetes tanpa ia pinta. Sungguh, ia begitu merindukan sosok malaikat tak bersayapnya.

Untaian doa tak pernah lepas dari bibir Abil, di ruang yang sunyi dan cahaya remang-remang dari rembulan menyusup masuk dari jendela dilengkapi bisikan-bisikan tasbih dan dzikir.

Menunggu waktu Subuh, Gadis itu tergeletak di atas sajadahnya. Bibir tipis miliknya bahkan masih berbisik istighfar kepada Rabbnya.

Namun, saat ia baru saja terlelap, belaian tangan yang sangat familiar menyentuh dan mengusap lembut di kepalanya.

Begitu damai, hingga Abil merasa sangat nyaman mendapat buaian lembut di pucuk kepalanya yang masih terbungkus mukena.

Kedua mata Abil mengerjap, dan mendongak untuk mengetahui siapa yang memperlakukan dirinya selembut itu.

"M ... Ma ... Mama?" Bisik Abil dengan gugup seolah tak percaya.

Bayangan sosok perempuan cantik dengan cahaya putih yang menyertainya itu tersenyum tipis ke arah putri tercintanya.

Namun selepas itu, bayangan itu hilang. Gadis kecil itu kebingungan dan berteriak untuk mencari wanita hebat yang sangat sangat ia rindukan.

"Mama ..."

"Mama,"

Panggilan terakhir, "MAMA!!!" Abil berteriak, hingga membawanya kembali ke alam bawah sadarnya.

Nafasnya memburu, dadanya kembang kempis, Abil terbangun dari tidurnya dengan teriakannya.

"Astaghfirullah hal adzim ... Mama," Wajah cantik dan lucu dari Abil kini menampakkan kesedihannya lagi. Matanya berkaca-kaca, dan tak menunggu lama, air mata kembali luruh dari sudut matanya.

Abil meraup wajahnya pelan. Terlelap untuk sementara, namun Allah hadirkan malaikat tak bersayapnya itu ke dalam mimpinya.

Gadis kecil itu menangis dalam diamnya, hanya suara isakan yang terdengar dari mulutnya. Hatinya sedang berbisik kepada Rabbnya.

"Ya Allah, Meski hanya melalui mimpi, meski tak begitu lama, tetapi Hamba sangat bersyukur bisa engkau pertemukan dengan Mama. Rabby ... sampaikan pada Malaikat tak bersayapku, bahwa Hamba begitu merindukan sosoknya. Sosok yang tak akan pernah untuk ku temui lagi di dunia ini. Rabby, sesungguhnya segala sesuatu darimu akan kembali kepadaMu."

Gadis kecil yang masih dengan mukenanya itu meraih foto Sang Ibunda yang berada di atas nakas. Kini mulutnya yang berbisik mengeluarkan suara kecil nan sendu.

"Dear, Mama ... insya Allah Abil akan mejalani semua ini dengan sekuat dan seteguh iman Abil. Abil akan terus berdoa sama Allah buat menjaga Mama disana sampai Abil nanti menyusul.
Mama ... salam rindu dari putri kecilmu. Putri kecil yang kini telah tumbuh tanpa buaian kasih sayangmu. Mama, tenang di sana ya ... Abil tidak akan pernah lupa dengan wanita yang telah berjuang untuk melahirkan diriku. Satu harapku, aku ingin seperti Mama, aku ingin setangguh dan sekuat Mama. Namun nyatanya ... Mama akan tetap menjadi wanita paling tangguh yang aku punya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang