Gara - Gara Ali!

628 31 0
                                    

Sejak Ali menghilang dari pandangan ku dan bunda, berjuta pertanyaan terpancar dari mata bunda.

"Ketemu dimana, bie?" pertanyaan pertama bunda untukku dan pastinya akan ada pertanyaan berikutnya dan berikutnya.

"Dia clien aku bunda. Not someone special or my friend. Dia real rekan kerja."

"Tapi kok sampe ke apartemen?" pertanyaan ini juga yang aku belum tau jawabannya.

"Entahlah bund. Aku juga nggak tau. Aku mau lanjut beresin baju. Besok pagi harus ke bandara."

***

Aku memandang langit gelap dengan bulan dan bintang yang disembunyikannya. Malam ini mungkin akan turun hujan, tapi aku masih betah berada di balkon yang dapat membuat kondisi tubuhku semakin memburuk. Sejak Ali pulang siang tadi, aku berharap jawabanku 'ali ada clienku' akan menyelesaikan masalah, tapi aku salah. Srsampainya di kamar bunda tetap bertanya tentang laki-laki yang baru aku temui. Bisa dibilang baru, karena aku selalu bertemu asistennya dan sekertarisnya saja.

"Bie, dia ganteng loh."

"Biasa aja, semua memang bisa bilang ganteng. Tapi, ganteng kan bukan sebuah kepastian." memang benar kan? Ganteng bukan jaminan.

"Tapi, bunda liat. Dia, anak yang ramah, baik, santun, dan itu uda nilai plus loh." bunda tetep kekeh dengan argumennya.

"Tapi, bie belum suka dia."

"Belum? Berarti masih ada kesempatan donk." bunda mengucapkan kata-kata itu dengan senyuman.

"Kesempatan apa, bunda?" aku bingung melihat bunda yang hanya tersenyum. "Bunda?"

"Kesempatan jadi mantu bunda tentunya." ucapan bunda hanya bisa aku balas dengan elusan dada.

Mengingat keinginan bunda membuatku semakin gila malam ini. Besok aku harus pergi ke padang. Dan pastinya bersama Ali. Aku hanya berharap, urusan kerja sama ini cepat selesai.

Langit malam ini ingin menyaingi rasa gelap dihatiku.

***

Pagi ini aku sudah berada di Bandara. Bunda memang nggak ikut. Tapi, Papa, Bunda dan adikku mengantar ke Bandara. Pastinya Bunda yang meminta Papa dari Tangerang menjemput kami di Apartemen.

"Huh, gara-gara bunda. Aku kan jadi nggak bisa lihat siaran bola." gerutu adikku memainkan iphonenya. Bunda mengancap tak memberi uang jajan jika adikku tak ikut.

"Kenapa kamu dek?" tanyaku menyeruput teh hangat yang berada dihadapanku, kami sedang berada di salah satu tempat makan.

"Bunda pengen ketemu sama calon mantunya." ucapan adikku sukses membuat semua yang aku seruput keluar dengan lancar. Kaget, pasti!

"Kenapa loe ka?" ucap adikku dengan wajah datar.

"Calon mantu? Pacar loe dek?" tanyaku balik.

"Calon suami loe lah, ka. Masa pacar gue."

Oke, sekarang aku tau kenapa bunda ajak Papa dan adikku. Astaga, Ali membuatku gila. Gara-gara dia dateng ke apartemen, bunda jadi kepincut. Belum jadi mantu aja uda jadi nomor 1 dimata Bunda.

"Sudah lama?" suara itu, aku sangat kenal.

"Nak, ali." sapa Bunda. Dan pastinya yang berada dibelakangku saat ini adalah seorang Aliando yang menjungkir balikan kehidupanku. Gara-gara dia, aku harus melihat muka datar adik kesayanganku.

"Pa, ini yang namanya ali." yah, sekarang bunda memperkenalkan ali pada papa. Dan semua yang ada disini. Bagaikan dua keluarga yang lagi perkenalan keluarga, tapi bedanya ini nggak banget.

"Ali, om." ali salim ke papa. Papa hanya melirikku dan tersenyum seribu arti.

"Bunda, papa, ade, aku berangkat ya. Ade, jangan bandel." ucapku sebelum berpisah. Dan yang paling bikin aku kesel, bunda senyum manis liat aku, bukan aku sih, Ali yang berada di belakangku.

"Jaga bie ya nak ali." ucap papa.

"Iya, om. Berangkat dulu. Yang lain sudah menunggu di dalam."

Oke, ini adalah sekian kalinya seorang Aliando membuat gara-gara. Ah, aku nggak bisa membayangkan gimana acara ulang tahun Bunda nanti.

"Ya Allah, lancarkanlah semuanya."

***

Hy all...
Lama tak update. Hehehe... Maklum sudah mulai sibuk kerja. Pulang malam terus, libur pun dipake untuk bolak balik bekasi-jakarta, jakarta-bekasi.

Oke, ini hanya sedikit. Aku tau. Banya typo, pastinya.
Maafkan kekurangan ini, makasih uda mau baca. :-) 
Aku adalah pemula. :-).


Tatapan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang