I

44 4 0
                                    

Hampir 5 bulan sejak petarungan terakhir itu ,  kecederaan dan lukanya beransur pulih.

Aku sering mengabaikannya sebagai hukuman kerana melanggar persetujuan kami berdua .

Dia berulangkali meminta maaf namun aku berpura pura tidak mendengarkannya.

Kerana terlalu marah ketika mengingati bahawa aku tidak dapat melindunginya dan menepati janji ku sendiri agar dirinya tidak terluka lagi.

Aku keluar dari dojo untuk menenangkan marah dan kesedihan ku kehilangan adikku .

Tapi malah jadi lebih buruk ketika aku terlebih minum sake dan memabukkan diriku sendiri.

Saat ku membuka mata ku dipagi harinya aku dihadapkan dengan situasi dimana kami berdua tanpa seurat benang pun menutup tubuh dan berbaring dalam keadaan berpelukkan di futon dalam bilikku.

Seketika itu ingatan ku tentang malam sebelumnya muncul satu persatu.

Dimana aku pulang ke dojo dalam keadaan mabuk dan dia menangis melihatku.

Tanpa persetujuannya aku merengkuh paksa tubuhnya kedalam pelukkan dan menyeretnya ke bilikku menjadi ciuman kasar ku di seluruh tubuhnya lalu membuka kasar yukata membaluti tubuhnya yang meronta ronta sambil menangis.

Namun sedikitpun aku tak memperdulikan rayuannya agar berhenti.

Aku menyentuh tubuhnya tanpa keizinan darinya , dapat ku lihat keadaan tubuhnya yang dipenuhi lebam dan kesan gigitan.

Aku yang seharusnya melindunginya malah melukakannya.

Aku yang seharusnya menjaganya dengan baik malah memperburukkan lagi mimpi buruknya.

Aku malah menghancurkan senyumannya dengan tangisannya yang paling ku benci.

Aku tidak ingin terlena pada dirinya tetapi aku sendiri yang memulakannya.






  Seharusnya melindunginya.

[c] your scars | shinazugawa sanemiWhere stories live. Discover now