Hari Jumat sore selepas jam kantor berakhir, Seokjin bergegas dan berpamitan dengan beberapa rekan kerja yang ia jumpai hingga pintu keluar gedung. Wajahnya lelah namun berseri, tentu saja karena ia akan segera liburan bersama teman-teman kuliahnya di kota dulu mereka mengahabiskan masa-masa menyenangkan.
Pukul 16.25 WIB, Seokjin bergegas mencetak tiket yang sudah satu minggu lalu ia pesan dan segera naik ke peron jalur 2. Stasiun Gambir selalu lebih ramai dari hari biasanya, dipenuhi oleh Ayah yang ingin pulang bertemu isteri dan buah hati, anak-anak yang kembali pulang setelah lelah di kota rantau, atau seperti Seokjin; berhenti sejenak dari rutinitas, memilih untuk menilik kenangan dan bersenang-senang.
Semasa menjadi mahasiswa, Seokjin mempunyai banyak teman karena ia cukup aktif di organisasi tingkat jurusan, fakultas, maupun tingkat universitas. Bahkan, saat masih menjadi mahasiswa baru, Seokjin sudah bergabung di BEM Fakuktas Ekonomi dan Bisnis (FEB) sebagai staf magang divisi eksternal. Seokjin menjadi pengurus Hima selama dua periode, tahun pertama sebagai Staf Pengabdian Masyarakat, tahun kedua menjadi Kepala Bidang Kaderisasi dan Pengembangan Organisasi. Seokjin dikenal humble dan sangat pandai mengambil hati semua orang terutama adik tingkatnya, itu sebabnya sang Ketua Himpunan menarik Seokjin untuk mengisi jabatan yang sangat krusial demi keberlangsungan organisasi.
Tak mau hanya belajar dan berorganisasi, Seokjin mulai aktif sebagai pemain futsal fakultas. Menghabiskan setiap hari rabu dan jumat sorenya di lapangan futsal, hal yang ia lakukan hingga hari kepulangannya ke Jakarta selepas wisuda. Persahabatan Seokjin dengan rekan satu timnya bisa dibilang sangat erat, tentu saja akibat peluh yang mereka seka bersama disetiap latihan dan pertandingan.
Hari ini, Seokjin akan memulai reuni kecil dengan seluruh mantan pemain futsal FEB, manusia-manusia favorit yang memanggil dirinya dengan sebutan "Capt". Tanpa ia tau, di sana akan bertemu dengan orang yang paling ia rindu.
Kereta Api Bima, 16.40 WIB, Gerbong 2, 11D.
Seokjin duduk sambil sesekali mengecek ponsel untuk mengabarkan teman-temannya bahwa ia sudah di kereta. Kebiasaannya tetap sama, memandang keluar jendela sambil mendengarkan musik. Bukan tanpa alasan ia memilih jadwal keberangkatan sore, apalagi selain semburat oranye yang bisa ia nikmati dari jendela kereta.
Lima jam kedepan selama perjalanan, Seokjin akan sibuk dengan kenangan yang beradu dengan kereta yang berderu, berebut lebih dulu untuk mengingatkan Seokjin tentang memori di masa lalu. Kota itu terlalu dingin untuk hidungnya yang mengidap sinusitis dan alergi udara dingin, terlalu hangat untuk hatinya yang beku— kala itu. Empat tahun masa kuliah bukan waktu yang sebentar baginya, kenangan semanis madu dan sepahit buah pare ia rasakan bersama Namjoon, mantan terindahnya selama 3 tahun berbagi rindu.
***
Reuni tim futsal fakultas sudah lama direncanakan, diskusinya cukup panjang untuk menentukan waktu yang tepat karena kesibukkan masing-masing, belum lagi menyamakan jadwal cuti pelatih mereka yang ingin ikut serta dalam pertemuan yang pasti akan riuh dan hangat. Selain mendatangi kaki bukit tempat mereka sering berlibur setelah turnamen panjang selesai, mereka juga menyisipkan agenda wajib: bermain futsal— mereka sering menyebutnya dengan fun futsal. Rencana awal fun futsal ternyata bersamaan dengan jadwal acara bazaar yang sedang berlangsung di seluruh lapangan olahraga fakultas ekonomi dan bisnis. Seokjin harus menguhubungi Taehyung rekannya yang kini sedang melanjutkan S2 studi Manajemen agar meminjam lapangan futsal milik kampus. Lapangan futsal dan lapangan basket milik kampus berada di lokasi yang sama, di belakang gedung pertemuan utama yang biasa dipakai untuk wisuda mahasiswa. Lapangan ini tidak terlalu sering digunakan karena masing-masing fakultas sudah mempunyai lapangan sendiri untuk latihan rutin. Dulu, Seokjin sering menghabiskan waktu di kedua lapangan ini— ditonton dan menonton seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revoir | OneShot Namjin
RomansaKim Namjoon dan Kim Seokjin memutuskan untuk menolong dirinya masing-masing, melepas ikatan yang telah lama mereka jaga. Namun sejauh apapun mereka menjauh, pertemuan itu tetap membuat keduanya luluh.