"ru, biru!"
suara itu, terdengar begitu riuh dibalik keheningan ruang berukuran enam kali tujuh meter di salah satu gedung insitusi kenamaan di kota budaya. nampak seseorang dengan surai selegam jelaga terpekur dengan sebatang pensil dan juga buku khusus. dirinya terus larut akan kegiatannya dalam menyelesaikan apa yang diamanatkan oleh sang pengajar.
"biru, ndak denger opo, ya?"
yang sedari tadi menyerukan nama sang pemuda bergumam kesal, menggosok tengkuknya dengan wajah frustasi. perlahan mendekat, menepuk bahu tegap sang sosok.
"ngopo, gus?"
menoleh, sembari melepas earphone wireless yang sedari tadi ternyata melekat manis di kedua rungunya. membuat yang dipanggil gusㅡbagusㅡolehnya hanya memasang ekspresi datar. "bu indira udah ngasih aba-aba, kamu sama anak fotografi nanti wakilin kampus buat observasi di festival pendidikan dan budaya."
sosok itu mengangguk paham, kemudian merapikan perlengkapan untuknya menyelesaikan tugas. senyum menawan tersapu dengan luwes di parasnya. "masalah itu, tha." kekehan jenaka meluncur dari bilah sintalnya. "aku malah tau dari minggu kemarin. cuma yo gitu, aku belum tau siapa anaknya."
"lho kok iso? kok aneh yo udah h min berapa sampeyan belum tau arek e sopo." bagus menggelengkan kepalanya, berasumsi dengan lontaran khas suroboyoan-nya. "yo wes le masihan bingung tak bantu cari informasinya. tak tinggal dulu ya, ru."
anggukan sebagai jawaban, dan bagus melenggang santai keluar dari kelas. yang jelas, dirinya akan memanfaatkan koneksinya yang cukup luas untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya, demi sahabat dengan paras yang tidak manusiawi dan dipuja kesana-kemari, namun sebenarnya tidak mudah bersosialisasi itu.
suasana kampus hari itu ramai seperti biasa.
bagi afshar dirgantara aryadita sudah merupakan bagian dari rutinitas sehari-hari ketika dirinya harus berlalu-lalang dengan dslr yang ia kalungkan di leher jenjangnya.
lelaki manis yang genap berusia 20 pada tahun ini itu sesekali terkikik, ketika ingatan tentang kakak-kakaknya yang habis-habisan dihujani siraman rohani oleh sang ayah dan sang ibu pagi ini.
"dirga!"
kamera diturunkan, senyum sumringah terulas. empunya nama berbalik, mendapati tetangganya melambaikan tangannya heboh. kelahiran 22 september beranjak, menghampiri sang tetangga. "dalem? piye, tha?"
"nggak papa, cuma mau nyapa ae." sosok itu milirik ke arah sang lawan bicara. "sibuk buanget e kamu."
"iya, aku harus terus ngasah skill, soalnya ada tugas negara buat dokumentasi event besar nanti." yang dipanggil dirga tadi tepuk bahu mahasiswa lainnya. "tak duluan, yo. biar pas hari h iso nyawangi moment apik, hehehehe.."
berbalik arah, meninggalkan tetangganya yang masih mencerna keadaan.
setelah itu,
"lho, kok? jadi dirga iki sek bakal bareng sama iru wakilin kampus???"
terkejutlah ia.
[rambling's area] :
pemanasan dulu. hehehehe
oh iya kalian nyaman nggak sama tulisannya? ini enaknya narasi dialog pakai nama beda (narasi pakai real name, dialog pakai nama lokal) atau lokal dua-duanya?
serius lho iki mohon dijawab, ya?mengenai nama sagara itu berarti lautan, dirgantara itu langit.
eniwei, unlock character :
bagus sakha prambudi
- biasa dipanggil bagus
- mahasiswa fakultas seni rupa program studi strata satu desain interior, sekelas dengan sagara biru wilantara
- asli surabaya, domisili sekarang kabupaten magelang
- tetangga seberang rumah afshar dirgantara aryadita
- jnck adalah kata mutiara andalannyawell, this is bagus
faceclaim by kim sunwoo of the boyz
bagus mean is elok, bagus. sakha mean's kemurahan hati. the last one, prambudi mean's sejati, pandai.
KAMU SEDANG MEMBACA
sagara dan dirgantara
Fanfiction『 seungjin ft. 00z 』 tentang sagara dan dirgantara, serta kenangan di kota sejuta bunga lokal!au bxb lower case