7

526 77 15
                                    

                               *****

Pemuda tampan dengan postur tubuh yang tinggi itu, melangkahkan kakinya dengan perlahan.

Kaki jenjangnya menapaki jalanan trotoar, yang terlihat ramai akan orang-orang yang berlalu lalang.

Senyum tipisnya, terlihat mengembang dengan sangat diwajahnya yang rupawan.

Ditatapnya kertas berisi alamat rumah teman sekelasnya, yang entah kenapa tak masuk sekolah hari ini.

Ia mendapat kabar dari sang wali kelas, bahwa teman barunya itu tengah terkena demam tinggi.

Pemuda itu mengehela napas singkat, menyebrangi jalan begitu lampu merah menyala.

Kaki panjangnya dengan cepat melangkah, lalu berbelok kearah kiri.
Tak lama, ia menghentikan langkahnya di depan rumah paling besar di komplek itu, rumah keluarga Lee.

Pemuda itu tampak mengernyitkan keningnya bingung, sedikit ragu dengan alamat rumah yang didatanginya itu.

Karena seingatnya, rumah besar ini adalah rumah dari keluarga Lee Taeyong yang terkenal sangat dingin itu.

Pemuda itu menghela napas pelan, meminta izin pada salah seorang satpam, untuk membukakan gerbang itu untuknya.

Setelah menjawab beberapa pertanyaan sederhana yang diajukan, akhirnya ia diperbolehkan untuk masuk kesana.

Melangkahkan kakinya kearea pekarangan rumah, yang ia akui memang masih cukup asri, dan luas tentunya.

Pemuda tampan itu lalu berhenti, tepat di depan pintu besar dengan ukiran khas korea yang tertutup rapat.

Ia tampaknya sedikit ragu, apa tidak ada orang di rumah ini? Rumah Lee Taeyong terlihat sangat sepi saat ini.

Pemuda itu memencet bel sebanyak tiga kali. Namun tak ada seorangpun yang menjawab ataupun membukakan pintu.

Saat pemuda itu hendak berbalik, terdengar suara lembut menyapa indera pendengarnya, seketika ia menghentikan langkah kakinya.

" Johnny?" Panggil pemuda lain yang terlihat lebih pendek darinya.

Pemuda tampan bernama Seo Johnny itu tersenyum, begitu mendapati  Nakamoto Yuta yang tengah tersenyum kecil kearahnya.

Johnny mengernyitkan keningnya sesaat. Mengamati pemuda manis itu, yang kini keadaanya terlihat tidak terlalu baik.

" Ada apa John?."

" Aku hanya ingin memberikan ini. Jung sonsaengnim memberikan banyak sekali materi." Katanya seraya memberikan buku tulis miliknya pada Yuta.

" Aku takut kau tertinggal jauh, jadi aku menyalinkannya untukmu. Apa kau sakit?" Tanya Johnny. Ia juga menyadari, jika kulit putih Yuta terlihat semakin memucat.

" Iya aku sedang sakit, maaf lupa memberitahumu. Terimakasih banyak, kau baik sekali." Katanya pelan, disertai senyum simpul diwajah manisnya.

Johnny dapat melihat peluh menetes di dahinya, wajahnya juga terlihat sedikit memerah, napasnya pun sesak.

Sepertinya Yuta tidak berbohong. Penampilannya terlihat sangat kacau, entah kenapa ia jadi merasa iba.

Johnny kembali mengernyitkan dahinya. Mengamati Yuta untuk yang kesekian kalinya. Lalu tersenyum kecil, saat ia melihat sesuatu yang menarik dari pemuda manis itu.

' Ho~ begitukah?'

" Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan, mau masuk dulu John?" Kata Yuta, membuat Johnny tersadar dari lamunannya.

POLIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang