1 | Soha

116 26 6
                                    

*****

Sang Mentari mulai naik di perpaduan, sinar keemasannya menembus gorden coklat yang tampak mahal. Sensasi hangat dengan cahaya terang, terpaksa mengenai kulit wajah gadis yang tengah terkapar diatas ranjang. Bibirnya terbuka sedikit, dengan gumaman aneh yang keluar dari mulutnya.

Hingga pintu coklat diujung ruangan terbuka. Menampilkan pria berpenampilan formal, dengan jas hitam rapi yang membalut tubuh tegapnya. Sedetik setelah itu, suara jam bundar dinakas samping ranjang berbunyi nyaring.

Gadis pemilik rambut kecoklatan sedikit bergelombang itu langsung bangun dari tidurnya dengan kaget. Kedua kelopak matanya berangsur terbuka, menampilkan iris coklat muda yang terlihat indah.

"Katanya ada ujian?" tanya Pria berjas seraya menarik selimut tebal diatas ranjang untuk ia lipat.

"Ayah? Kenapa Ayah masuk kamarku?" bukannya menjawab gadis yang masih duduk diatas ranjang dengan piyama merah kusut itu bertanya kepada Ayahnya.

"Ayah mau ke Bali," bisik Pria berkumis tipis, masih melanjutkan acara melipat selimut milik putrinya.

Akhirnya gadis berambut coklat berantakan itu beranjak dari tempat tidurnya. Ia menoleh sekilas kearah Ayahnya, lalu berjalan menuju cermin besar disamping meja belajarnya. Ia ambil handuk putih disamping cermin, lalu mengalungkan handuk itu dileher jenjangnya.

"Mau ngapain? Liburan?" tanyanya, seraya merapikan rambut berantakannya. Ia tidak menoleh, tapi melihat pantulan Ayahnya di cermin.

"Liburan, sekalian bekerja," jawab Ayahnya santai, pria itu sudah selesai melipat selimut, kini ia beralih menata bantal.

"Bekerja? Ayah punya bisnis disana?" lagi-lagi gadis itu bertanya.

"Sampai kapan kamu terus tanya? Lihat sudah jam berapa?"

-

Ia bernama Soha. Iya, gadis berambut coklat bergelombang yang dikuncir, dengan tali kuncir rambut berwarna biru. Mata lebarnya memancarkan keceriaan, hingga setiap burung yang melintas diatasnya akan terus berkicau.

Sepatu putih polos bermerk adidas itu terus melangkah perlahan menyusuri trotoar. Beberapa kali ia menginjak daun kering yang berjatuhan dengan sengaja. Ia suka sensasi bunyinya.

Kress!

"Hihihi!" kekeh Soha setelah ia berhasil melompat dan menginjak tumpukan daun kering dipinggir trotoar.

"HEI! KENAPA KAMU BERANTAK-IN?" teriak pria tua berpeci kuning dengan kaos kuning pula.

Soha terkejut saat melihat pria tua dengan sapu korek yang menggantung ditangannya itu tengah berlari kearahnya. Segera, gadis berseragam putih abu-abu dengan balutan Hoodie kuning itu berbalik dan berlari dari sana.

Meskipun pria tua dibelakang sana sudah tidak mengejarnya, ia tetap berlari hingga halte bus. Suasana ramai dengan suara berisik dari beberapa pelajar dan pekerja seketika memenuhi gendang telinganya. Sampai suara bariton yang begitu familiar menyapanya.

"Kenapa lari-lari?" tanya cowok berseragam putih abu-abu yang tengah menggendong tas selempang hitam.

Soha menoleh, seketika senyuman manis terukir diwajahnya. Cowok tampan berkulit putih dengan jakun dan rahang tegas itu selalu menjadi alasan keduanya tersenyum. Gigi rapinya terlihat berjajar ikut menyapa Soha. Kenapa, ada seorang malaikat didunia?

"Ha?" beo Soha masih terkesima atas ketampanan cowok dihadapannya.

Abryan melihat Soha dengan lekat. Kedua tangannya masih tenggelam didalam saku celana, dan gadis dihadapannya ini, membuat ia merasa gemas sekaligus ingin menciumnya.

Soha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang