Sepi.... sunyi..... tak ada yang menemani, Aku merasakan ini sudah lama, ingin berbicara tapi tak ada yang mendengarkan, ingin menunjukkan diri tapi tak ada yang peduli, semua yang aku lakukan akan menjadi sia-sia.
Dahulu, Aku datang ke tempat ini bersama seorang anak, dia membawaku dengan wajah yang senang, Aku masih ingat dengan pipinya yang merah itu, lalu Aku dikenalkan kepada anak-anak lain, ada yang besar, ada yang kecil, ada yang hitam dan ada yang putih, saking banyaknya Aku tak bisa menyebutnya satu-satu.
Hari pertama Aku sangat senang, karena Aku memiliki banyak teman, mulai dari si hitam, si putih, si besar dan si kecil, tapi ada satu orang yang selalu murung, ia terlihat tidak senang dengan kehadiranku, Aku tidak tahu mengapa ini terjadi padaku, yang Aku tahu di adalah si hijau.
Suatu hari Aku sengaja mendekati si hijau, Aku ingin tahu kenapa dia tak suka padaku. "hijau, kenapa kau terlihat murung? Apakah kau tidak suka kepadaku? Apakah Aku pernah menyakiti hatimu?" tanyaku. "tidak ada yang salah denganmu" jawab si hijau. "lalu kenapa kau terlihat murung?" tanyaku. "Aku hanya iri padamu" Jawabnya dengan wajah yang murung. "Lalu, kau kenapa iri kepadaku?" tanyaku kembali. "Kenapa Aku iri padamu? kau banyak teman, kau selalu berguna bagi semua orang, Aku hanya makhluk jalang yang tak berguna, Aku selalu membantu mereka menyiram tanaman tapi tak ada yang peduli, tak ada yang menemaniku, Aku tak pantas memiliki teman!" Jawab si hijau dengan nada yang sedikit naik. Aku mencoba menenangkannya tetapi itu tak berhasil, Aku tak tahu harus melakukan apa.
Hari demi hari ku lewati, Aku mulai merasakan penderitaan si hijau, Aku sudah tua, tubuhku mulai rusak, rambutku rontok, tanganku putus, teman-temanku mulai menjauh, Aku tak secantik dulu, Aku tak bisa melakukan apa-apa, karena Aku hanyalah sebuah sapu di pojok kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pojok Kelas
Short StoryMenceritakan curhatan di dalam kelas, begitu sedih namun tak terlalu menyentuh.