"Kau tidak mencoba untuk berhenti?" . Aku menatapnya dalam. Terbenam sesaat di manik kelam yang. Suaranya seperti lantunan melodi gereja. Teduh. Bibirnya tersenyum simpul. Menampakkan pernyataan yang sama sekali tidak dapat kujawab. Belum.
Memalingkan wajah. Aku meletakkan mata tombak di meja. Merapikan peralatan yang berserak di lantai ubin. Sementara itu, langkah kakinya terdengar meninggalkan ruang perkakas. Berangsur memudar. Hingga suaranya tergusur kelontang besi dan perak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Overthinking
RandomCerita ini ditulis untuk memenuhi tuntutan otak yang overthingking. Isinya semacam sepiring makanan dengan lauk berbumbu micin seplastik, gula setoples, cabai setampah, dan garam sepuluh kotak yang disajikan dengan segelas beras yang dinanak dengan...