Kisah kami memang tidak sempurna. Bahkan sangat biasa. Hanya tentang dua remaja yang memiliki sifat bertolak belakang, namun menyukai hal yang sama.
Semua berawal saat persiapan lomba pensi sekolah. Sudah menjadi tradisi tahunan dimana sekolah kami mengadakan lomba dan setiap kelas wajib memberikan perwakilan untuk mengikuti acara tersebut. Salah satu lomba yang diadakan adalah menyanyi duet. saat itu aku masih belum mengenalnya. Aku bahkan tidak mengira dengan bertemu dengannya dapat mengubah hari-hari terakhirku di SMA.
"buat duet, gimana kalau raka aja?" itulah kalimat yang terlontar darinya. Sontak aku menoleh dan memasang wajah tidak suka kepadanya dan berkata, "kenapa gue?". Aku memang terkenal dengan sifat dingin. Namun aku bisa terbilang popular karena pintar dan termasuk anak basket. Kelas menjadi ricuh setelah ia merekomendasikanku. "eh iya juga, Raka aja. Bukannya Raka bisa main gitar?" Sahut murid lain. Aku tidak terlalu suka acara pensi. Apalagi mengikuti lomba ini. Setelah debat panjang, aku mengalah dan akhirnya ditentukan aku dan dia yang akan ikut duet nanti.
Alya. Itulah namanya. Nama seseorang yang dulu selalu tidak aku suka karena lomba duet tapi menjadi nama yang paling penting beberapa tahun setelahnya. "lo apaansi? Kenapa gue yang jadi duet? Emang lo tau gue bisa main musik? Pernah liat?" marahku. Tapi wajahnya tetap tenang dan tetap senyum. Dia memang memiliki sifat ceria dan murah senyum. Sangat berbeda denganku. "pernah kok, lo sering ke ruang musik sendiri terus main gitar kan? Seinget gue suara lo juga bagus. Keliatan banget lo bahagia pas maininnya." Kaget mendengar jawabannya, akhirnya aku mengambil gitar dan tidak melanjutkan debat dengannya. Saat itu kami sedang ada di ruang musik. Hanya berdua. Karena lomba pensi sudah dekat, kami harus latihan setiap pulang sekolah dan berkat itu kami pun menjadi semakin dekat.