objek eksperimen

92 13 2
                                    

"minho kau nyaris telat lagi, sudah aku bilang berkali kali kalau-" suara omelan dari hyunjin tak begitu ia perhatikan, minho terlalu sibuk menebar senyum pada tiap orang yang ia temui di lorong. hyunjin yang sadar akan keacuhannya sontak menghembus napas kasar, "benar benar omelanku sama sekali tak di pedulikan"

"diamlah hyunjin, ini masih pagi dan omelanmu benar benar membuatku pening" minho berucap santai, lanjut kembali tebarkan senyumnya untuk seisi lorong. hyunjin mendengus, "kau menyebalkan, felix juga"

"kau setiap hari memang selalu menganggap suamimu itu menyebalkan, hyunjin" pada perempatan lorong, keduanya berbelok ke kanan hendak menghampiri ruang ganti yang berada di ujung lorong sana.

"oh ayolah, felix itu miskin, pemalas, menyebalkan, dan sok idealis. satu satunya yang bisa di banggakan dari orang itu cuma ketampanan dan kesetiaannya" gerutu hyunjin, dengan kakinya yang menendang nendang kecil udara di depan.

"bukannya bagus setidaknya dia masih setia?"

"dia setia karena tak punya uang untuk menggoda wanita wanita di klub malam" hyunjin masih menggerutu namun minho justru tertawa lepas menanggapi ucapan pria itu.

ruang ganti kini berada tepat di depan sana, minho masuk sebelum hyunjin, menghampiri lokernya yang berada tak jauh dari pintu masuk. satu setelan seragam petugas kebersihan ia tarik keluar dari sana, melepas kaos atasannya kemudian membuka jejeran benik pada kemeja seragam itu.

"minho kalau di lihat lihat kau tampan, tubuhmu juga bagus, bagaimana kalau aku berselingkuh denganmu saja?" ujar hyunjin di belakang sana, netranya pun tak kian lepas dari tubuh bagian atas minho yang polos tanpa kain. sementara minho sontak melotot, ia pukul belakang kepala hyunjin sebelum menutupi dadanya sendiri dengan kemeja. "jangan ngelantur ya! aku lebih baik berselingkuh dengan suamimu yang miskin dan menyebalkan itu daripada denganmu!"

"aduh, aku cuma bercanda minho, lagipula kau miskin tidak ada bedanya dengan felix" pemuda itu mengerucutkan bibirnya kesal, sementara tangan kanannya sibuk mengusap belakang kepalanya yang terasa nyeri. "mungkin suatu saat aku akan berselingkuh dengan kakek kakek kaya saja"

"diamlah, cepat berbenah sebentar lagi jam kerja" keduanya segera berbenah cepat. langsung keluar dari tempat itu kala di rasa busana mereka sudah cukup rapi. mereka beralih mendorong meja berisi sapu, pel, dan sebagainya untuk di bawa ke ruangan pertama yang harus di bersihkan.

pintu besar itu di buka perlahan oleh hyunjin, menampakan sebuah ruangan luas yang di penuhi kesibukan para ilmuwan. salah satu ilmuwan di sana menyapanya dengan sebuah senyuman, yang di balas hyunjin dengan senyuman yang tak kalah hangatnya. jemari lentiknya bergerak menarik gagang pel, mencelupkan kainnya ke dalam air sebelum mengusapkannya pada lantai.

minho di belakang pun melakukan hal yang sekiranya sama, mengepel lantai ruangan yang penuh dengan goresan tanah kering yang awalnya menempel di sepatu para ilmuwan.

"hei, minho. aku benar benar membenci pekerjaan ini" hyunjin berbisik, diam diam mendekatkan tubuhnya pada minho. sikunya ia senggolkan pada pinggang pria itu, "orang orang di sini jorok dan kotor, benar benar menjijikan"

"ya itu alasan mereka mempekerjakan kita, hyunjin pintar. lagi pula daripada mengeluh terus, mengapa kau tidak menjadi seorang pasangan yang berbakti saja, tidak perlu bekerja, cukup melayani suamimu yang tampan itu"

"dan kami hanya akan makan rumput liar. felix itu miskin, harga lukisannya hanya sanggup memenuhi kebutuhan pangan kami selama lima hari"

"sepertinya kau benar benar tidak menyukai felix ya. jangan menyesal jika aku punya niatan untuk merebutnya"

"ck, silahkan saja"

brak.

suara pintu yang di buka kasar menarik perhatian dua petugas kebersihan itu untuk sejenak mengabaikan pekerjaannya. hyunjin seketika memutar bola matanya malas, melihat bagaimana engsel pintu yang tampaknya kembali rusak akibat dari gerakan kasar si pembuka. "orang itu benar benar ya! baru saja kemarin aku membenarkan engsel pintu yang rusak, dan sekarang ia merusaknya lagi!"

segerombolan orang tak lama masuk ke sana, beberapa di antaranya sibuk mendorong sebuah peti kaca yang tampak seperti aquarium. orang yang tadi baru saja di maki hyunjin, kini terlihat tengah menghadap salah satu ilmuan di sana. bibirnya mengembangkan sebuah kurva, senyuman angkuh yang sangat menyebalkan dalam pandangan minho.

"kim seungmin, apa itu?"

"sebuah objek eksperimen, kau pasti menyukainya"

minho tak begitu peduli dengan pembicaraan dua manusia di sana. ia sedikitnya lebih tertarik pada peti kaca yang ternyata dalamnya di penuhi air persis seperti aquarium. langkahnya maju ke depan. ia arahkan jemari lentiknya untuk menjelajahi pinggiran peti itu, ia amati air keruh yang ada di dalamnya, sepertinya kosong. minho memberanikan diri untuk menyentuh pertengahan peti, menggerakan jemarinya seakan menari di atas sana. ia tersenyum, kala mendapati air itu yang sedikit beriak, tampaknya ada sedikit pergerakan di dalamnya. minho tempelkan telapak tangannya di kaca ingin melihat reaksi lebih dari makhluk di dalam. hening tak ada reaksi lagi, minho menarik tangannya dari sana-

brak.

seisi ruangan melirik ke arah peti tadi. mendapati bagaimana peti itu kini di ketuk brutal oleh sesuatu di dalamnya. para ilmuwan bergegas mendekat, sementera hyunjin sontak menarik tubuh minho untuk keluar dari sana. usai keduanya berada di luar, pintu itu di tutup rapat, selanjutnya dapat terdengar kebisingan panik yang berasal dari sana.

"ya tuhan, tadi apa itu?"

"entahlah, hyunjin. aku sepertinya melihat jemari manusia namun di tiap selanya berselaput"

"lupakan saja, kita lanjutkan pekerjaan kita di ruang sebelah"

lupakan. iya minho benar kata hyunjin kau cukup melupakannya lagipula orang orang gila itu memang sudah biasa membawa makhluk makhluk aneh ke dalam laboratoriumnya. ini bukan urusanmu, kau cuma petugas kebersihan di sini.

benar. seharusnya minho cukup melupakannya, ini sama sekali buka urusannya, tapi-

entahlah, untuk saat ini sepertinya minho 'sedikit penasaran'?

to be continued

-ray

the shape of water | banginhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang