Part 4

44 0 0
                                    

"MATI KAU!"

DUAAR!

Cahaya putih terang tiba-tiba menyambar. Mengakibatkan ledakan yang cukup besar. Kepulan asap membumbung tinggi akibat petir yang menyambar dan membakar apapun yang disentuhnya itu.

Udara terasa menyesakkan. Langit dipenuhi awan hitam. Sesekali terdengar gemuruh guntur dan terlihat kilatan cahaya di balik awan hitam itu.

Bam berdiri diantara asap putih tebal. Penampilannya berubah, kini sekujur tubuhnya dikelilingi cahaya putih dengan garis-garis yang menari diikuti suara decitan seperti listrik. Luka di dadanya perlahan menutup.
Didepannya tergeletak tubuh Rei yang berubah kembali menjadi normal. Luka bakar di tangan kanannya terlihat mengeluarkan asap. Sementara tubuh Copper terlihat meleleh. Tubuhnya tidak bisa berregenerasi akibat panas dari petir yang menyambarnya.

"MATI!" Suara Bam terdengar berat, matanya menatap tajam. Ia perlahan berjalan mendekati Copper.

"Arggh!" Copper mengerang dengan langkah mundur

"Jangan pikir kau menang." Lanjut Copper yang kemudian tubuhnya seolah tenggelam ke tanah dan, hilang.

Bam mengalihkan pandangannya, matanya mencari sosok Rei, tapi manusia perusak itu juga sudah hilang. Cahaya putih terang yang menyelimuti tubuh Bam perlahan menghilang.

"Lagi-lagi kabur," Ucap Bam, kesal.

Ia kemudian melihat sekeliling, dan betapa kagetnya ia dengan keadaan taman yang sudah Hancur. Ia merasa lemas kemudian berbaring di tanah, tangan kirinya merogoh saku celananya mengambil bungkus rokok dan menyalakan sebatang rokok menggunakan listrik yang keluar dari ibu jarinya. *Bam tidak perlu khawatir dengan kasus kehilangan korek api

Cukup lama Bam berbaring sembari mulutnya menghisap rokok dan menghembuskan asap ke udara. Dalam pikirannya ia terus berpikir apa tujuan Rei dan manusia Silver yang sebenarnya.

"Aku pikir ketua terlalu melebih-lebihkan tentang kekuatanmu."

"Ketua ya," Bam kemudian tersenyum penuh arti, mengingat kejadian belasan tahun lalu.

Saat itu ia masih seorang bocah kecil, ia tengah asik bermain bersama teman sebayanya di yayasan yang didirikan oleh orang tuanya. Canda dan tawa menyelimuti ruangan yang penuh dengan anak-anak manis, menandakan begitu kental dan hangat ikatan antara mereka. Hingga tiba-tiba,

DUAR!!!

DUAR!!!

DUAR!!!

"Kak Bam!" Suara seorang perempuan itu menyadarkan lamunannya, Bam berdiri menoleh kearah suara itu. Sosok dua perempuan berlari tergesa-gesa menghampirinya.

"Cindy," Ucap Bam mengenal dua sosok itu, "Eve,"

Eve dan Cindy kini berdiri dihadapan Bam, mereka mencoba mengatur nafas yang tersengal-sengal.

"Kalian kenapa kesini?" Tanya Bam dengan herannya,

"Kami mau bantu kak Bam," jawab Cindy yang kini bernafas dengan normal. Eve hanya mengangguk membenarkan ucapan Cindy.

"Dimana mereka?" Eve bertanya sembari matanya memperhatikan sekitarannya, hanya ada taman yang hancur.

"Sebentar-sebentar," Bam mencoba mencari jawaban lain, ia tidak mau jika mereka berdua harus masuk dalam masalahnya.

"Kakak disini sendirian, dan ga ada mereka-mereka," lanjutnya.

"Jangan bohong kak! Kak Ve yang bilang kalo kakak diserang Rei dan kawannya," Cindy tau jika Bam tengah mencoba menyembunyikan situasi sebenarnya.

"Duh! Aku kan nyuruh Ve buat kembali, bukan ngasih tau mereka," Batin Bam.

"Yaudah yang penting sekarang kakak baik-baik kan," Ucap Bam seraya mengusap lembut kepala Cindy, hal itu membuat pipi Cindy memerah.

"Dan Kamu Eve," Bam melirik dan menatap mata Eve,

"Aku tau yang kamu pikirkan, tapi bukan sekarang waktunya," lanjut Bam yang kemudian mengulurkan tangan, dan hal itu membuat Eve teringat moment pertama kali mereka bertemu,

"Sebelum pulang mungkin kita harus urus ini..." Bam menunjuk sekitarnya, ya benar, taman yang hancur.

Mungkin untuk manusia normal, mengembalikan atau memperbaiki kerusakan taman itu akan membutuhkan waktu lama, tapi tidak untuk DEFF, dengan kekuatan yang Cindy miliki, pohon-pohon tumbang dengan mudah berdiri tegak kembali, dengan Kekuatan Eve juga, serpihan kekacauan ditaman sangat mudah disingkirkan. Sementara Bam? Ia tengah asik menonton sembari menghisap rokoknya, ia tersenyum jahat,

"Ada gunanya juga Ve ngasih tau mereka hehe," bisik jahatnya dalam hati

***

"Apa terjadi sesuatu pada mereka?" Zee terlihat hawatir.

Ve, Zee, dan Anto saat ini masih menunggu kabar dari rekan mereka.

"Bam, jangan buat kami khawatir," batin Ve dengan mata yang tak henti menatap pintu masuk. Tentu saja ia sangat khawatir pada Bam. Sudah belasan tahun mereka bersama, dipertemukan oleh orang tua mereka, hingga tumbuh hingga saat ini.

"Nungguin apa, Ve?" Tiba-tiba Bam sudah berada samping Ve, dengan tangan yang merangkul pundaknya.

Ya, benar, Seisi ruangan itu terkejut melihat keberadaan Bam, apa lagi dengan kondisi tubuh yang bisa dikatakan nyaris tanpa lecet. Hanya bajunya saja yang robek dibagian perut.

"Kamu!" refleks Ve menepis tangan Bam dari pundaknya.

"Kenapa kamu disini?" Lanjut Ve. Bam tersenyum hangat mendengarnya,

"Urusanku disana udah beres," jawabnya.

"Tapi Kakak Gak kenapa-kenapa kan?" Zee bertanya, meskipun jawabannya bisa dilihat dengan jelas.

"Nggak kok, lihat, aku baik-baik aja," Jawab Bam sembari merentangkan kedua tangannya, hal itu memperlihatkan perutnya yang cukup berbentuk diantara robekan bajunya.

"Terus, Cindy, Eve, sama Teo kemana, Bam?" Tanya Anto. Tanpa menjawab Bam hanya melempar pandangannya ke pintu masuk, disana muncullah dua orang perempuan dan seorang laki-laki yang tengah tertawa puas.

"Kamu kenapa ketawa, Teo?" Ve terlihat heran melihat tingkah Teo.

"Abis gimana ya Ve, dua anak ini pas aku datang kirain lagi bertarung, eh malah asik beres-beres taman." Teo terkekeh saat menceritakannya.

"Jadi kalian buru-buru kesana cuman buat beres-beres?" Tanya Zee yang jelas terlihat tengah berusaha menahan tawa.

Mendengar itu, keduanya mengangguk pelan, dan sontak saja tawa semuanya pecah saat itu juga. Baik Cindy maupun Eve tak mampu berkata-kata lagi, keduanya hanya tersenyum malu.

Susana hangat tercipta saat itu juga, Bam tersenyum menatap satu-satu wajah teman-temannya yang tengah tertawa.

"Teruslah hangat seperti ini, aku takan membiarkan siapapun merenggut kehangatan ini lagi. Kali ini aku akan mencegahnya."

Bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEFF (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang