5 (with you)

3 0 0
                                    




Vante dan Jimin tertawa kecil, menatap Joy di depannya yang sedang bertarung. Hari ini jadwal kelas bela diri fisik yang dimana dua kelas dikumpulkan. Seulgi menatap Joy dengan serius, takut gadis itu terluka, dan meneliti setiap gerakannya. Sedangkan Jenn, gadis itu memang tidak mengikuti kelas ini. Orang tuanya melarang sehingga setiap kelas ini diadakan, ia akan pindah ke kelas lainnya. Seperti kelas ramalan, misalnya.

Joy menang dalam pertandingannya. Gadis itu tersenyum bangga. Sekarang, giliran Seulgi melawan Kim, penyihir kelas satu dari asrama slytherin yang sekelas dengan Joy. Seulgi terlihat sangat bersemangat, ia tersenyum sampai akhirnya ketika professor Fanes sudah memberikan aba-aba, padangannya berubah. Matanya tajam dan menatap lawannya dengan sinis. Auranya berubah 180 derajat. Ini bukan Seulgi biasanya.

Pertandingan dimulai. Seulgi membiarkan lawannya memberi pukulan duluan, namun dengan cepat ia menangkisnya. Semua murid yang ada disana terlihat sangat serius dan sesekali kagum dengan ketangkasan Seulgi yang begitu cepat. Kim adalah salah satu murid terbaik soal bela diri fisik di kelas. Dan baru kali ini mereka melihat Kim seakan KO. Vante dan Jimin saling bertatapan, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Gadis itu benar-benar kuat. Seulgi bisa membuat Kim menyerah hanya dengan tujuh serangan.

Beberapa menit setelah pertandingan selesai, Seulgi bertanya, "Professor, bolehkah aku melawan laki-laki?"

Awalnya , sang professor sedikit ragu. Namun kembali melihat pertarungan Seulgi dengan Kim tadi, ia mengangguk.

"Siapa laki-laki yang bersedia melawan Seulgi?" Tanya Fanes pada murid-muridnya.

Banyak yang meremehkan. Yang paling terdengar suara tertawa di telinga Seulgi adalah komplotan Chan. Gadis itu tersenyum miring sampai akhirnya memanggil Suho untuk menjadi lawannya.

Dengan langkah sombong, Suho menghampiri Seulgi. Menatap gadis itu remeh. Professor Fanes mengayunkan tongkat sihirnya, tanda pertarungan dimulai. Seulgi dan Suho bertarung secara sengit. Tidak bisa dipungkiri tenaga Suho memang kuat, lelaki itu menyerang Seulgi didampingi dengan rasa amarah dalam dirinya.

Gadis itu tersenyum meremehkan, menyulut kembali amarah Suho. Membuat Suho marah merupakan taktik Seulgi. Ia sengaja karena gadis itu tau bahwa penyerangan dengan amarah hanya akan berakhir kalah. Bisa dilihat, empat belas serangan dan Suho terkapar di matras. Semuanya hening, tidak percaya dengan apa yang dilihat, mereka menghampiri Suho. Tidak, Suho tidak separah itu, dia hanya terkapar sebentar lalu dalam dua menit ia akan terbangun.

Professor Fanes tersenyum pada Seulgi, "Bagus sekali, Seulgi."

Pertandingan antar kelas tetap berjalan. Seulgi duduk kembali di tengah-tengah Vante dan Joy. Vante mengalihkan pandangannya ke Seulgi, bertanya untuk kesekian kali. "Kau tidak terluka, kan?"

Seulgi tertawa kecil, ini sudah ketiga kali Vante bertanya hal yang sama. Lantas, terbesit ide di otaknya. Gadis itu menyenderkan kepalanya ke bahu kanan Vante. Sambil sedikit merengek, Seulgi berkata "Hanya lelah, tidak ada yang terluka."

Nyaman sekali.

Vante tertegun. Lelaki itu benar-benar terdiam. Vante menelan ludahnya sendiri. Tidak terfikir bahwa Seulgi akan bersandar dibahunya. Ini benar-benar gerakan yang tidak bisa ditebak. Wangi rambut Seulgi sangat menyegarkan membuat hatinya sangat berdebar. Senyuman terukir di wajahnya. Dia tidak akan bergerak agar gadis itu tetap nyaman.

Yang dia harapkan cuma satu, jangan sampai Seulgi mendengar detak jantungnya.

"Bertukar tempat boleh tidak?" Tanya Jimin sambil berbisik.

Vante menatap Jimin dengan sinis, lelaki itu menjawab dengan berbisik pelan,

"Di mimpimu."


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ventidue AcademiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang