Story by_
Lazy_Monkey96
FAN FIKSI JENLISA
Genre : Marriage life, Futanari, Romance, Comedy, angst.
Harga : 35K
Wa : 083125317932
Hubungi langsung ke whatsappJumlah halaman : 542 halaman.
Bunyi lonceng gereja terdengar tiga kali, burung-burung yang berterbangan memberi kesan nuansa indah pada hari itu. Hari dimana pernikahan telah ditentukan, berlandaskan perjodohan antara dua anak manusia berbeda umur. Mereka saling jatuh cinta walaupun awalnya dijodohkan seperti jaman Siti Nurbaya—masih teringat jelas bagaimana syahdunya hari itu.
Para tamu yang berdiri ketika si pengantin wanita datang bersama sang ayah, anggun tampaknya indah rupanya. Melebarkan senyum rekah calon kepala keluarga di ujung sana, berdiri di samping pendeta. Masih belum tahu apa-apa, begitu rabun dalam urusan membina bahtera rumah tangga. Tapi siapa yang mau menolak jika mendapati jackpot menikahi wanita cantik, sexy, mandiri pula?
Lagipula, telah berbadan dua bagaimana bisa ia tidak menikahi wanita itu? Belum lagi mendengar rengekan manjanya, minta cepat-cepat dihalalkan.
Mengobarkan jiwa dominan yang sok menggampangkan jika dirinya bisa.
Menjaga istri? Cek.
Membuat anak? Sudah.
Menafkahi? Masih dalam proses.
Dewasa?
Ternyata menikah tidak segampang itu, tidak semudah ketika dirinya tertidur pada jam 3 pagi lalu bangun dalam keadaan diteriaki. Atau saat ingin main bersama teman, tiba-tiba wanita itu datang mengeluarkan sumpah serapah tak lama menangis.
Wanita itu mengatakan ia butuh perhatian, kenapa malah main perempuan?Siapa yang main perempuan? Ia tidak tahu siapa yang siapa?
Ia cuma menghabiskan waktu, duduk di kafe bersama teman mencuap-cuapkan sesuatu yang tidak berfaedah maklum mahasiswa. Mau berkata apa? Pemikirannya gampang, pulang ke rumah tinggal peluk sang istri di dalam kamar. Menyanyikan lagu nina-bobo campur sedikit remasan minta perhatian, minta dipuaskan.
Gampang, seperti itu.
Sampai pusing kepalanya, mendapati helaian rambut rontok tiap hari. Bukan karena dijambak, wanitanya tidak semengerikan itu jika sedang marah. Hanya, lama-lama kepalanya ikut pusing.
Pusing memikirkan apa kemauan wanita itu?
Suatu malam ia rasa perlu melampiaskan hasrat liar anak mudanya, berpesta berkumpul dengan teman bertemu dengan teman-teman wanita. Kakak tingkat di kampus, begitu ia memberi nama.
Tidak ada yang tahu si jiwa muda ini ternyata sudah memiliki istri, dia pun tidak ingin bersusah payah memberitahu.Toh, baginya asal masih bersama wanita itu di dalam rumah, bertemu dengannya setiap pagi ketika membuka mata. Mendengar wanita itu merengek di dalam toilet—menikmati kebanyakan rutinitas pagi wanita hamil, namanya Morning Sickness kalau kata Mommy.
Sampailah satu hari ia menemukan ranjangnya tidak berat lagi. Meraba-raba sekitar, memanggil nama sang istri yang ia pikir pasti berada di dalam kamar mandi mengingat kebiasaannya beberapa minggu ini mulai mengalami Morning Sickness tadi.
Tapi, setiap suara yang ia keluarkan semakin tinggi, semakin tidak dijawab wanita itu. Maka, mau tak mau ia bangkit dari kasur.
Malah menemukan secarik kertas berisikan tulisan. 'Aku pergi jaga dirimu baik-baik, akan aku rawat sendiri anak kita.'
Pagi itu, detik itu.
Istrinya pergi meninggalkannya sendiri.
------
Kebanyakan orang mengatakan menikah adalah bagian paling sakral di dalam kehidupan. Tentu ia juga memikirkan hal yang sama, menikah itu sakral. Saling melengkapi satu sama lain, yang sialnya mengapa menikah harus berlandaskan cinta dan mengapa cinta harus berlandaskan hati.
Sudah satu bulan setelah menikah, ia mendapati suaminya itu sibuk dengan urusan sendiri. Dia cantik, dia tampan, dia memiliki semuanya.
Jika tidak begitu, bagaimana mungkin dirinya mau mencintai suami kecilnya itu. Suami kecil? Kenapa ia menyebutnya seperti itu?Karena perbedaan umur mereka cukup jauh, dirinya sudah bekerja. Wanita karir yang punya posisi tinggi di sebuah perusahaan besar, bukan perusahaan milik keluarga. Ia tidak suka bekerja dibalik nama keluarganya sendiri, terlalu gampang terlalu mudah untuk dikejar.
Jiwa mandirinya sebagai seorang wanita jatuh, ketika hatinya malah berlabuh pada seorang anak remaja tanggung? Dibilang, tanggung juga tidak. Umurnya sudah dua puluh tahun sementara dia dua puluh lima tahun. Karena perjodohan keluarga, awalnya. Tapi ia jatuh cinta pada bocah ingusan itu.
Berakhir satu malam mereka saling meraba, hanya rabaan awalnya. Hanya kecupan-kecupan kecil sebelum lepas kendali. Malam itu malam yang paling ia sesali, tapi tidak ketika dirinya mendapati calon buah hati. Begitu bangga mendapati diri akan menjadi seorang ibu. Sampai rela melepaskan pekerjaan berharga, hanya demi sang anak dan juga suami kecilnya.
Kata sang ibu, wanita yang sudah menikah tidak boleh bekerja lagi. Apalagi, jika tengah hamil. Cukup jaga suami, jaga kandungan, jaga kesehatan. Persetan!
Kalau yang dijaga bahkan tidak pandai menjaga untuk apa dirinya perjuangkan.
Menyesal karena terlena, menyesal karena begitu percaya. Lalu sakit hati ternyata sang suami lebih suka menghabiskan waktu diluar. Alasan klasik, seorang mahasiswa butuh mengerjakan tugas. Padahal ia tahu, suami kecilnya itu sibuk membual di depan para perempuan.
Mulut buaya, kembali ke rumah hampir menyentuh pagi. Lalu dengan gampangnya ia terlena akan bualan mulut manis itu lagi, setiap malam jatuh pada pelukan suami kecilnya yang tidak tahu diri itu.
Marah? Tentu.
Cinta? Rasanya masih sama, tapi terkadang terasa memuakkan.
Hingga dirinya memilih untuk pergi saja, menenangkan diri. Menjadi mandiri lagi, meninggalkan suami kecilnya. Memutuskan untuk hidup di kota lain, tanpa anak kecil itu. Tanpa belaian suami kecilnya itu, yang ternyata selalu membuatnya rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
• MMM...•
FanfictionM = Membawa istrinya kembali pulang ke rumah. M = Memanjakan istrinya seperti seorang ratu. M = Membesarkan anak mereka bersama. Lalisa pikir misinya untuk membawa Jennie kembali ke dalam pelukan dan menarik wanita itu agar dapat mencintainya sep...