3

0 0 0
                                    

"Gue tunggu di kafe deket toko buku ya" ucapnya pada sang adik.

"Ok siap"  Dini berlalu dengan melambaikan tangannya.

Saga mulai berjalan menuju kafe, sednagkan mobilnya ditinggal di tempat parkir yang berada didepan gor.

Sebelum ke kafe, ia berniat ke toko buku terlebih dahulu untuk membeli buku bimbingan  geografi yang menunjangnya dalam olimpiade. Jangan kalian pikir Saga cowok yang tak peduli mengenai akademik. Dia sangat-sangat peduli akan hal itu. Bahkan ia seringkali memarahi Dini karena gadis itu malas sekali dalam belajar. Tapi sangat semangat kalau latihan voli.

Selepas memilih dan memilah buku yang akan dibelinya. Saga pergi menuju kafe yang berada disebelah toko.
"Mau pesen apa mas?" Tanya pelayan di kafe itu.

"Matcha latte 1" Saga mengalihkan pandangannya dari buku ke pelayan yang berdiri disebelahnya.
Ia terkejut melihat gadis yang tadi siang ia tolong. Bukannya tadi dia masih berada di rumah sakit dengan infus yang menancap di punggung tangannya.

"Permisi" ucap Alana pada Saga yang diam saja dengan mata yang masih melihatnya.

Saga yang tersadar akan ekspresinya sontak mengalihkan pandangannya pada buku tadi. Tak lama kemudian datang seorang pelayan yang berbeda dari tadi.

"Ga pulang yuk" tiba-tiba saja Dini sudah berada di depannya.

"Lo gak mau pesen sesuatu?"

"Em, apa ya? Gue pesen red velvet aja deh" Saga mengangkat tangannya berniat untuk memesanminunan yang diinginkan Dini. Alana datang lagi dengan ekspresi biasa saja seperti tidak mengenal orang didepannya.

"Red velvet 1"  ucapnya, dan Alana pun menganggukkan kepalanya dan pergi dari meja itu.

*********************

"Al! Ayo makan dulu, habis itu belajar" teriak neneknya dari dapur.

"Iya! Bentar ini masih ganti baju" ujarnya, ia baru saja pulang dari kafe dan langsung mandi.

"Ayah udah makan belum ya nek?" Bukannya memakan makanan yang ada dihadapannya. Alana malah nangis sesenggukan. Ia teringat ayahnya yang tadi malam sudah tak kembali ke rumah.

"Sudahlah jangan pikirkan ayahmu lagi. Makan dulu, mau di apakan lagi. Ayahmu memang tidak bisa di beritahu." Ujar neneknya, Alana tau neneknya itu pasti sekarang juga memikirkan ayahnya hanya saja menutupi kesedihannya darinya.

Setelah makan, Alana pergi kekamarnya untuk belajar fdan mengerjakan tugas yang fiberikan gurunya.

Jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Alana berniat menyudahi belajarnya dan segera beranjak ke tempat tidur. Tiba-tiba saja kejadian di kafe tadi terlintas di otaknya. Baru kali ini teman sma nya tau kalau dia bekerja di kafe itu. Daripada memikirkan hal yang tidak jelas, Alana lebih memilih tidur agar besok bisa berangkat lebih pagi.

"Anak-anak, jadi saya mau memberitahu bahwa mulai besok hingga 2 minggu kedepan kalian libur kenaikan kelas. Kalian masuk kembali tanggal 3 bulan Juni" sorakan bahagia memenuhi lapangan sekolah.

"Hari ini, karena sudah tidak ada kbm maka kalian bisa pulang dan belajar dirumah" setelah menutup apel siang ini, Pak Darko selaku kesiswaan berlalu menuju ruangannya.

" Al, ntar malem lo bisa nggak nginep di rumah gue? Ada Anisa sama Rina juga loh" ajak Vanya yang bisa dikatakan teman yang cukup dekat dengan Alana. Bukan dekat banget tapi cukup dekat saja, karena Alana jarang bergaul hanya saja anaknya ramah sehingga disegani teman-teman sekelasnya.

"Maaf, gue nggak bisa soalnya masih ada urusan" ungkapnya dengan rasa tak enak hati.

"Ya... padahal gue berharap baget lo bisa ikut" terdengar nada kecewa dari perkataan Vanya.

"Maaf ya" hanya itu yang bisa dilakukannya. Mana mungkin dia ikut ke rumah Vanya. Kasihan nenek nya yang sendirian berada dirumah.

Pulang sekolah Alana langsung ke kafe tempatnya bekerja. Ia mulai bekerja semenjak awal masuk sma. Keluarganya memiliki masalah pada keuangannya, sehingga terpaksa harus bekerja. Banyak misteri di hidup Alana yang membuatnya merasa bahwa kehadirannya di dunia ini hanya untuk menjadi sumber masalah bagi setiap orang.

"Al, bisa minta tolong nggak?" Tanya Hana selaku pemilik kafe itu.

"Minta tolong apa kak?"

"Ini nanti aku ada acara di kampus. Jadi aku minta tolong kamu nanti lembur sampai jam tutup kafe soalnya aku nggak bisa kesini lagi sehabis dari kampus" jelasnya pada Alana.

"Oh iya kak, bisa kok" ucapnya. Meskipun dihatinya sedikit gelisah, pasalnya ia tudak bisa mengabari neneknya dirumah kalau dirinya pulang malam. Ia takut neneknya mengkhawatirkannya.

"Ok aku tinggal ya.  Terimakasih kalau gitu"
Hana berlalu meninggalkan kafe menuju ke tempat tempat tujuannya. Sedangkan Alana, gadis itu sedang membereskan cangkir-cangkir bekas pelanggan yang sudah pergi.

Ting.

Bunyi lonceng pintu kafe, yang menandakan ada pelanggan yang masuk ke dalam kafe.

Seorang perempuan dengan gaun mewah yang melekat ditubuhnya, dibelakangnya ada beberapa perempuan yang kelihatannya teman-temannya. Mereka bercanda ria hingga diduk disalah satu meja yang lebih luas dari yang lainnya.

Salah satu dari mereka mengangkat tangannya bermaksud ingin memesan sesuatu.

"Mau pesan apa ya?" Alana mendongakkan kepalanya melihat perempuan yang memesan tadi.

Lho, mama?!

Perempuan itu terdiam sejenak, seakan memikirkan sesuatu.
"Kenapa wi? Kok malah diem sih" seakan tersadar dari lamunannya perempuan yang dipanggil Wi tadi menatap datar Alana.

"Mau pesen americano coffe 2 sama vanilla late 3 mbak" ucapnya. Dewi, mama Alana pura-pura tidak mengenal putrinya yang ada dihadapannya.

"Eh, iy-iya. Sebentar tante" Alana mengundurkan diri dan berjalan ke dapur dengan membacakan pesanan para pembeli. Setelah sekitar 7 menitan Alana kembali dengan membawakan pesanan mamanya dan teman-teman mamanya.

"Kak Le aku pamit bentar ya ada urusan, cuma bentar aja kok nanti balik lagi." Ia segera keluar dari kafe itu lewat pintu belakang. Mungkin sedikit berjalan-jalan disekutar taman akan membuat mood nya baik.

Ia terdiam, memikirkan hal tadi. Kenapa mamanya seperti tidak mengenalnya sama sekali, kenapa tidak mengucap kan apa-apa padanya, sekedar menyapanya saja tidak.

Entah kenapa ketika ia mengingat kejadian tadi rasanya ingin menangis saja. Ia mendongakkan kepalanya keatas berusaha menahan air matanya yang hendak jatuh. Matanya sudah memerah menahan tangis yang ingin pecah saja rasanya.

"Kalo mau nangis ya nangis aja, nggak usah ditahan kayak gitu. Sok kuat aja lo" seru seseorang dari arah belakang.

"Lo itu kenapa sih hah?! Dari kemaren ngajak ribut mulu. Hiks... hiks" tiba-tiba saja tangis Alana pecah. Dia sudah tidak bisa menahannya.

Saga, laki-laki itu mendekat ke arah Alana dan duduk disampingnya.
"Udah gue bilang jangan cengeng, malah mewek lo"

"Kan lo suruh gue nangis aja"

"Makanya jadi cewek jangan suka baper, dikit-dikit mewek, dikit-dikit ngambek nggak jelas" cerocosnya.

"Ihh pergi sana lo! Gue pikir mau ngehibur. Eh malah mau ngomel-ngomel" Alana langsung saja beranjak dari duduknya ketika melihat Saga yang tak kunjung pergi. Ia memutuskan untuk kembali ke kafe.

"Bukannya malah tambah seneng mood gue malah rusak" dumelnya sepanjang jalan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Akhir BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang