i fell by the wayside like everyone else
i hate you, i hate you, i hate you
but i was just kidding myself
our every moment, i start to replace
cause now that they're gone, all i hear are the words that i needed to say
"Long, semua barang yang mau kamu bawa udah di kemas?" Aku melipat satu persatu beberapa t-shirt Xinlong. "Ga ada yang ketinggalan kan?"
"Nanti aku liat lagi," sahutnya.
Xinlong juga sedang sibuk mengabsen barang-barang untuk di masukkan ke koper. Setiap lima menit ia pasti akan terlihat kebingungan, mencari sesuatu, bolak-balik ke luar dan ke dalam ruangan, kembali duduk di lantai untuk mengepak, dan kemudian kebingungan lagi. Aku yang memperhatikan hanya tertawa.
Aku menatap t-shirt oversized berwarna hitam di pangkuanku, t-shirt yang aku berikan untuknya sebagai hadiah di ulang tahunnya yang ke-15.
Ah, perasaan ini lagi.
Aku menatap keluar jendela; mencoba mengalihkan rasa sedihku. Di luar hujan, pasti dingin di sana.
Ini adalah saatnya ia pergi ke Amerika, tempat dimana ibu kandungnya berada serta— tempat idaman untuk mewujudkan impiannya sebagai dancer.
Kami sudah membicarakan tentang ini sejak lama, tentang ibunya yang memintanya untuk tinggal di Amerika, impiannya yang besar, dan aku bangga soal itu. Tapi tidak ku sangka hari itu akan datang juga, hari dimana ia akan pergi.
Dan aku seperti pengecut yang larut dalam kesedihan padahal aku sendiri yang terus mendorongnya untuk mencapai impiannya itu menuju Amerika.
"Hei?" Tanpa ku sadari, Xinlong sudah berada di depanku, berlutut dengan kedua kakinya di lantai karena aku duduk di sofa. "Kamu gapapa?"
Aku balik menatapnya, tersenyum. "Gapapa kok."
Namun sepertinya senyumanku tidak menular padanya, wajahnya tampak murung, memperhatikanku sendu.
"Kenapa sih? Jangan cemberut gitu dong mukanya." Aku menaruh t-shirt di pangkuan ke sampingku, kemudian menangkup kedua pipinya dengan kedua tanganku.
Xinlong terus memperhatikanku. Lalu ia menunduk sedikit, menempatkan telapak tangannya dengan tangan kananku, dan memejamkan mata.
"Jangan gitu mukanya heh," ucapku. "Harusnya kan hari ini kamu seneng?"
Xinlong tidak menjawab.
"Aku ga mau pergi," ujarnya pelan.
"Kok gitu? Sayang loh tiketnya, mama kamu udah ngurus itu dari jauh-jauh hari, apalagi kan bulan ini banyak yang mau pergi jadinya ngantri—"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 𝐁𝐄𝐅𝐎𝐑𝐄 𝐘𝐎𝐔 𝐆𝐎 | he xinlong
Fanfic[ two - shoot ] ❝no one was ever ready to say goodbye.❞