"Selamat pagi, Hokage-sama."
Sarutobi mengangguk ke arah jounin muda yang menyapanya. Hari ini sungguh sangat cerah di Konoha, dan tidak biasanya pria tua itu bisa merasakan ketenangan dan kenyamanan di kota. Tidak banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan akhir-akhir ini. Mungkin satu-satunya pekerjaan besar yang menunggunya adalah bertindak sebagai pengawas ujian Chunnin tahap ketiga beberapa hari lagi.
Pria tua itu berjalan santai sambil melihat aktivitas sehari-hari penduduknya. Anak-anak kecil di lapangan melambaikan tangan kepadanya. Ibu-ibu yang sedang berbelanja mengangguk mengucapkan salam. Pagi-pagi seperti ini memang tidak heran di jalanan hanya ada ibu-ibu dan anak-anak kecil. Hampir sebagian besar pria di Konoha berprofesi sebagai ninja, dan sekarang mereka sedang berada entah dimana menjalankan misi untuk menghidupi keluarganya.
"Nggak mau! Sasu nggak mau ke situ, ibu!" Sarutobi menghentikan langkahnya. Di depannya berdiri dua orang Uchiha - suatu pemandangan langka yang ditemukannya di pagi hari. Kalau mata tuanya tidak salah mengenali, wanita yang dipanggil ibu oleh pria kecil di depannya itu adalah istri dari kepala klan terkuat tersebut.
"Mikoto-san. Apa ada masalah?" tanya Sarutobi.
Wanita yang dimaksud mengangkat wajahnya dan bersitatap dengan tidak lain dan tidak bukan adalah Hokage ketiga. Mikoto langsung berdiri dari posisi jongkoknya di hadapan Sasuke dan memberi salam. "Hokage-sama. Sungguh aku tidak menyangka akan bertemu Anda di sini."
Hokage memandang sekitarnya. Memang benar, area ini adalah area pusat perbelanjaan Konoha yang menjual segala keperluan penduduk kota. Dan area ini bukanlah tempat dimana seharusnya seorang Hokage berada.
"Yah, mungkin sama langkanya juga melihat kau ada di sini, Mikoto-san." Mereka berdua tertawa bersamaan. Sasuke memandang Hokage dan ibunya secara bergantian, tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.
"Ibu, ibu. Kakek ini siapa?" tanya Sasuke yang menarik-narik rok ibunya meminta perhatian.
"Oh, aku lupa. Sasuke, ini Hokage-sama. Dia adalah orang yang paling dihormati di Konoha saat ini. Ayo Sasu harus beri salam ya. Sasu anak baik kan?" kata Mikoto.
"Ohoho, jadi ini yang namanya Uchiha Sasuke?" Sarutobi berlutut untuk menyetarakan tingginya dengan balita itu. Ia tersenyum melihat wajah Sasuke yang menatapnya tajam tanpa berkedip sedikit pun.
Jadi ini kelemahan terbesar si jenius itu, batin Sarutobi. Uchiha Sasuke adalah sumber permasalahan utama dari seorang Uchiha Itachi. Jenius Uchiha itu selalu meminta maaf serta menceritakan bagaimana adiknya membuatnya mengabaikan misi. Dan Hokage hanya bisa tertawa mendengarnya. Setidaknya Sasuke membuat Hokage percaya bahwa Itachi itu memang masih anak-anak berumur sembilan tahun. Sehebat apapun dirinya, ia masih suka mengeluh dan kabur dari tanggung jawabnya.
"Kakek adalah Hokage?" tanya Sasuke pelan. Sarutobi mengangguk mengiyakan. Ia menunggu lama Sasuke yang lagi-lagi menatapnya tajam. Mikoto juga menyadarinya. Tidak biasanya Sasuke memandang seseorang setajam itu. Mata polosnya yang besar berubah menjadi mata tajam yang jika dilihat sedikit mengerikan untuk seorang balita. Itu adalah mata dingin seorang Uchiha.
"Berarti kakek itu orang jahat. Hokage itu seorang penjahat!"
Eh?
Mikoto menatap anaknya itu dengan horor. Bagaimana mungkin anak kecil nan mungilnya, seorang yang selama ini merupakan malaikatnya, memanggil Hokage sebagai penjahat? Apa yang merasuki balita kecilnya saat ini?
"Sasuke, kenapa berkata seperti itu? Hokage-sama bukan penjahat. Sasuke tidak boleh berkata begitu kepadanya. Ayo minta maaf!" tegur Mikoto walaupun masih dengan suara halus. Benar kata Fugaku, Mikoto terlalu memanjakan Sasuke. Ia saja tidak tega untuk marah kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Sasuke's Eyes (END)
Short StorySasuke adalah anak terpolos yang terlahir di keluarga uchiha. Dia memiliki mata terpolos yg ada di keluarga uchiha bahkan klo dalam mode on mata itu langsung membuat semua orang luluh dengan sekali tatap bahkan kepada kepala klan uchiha sekaligus.