Pembuka

4K 190 49
                                    

Sudah 1 jam berlalu dan Vivi tidak berhenti berjalan kesana kemari. Jemari tangannya terus bergerak sendiri, kadang ia tautkan, kadang ia biarkan gemetaran sendiri. Keningnya selalu berkerut, seolah memikirkan strategi perang esok hari.

Ara merasa jengah melihat Vivi berjalan mondar-mandir di depan pintu ruang bersalin. Pandangannya terganggu oleh tubuh Vivi yang terus bergerak semenjak Chika masuk ke dalam ruang bersalin.

"Mending lu masuk aja deh, sepet gue liatnya." Ketus Ara.

Vivi menatap ke arah Ara sebentar kemudian kembali berjalan. Ia tidak menjawab ucapan Ara, sebenarnya ia sangat ingin masuk ke dalam dan menemani Chika yang hendak melahirkan, tapi ia tidak tahan mendengar teriakan kesakitan dari Chika, hal itu membuatnya tidak tega.

Setelah lima tahun Ketlin lahir, sekarang Chika melahirkan anak kedua dan anak ketiganya. Yap, ia hamil anak kembar dan menurut hasil USG jenis kelamin anak kembar itu laki-laki dan perempuan. Sungguh keajaiban bagi Chika dan Vivi.

Beberapa menit yang lalu Vivi mendapat panggilan di UGD yang mengabarkan ada seseorang yang harus segera dioperasi oleh Vivi, untungnya ada Fiony yang bersedia menggantikan Vivi mengoperasi, sehingga Vivi bisa menunggui Chika di ruang bersalin.

"Drun." Panggil Ara.

"Lu gak paham, Ra." Ucap Vivi sambil memegangi kepalanya seolah-olah kepalanya hendak lepas dari tubuhnya.

Ara menaikkan satu alisnya ke atas, "Trus?"

Vivi berhenti melangkah, ia menatap ke arah Ara. "Gue takut."

Ara menegakkan tubuhnya, ia mengerjapkan kelopak matanya berkali-kali seperti tidak percaya dengan ucapannya Vivi barusan. Bagaimana mungkin seorang Viona Fadrin, dokter bedah yang sudah bertahun-tahun memegang pisau bedah, bisa takut untuk masuk ke dalam ruang bersalin.

"Apa? Takut?" Tanya Ara yang mencoba memperjelas pernyataan Vivi barusan.

"Bukan gitu. Gue harus jemput Ketlin, bentar lagi dia pulang." Ucap Vivi.

Ara mengusap kasar wajahnya, ia berdiri di depan Vivi. "Kalo lo emang gak takut. Masuk. Temenin Chika. Biar gue yang jemput Ketlin."

"Tap-"

Ara mengangkat tangan kanannya ke atas, "Apa lo gak kasian sama Chika yang lagi berjuang sendirian di dalem? Dia butuh dukungan dari orang yang dia cintai, dan itu elo. Chika bukan cuma ngelahirin satu anak, tapi dua. Dua."

Vivi tahu kalau Chika pasti sedang menunggunya di dalam sana. Semalam saja Chika juga meminta agar dirinya ikut masuk ke dalam, dan ia hanya mengiyakan saja tanpa ada niatan untuk benar-benar masuk ke dalam ruang bersalin.

"Udah cepetan masuk sana." Ara mendorong tubuh Vivi masuk ke dalam ruang bersalin dan sebelum Vivi dapat menyanggah ucapannya, ia kembali menutup pintu itu dengan cepat.

Ara menghela napas panjang, ia yakin kalau Vivi bukan cuma takut, tapi juga khawatir dengan kondisi Chika. Tiba-tiba ia tertawa kecil, ia berpikir kalau Vivi khawatir seharusnya Vivi tidak meminta Chika untuk hamil lagi, sehingga mereka hanya memiliki satu anak. Ah, lagipula semuanya sudah terlanjur terjadi, di sisi lain ia sangat menunggu anak kembar dari Chika dan Vivi.

Ara berjalan meninggalkan ruang bersalin itu, ia harus segera menjemput Ketlin dan membawa kembali ke rumah sakit supaya Vivi bisa sepenuhnya fokus kepada Chika. Ara memesan sebuah ojek online karena ia tidak membawa kendaraan dan ia berangkat ke rumah sakit dengan menumpang mobil milik Fiony.

Terkait hubungannya Ara dengan Fiony, mereka sudah sedikit serius walaupun mereka belum memutuskan akan menikah kapan, tapi mereka sudah berbicara kalau mereka akan lanjut ke hubungan yang serius. Fiony sudah menemui orang tua dari Ara dan kebetulan orang tuanya Ara memberikan kebebasan kepada Ara dan Fiony. Hanya saja Fiony belum bicara dengan ayahnya yang tukang mabuk dan judi, ia yakin kalau ayahnya tidak peduli dengan dirinya, tapi ia butuh seseorang untuk menjadi walinya dan ia tidak tahu siapa itu.

RetinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang