Episode 8 : Rel Kereta

7 2 0
                                    


Kata orang, malam minggu adalah malam kebahagiaan. Malam yang biasa dimanfaatkan untuk berkeliaran mencari kebebasan. Apalagi untuk anak muda, malam minggu adalah malam cinta. Ya, sekali lagi itu kata orang, tetapi tidak untukku. Malam ini adalah malam minggu, aku sedang ada di dalam rumahku, duduk sendirian di ruang TV. "Ah.. Apa sih spesialnya malam minggu? Menurutku tidak ada bedanya sama sekali dengan malam-malam biasa." Kataku menghbur diri. Tidak seperti orang-orang yang menghabiskan malam minggu untuk hang out dengan teman-temannya, aku hanya diam di rumah saja menonton Televisi.

Saat itu, acara yang kutonton adalah sebuah acara berita malam dari salah satu stasiun televisi. Sambil memakan mie intan yang pedas, aku menyaksikan siaran berita itu. Di antara sekian banyak berita yang telah disampaikan, ada satu berita yang paling heboh dan menjadi Headline. Aku menyimaknya dengan penuh perhatian.

"Pemirsa, Tingkat kriminalitas di Jabodetabek saat ini semakin mengkhawatirkan saja. Tingginya tingkat kriminalitas ini dipicu oleh berdirinya geng preman bernama Belati perak beberapa bulan lalu. Beberapa tindakan kriminal yang dilakukan oleh para anggota belati perak diantaranya melakukan pemalakan kepada para pedagang di pasar. Bekerja pada rentenir sebagai penagih hutang warga. Melakukan perampokkan, Pencurian, hingga tindakan asusuila. Para kriminal itu semakin aman melakukan kejahatannya karena merasa ada perlindungan hukum dari kelompoknya. Netizen bahkan menyamakan kelompok ini dengan Geng Yakuza dari Jepang.

Berdasarkan kabar dari aparat kepolisian, saat ini para intel sedang dalam upaya pencarian markas geng preman tersebut. Polisi akan langsung melakukan penggerebekkan saat markasnya sudah berhasil ditemukan."

Begitulah kabar headline-nya, berita itu mengingatkanku pada kedua preman yang memukuliku di dekat Botani mall beberapa waktu lalu. Kalau diingat-ingat sih memang seram juga. Rasanya lingkungan di kotaku saat ini benar-benar sedang tidak aman. Aku harap para polisi dapat segera menemukan markas mereka dan meringkus ketuanya.

Saat aku tengah sibuk menonton berita itu, tiba-tiba saja aku teringat pada Mentari. "Kira-kira kalau malam minggu begini, Mentari suka ngapain ya?" Aku sih seratus persen yakin Mentari pasti bukan tipikal anak muda yang suka menghabiskan malam minggu untuk hura-hura atau main keluar.

Seharian tadi aku dan Mentari memang tidak saling mengirimi pesan sama sekali. Habisnya, Tidak ada topik yang bisa kami gunakan untuk memulai percakapan. Masa iya, tiba-tiba aku mengirim pesan padanya "hallo, Mentari. sedang apa?", kan tidak mungkin. Bisa-bisa image-ku sebagai lelaki dewasa yang baik bisa rusak. Aku tak mengerti apa yang telah dilakukan gadis itu padaku. Padahal tidak ada hal spesial yang pernah kami lakukan, tapi aku tak bisa berhenti memikirkannya. Rasanya rindu sekali, Aku benar-benar ingin berjumpa lagi dengannya.

Di tengah kecamuk pikiranku itu, tiba-tiba saja aku teringat sesuatu! Aku ingat beberapa jam lalu Mentari memposting sesuatu di ig storynya. Dengan cepat, aku langsung mengambil ponselku untuk mengecek dan melihatnya kembali. Ternyata benar, ingatanku tidak salah. Gambar yang diposting Mentari adalah foto dari taman sempur dan taman ekspresi, lengkap dengan caption; besok bakal keringetan ya kita guys, sambil menandai akun beberapa temannya. Kedua taman itu adalah dua taman yang berdekatan di pusat kota Bogor, biasanya setiap minggu pagi orang-orang ramai datang ke sana untuk jogging dan berolahraga.

Otakku ini memang tak pernah habis akal. Besok Mentari akan pergi jogging ke taman sempur dengan teman-temannya. Ini kesempatanku untuk bisa berjumpa lagi dengan dia. Walaupun sekedar melihat sebentar saja, sudah cukup buatku. Lagipula setelah dipikir-pikir aku memang butuh melakukan aktivitas di luar. Beberapa hari terakhir pikiran dan kondisi batinku sangat kacau. Ingatanku ketika dipukuli preman itu kadang masih membuatku takut. Kepergian Febrian yang melenyapkan nyawanya sendiri 10 hari lalu juga telah membuatku tak bisa tidur selama beberapa malam. Aku harap setelah jogging besok kondisi pikiranku bisa jadi lebih tenang. Syukur-syukur, kalau bisa beneran bertemu dengan Mentari. Akhirnya, aku pun mematikan televisi dan segera pergi tidur supaya bisa bangun pagi.

***

Kukuruyuuuk!!

Esok pagi kemudian. Ayam-ayam saling berkokok di sekitar rumahku, menandakan fajar telah tiba. Tidak seperti biasanya, pagi ini aku sudah bangun. Bahkan aku sudah berpakaian rapi, lengkap dengan sepatu joggingku. Semalam, aku sudah izin pada ibu dan ayah kalau pagi ini aku akan pergi berolahraga di Sempur. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul setengah 5 pagi, tanpa-basa basi akhirnya kuputuskan untuk menyalakan motorku dan berangkat saat itu juga.

Dengan kecepatan bermotorku yang santai, butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai di taman Sempur. Langit masih gelap, udara pun masih sangat sejuk dan dingin. Suhu udara ini benar-benar berhasil mengusir kantuk dari mataku. Nuansa ini benar-benar membuatku tenang. Aku merasa beban pikiranku perlahan menghilang. Sepanjang jalan kulihat jalan raya masih begitu sepi, hanya ada beberapa buah kendaraan saja yang melintas di jalanan. Karena itu lah perjalananku pun jadi sangat lancar walaupun aku mengendarai motor dengan lambat. Tak lama, aku sudah setengah jalan. Aku pun sampai di satu ruas jalan yang berpotongan dengan rel kereta. Aku harus menyebrangi rel itu untuk terus melanjutkan perjalanan.

Kuperhatikan portal pembatasnya terbuka, tandanya rel itu aman dan aku boleh menyebranginya sekarang. Namun, ketika aku hendak menyebrang dengan motorku lagi-lagi hal yang menakutkan terjadi. Tiba-tiba lampu motorku menyorot sesosok lelembut di ambang portal itu. Aku terkejut setangah mati. Sontak, aku menarik rem dan menghentikan motorku. Untung saja ban motoku tak tergelincir. Lelembut itu berwujud pemuda dengan pakaian lusuh dan tubuh putih pucat seperti tak dialiri darah. Lidahnya menjuntai panjang sampai ke dada. Matanya melotot, menatap kosong. Melihatnya bulu kudukku merinding. Ia berdiri disana, seperti menghalangiku.

"Woy!! kalau mau muncul, bisa bilang salam dulu gak sih! Lama-lama aku bisa sakit jantung gara-gara kalian!!?" Teriakku.

Sosok itu diam saja, tidak menanggapi. Menyebalkan! Bukannya melihat wajah Mentari, aku malah melihat wajah yang beginian. Cukup lama sosok itu ada di sana, hingga suara lonceng peringatan pun terdengar. Suara lonceng khas yang kencang itu menandakan bahwa sebentar lagi akan ada kereta yang lewat. Portal pembatas juga perlahan menutup, menghalangi jalanku. Oh tidak, aku jadi harus nunggu lama deh sampai keretanya lewat. Mengetahui hal itu sosok lelembut tadi malah tertawa seperti meledekku, kemudian ia pun menghilang. "Hah!? jadi dia cuman mau gangguin aku, supaya aku gak bisa lewati? Iseng banget sih!"

Di tengah kemarahanku, aku menyadari dua buah motor datang dari arah belakang dan berhenti di sekitar motorku. Tak lupa, kami saling mengangguk untuk menyapa. Aku langsung diam menutup mulutku, pura-pura barusan tak terjadi apa-apa. Kami menunggu keretanya muncul, melintas, dan portalnya terbuka supaya kami bisa melanjutkan perjalanan lagi. Tak lama, akhirnya dari kejauhan kereta itu pun muncul di sebelah kanan kami. Dengan kecepatannya, sedikit demi sedikit kereta itu terlihat mendekat.

Namun, tiba-tiba saja kami dikagetkan oleh munculnya seorang pria tua beberapa meter di sebelah kiri kami. Wajahnya begitu kacau, seakan baru saja menangis hebat. Tanpa ragu, Ia berjalan ke tengah rel itu. Ia bukannya tak tahu ada kereta yang sedang mendekat, justru ia sedang menatap kereta itu.

"Ehh itu.. kenapa itu. astagfirullah!

"Wooy Pak! Pergi dari sana, pak! ada keretaa, pak!!"

" ya Allah! ya Allah! Awaaas"

Situasi menjadi panik. Kami semua berteriak menyuruhnya menyelamatkan diri. Namun ia seperti tak mempedulikan kami. Ia malah membuka tangannya dan menutup mata. Kami baru sadar, pria tua itu ingin bunuh diri. Aku melihat air mata menetes dari matanya yang tertutup, sedih sekali. Gawat! keretanya sudah sangat dekat! Aku pun bangkit dari motorku. Aku harus melakukan sesuatu. Aku harus melakukan sesuatu.

__________________________________________________

Bersambung


Note :

Terima kasih buat kawan-kawan semua yang sudah membaca episode ini, kalau kalian suka bantu bagikan ke kawan-kawan kalian yang lain, yaaa.. sampai ketemu lagi..


Episode Selanjtnya : 

Episode 9 : Aku Harus Melakukan Sesuatu!


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Of The Spirit's EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang