PROLOG

164 14 2
                                    


Sepasang kepak rapuh itu terlihat sangat lunglai dan bergantung lemah pada punggung mungil polos milik makhluk suci yang memejamkan matanya dengan damai. Terjun bebas tanpa perlindungan dari alam yang penuh kesempurnaan tempatnya diciptakan. Ini tidak benar, tidak seharusnya ia seperti ini. Ia seharusnya masih berada ditengah-tengah para makhluk damai yang merupakan kawanannya. Ia belum mengerti apapun. Apa yang akan terjadi padanya setelah ini?.




---------






---------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Padang bunga Lily itu terlihat damai. Penuh dengan bunga penanda kesucian. Malam musim panas ini tidak menghalangi semerbak harum aroma bunga dari air susu dewi Hera itu. Sepasang kaki mungil terlihat membelah padang bunga itu disertai cahaya yang berasal dari obor kecil di tangan kirinya. Matanya menelusuri padang bunga itu.

"Dimana kalungnya?" Suara cadel khas batita terdengar imut di tengah-tengah hamparan bunga setinggi kepalanya.

Pencariannya membuahkan hasil, sebuah kalung berbandul sayap dan palu logam berhasil ditemukannya setelah 2 jam pencarian.

Ia berbalik, berniat kembali ke 'neraka' yang telah merawatnya sebelum suara benda jatuh cukup keras terdengar dari belakangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia berbalik, berniat kembali ke 'neraka' yang telah merawatnya sebelum suara benda jatuh cukup keras terdengar dari belakangnya. Ia memberanikan diri untuk melihat.

Sepasang sayap putih bernoda merah menyapa indra penglihatannya. Ia mengarahkan obornya di dekat gumpalan sayap itu. Ia terkejut. Mata kecilnya membola.


"Siluman burung?. Apakah dia sudah mati? Oh kasian" matanya berkaca-kaca, sifat dari hati kecil polosnya memang masih sensitif.

Ia lantas melirik ke kalung yang ada di tangan kirinya. Otak kecilnya memunculkan sebuah ide.
Ia melepas bandul palu yang terdapat pada kalungnya dengan sedikit kesulitan lalu memasangkan kalung yang tinggal berbandul sayap ke 'siluman burung' yang ditemukannya.
Tangan kecilnya memetik beberapa bunga Lily yang ada di sekitarnya dan meletakkan di atas sayap yang terluka itu.

"Semoga kau tenang, aku memberikan kalungku agar kau abadi di surga" bocah polos itu membungkuk 45° untuk menghormati 'bangkai siluman burung' di depannya. Lalu berbalik untuk pulang.

Yang tidak dia ketahui ketika itu adalah bahwa sebelah sayap terluka itu hilang dan hanya menyisakan sayap patah dan luka menganga di punggung 'siluman' itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



TBC

Halo, kali ini tifan bawa work baru◉‿◉

Jangan lupa Vote Comment ya

WINGS [SUNGTARO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang