Satu

140 14 0
                                    

Happy Reading\(^o^)/

Ditengah-tengah ruangan itu terlihat sekelompok berbaju putih sedang memandang objek di depan mereka dengan tatapan prihatin dan iba. Salah satu diantaranya terlihat tengah mengeraskan rahangnya. Aura disekitarnya terasa mencekam.

Ia tak terima, salah satu bagian baru kelompoknya bernasib seperti ini.

"Gabriel, tenangkan dirimu" sebuah tangan mendarat di pundak lebarnya.

"Jika seperti ini, mengapa kau tidak memberitahuku sebelumnya Raphael?" Nada bicaranya terdengar mengintimidasi.

"Raziel baru memberitahuku ketika kekacauan itu terjadi. Maafkan aku" Surai silvernya terjatuh, ia menundukkan kepalanya. Merasa bersalah walaupun ini bukan salahnya. Tuhan telah menuliskan ini di kitab milik Sang 'Rahasia Tuhan'.

"Sebaiknya kita berikan waktu Gabriel untuk menenangkan diri" sang Amethysta mengeluarkan suaranya dan langsung dilaksanakan oleh semua kelompok baju putih itu kecuali yang dipanggil Gabriel dan sesosok mungil di atas ranjang putih dihadapannya.

----------

Tubuh remaja itu terlihat menggigil. Udara di sekitarnya sangat tidak bersahabat. Jalanan di sekitarnya terlihat sepi, hanya beberapa pengguna jalan yang melintas. Salju Desember memang menyiksa. Jika bisa, ia lebih memilih untuk bergelung di dalam selimut usangnya, tapi apa boleh buat? Jika dia hanya bergelung dengan selimut usangnya, dia tidak akan bisa menyambung hidupnya. Supermarket tempatnya bekerja memang buka 24 jam dan kini bagiannya untuk shift malam hingga pukul 12 nanti. Ia melirik ke arah jam di sudut toko itu. Shiftnya akan berakhir 1 jam lagi. Ia menahan kantuknya, walaupun dia tau kemungkinannya hanya  20% untuk pembeli datang.

Lonceng di atas pintu toko itu berbunyi, memunculkan sosok tinggi bermantel biru memasuki tempatnya bekerja. Ia memperhatikannya dari balik meja kasir. Si mantel biru berjalan ke arah rak ramen dan susu, lalu berjalan ke arahnya.

"Apakah anda mau memakannya di sini tuan?" tanya kasir itu.

"Ya. Bisakah kau menambahkan 2 sosis di dalamnya?" Si pembeli bertanya sembari menyerahkan dua lembar uang pada kasir itu.

"Tentu tuan, silahkan duduk, aku akan mengantarkannya segera" si kasir tersenyum ramah, dan mantel biru itupun berjalan menuju meja yang disediakan di dalam minimarket itu yang mengarah ke jalanan sepi di balik kaca transparan minimarket.
Tak berselang lama setelah ia duduk, seorang yang terlihat lebih pendek darinya meletakkan satu cup ramen beserta potongan sosis di dalamnya.

"Ini tuan, pesanan anda" ucap si kasir dengan senyum ramahnya.
" Terimakasih"
Si kasir hendak pergi sebelum sebuah tangan mencekal lengannya.

"Ah, maaf. Apakah kau bisa menemaniku makan? Lagipula sepertinya belum ada yang berbelanja dalam waktu dekat." Si mantel biru menatap kasir itu dengan wajah memohon, dan dibalas anggukan oleh si kasir.

Hening beberapa saat ketika pria bermantel itu tengah memakan ramen panasnya dan si kasir tengah menikmati salju turun.

"Mari berkenalan" ucap si mantel biru ketika setengah dari ramen dalam cup itu telah pindah ke perutnya.

"Aku Jeno. Lee Jeno, siapa namamu" pemilik mantel itu memperkenalkan dirinya seraya mengulurkan tangannya.

"Shotaro. Osaki Shotaro, senang berkenalan dengan anda Jeno-ssi" senyum ramah si kasir bermarga Osaki itu membuat Jeno ikut tersenyum.

"Omong-omong kau bukan orang Korea?" Tanya Jeno membuka topik.

"Ya. Aku berasal dari Jepang Jeno-ssi" jawab Shotaro tanpa melunturkan senyumnya.

"Ah tidak perlu seformal itu padaku, aku rasa kita seumuran. Atau mungkin kau lebih muda dariku. Umurku 20 tahun" Jeno mencoba memecahkan kekakuan diantara mereka.

"Kita seumuran, bolehkah aku memanggilmu tanpa embel-embel 'tuan' ?" Shotaro memberanikan diri untuk berteman dengan orang asing di sebelahnya itu.

"Tentu" Jeno menerbitkan mata bulan sabitnya pada Shotaro.

--------

Kaki jenjang itu melangkah memasuki ruangan petinggi kelompoknya. Di sana ia bisa melihat para petinggi tengah berunding yang dia yakin dialah topik perundingan itu.

Ia mendudukkan dirinya di kursi kosong dekat ketua kelompoknya.

"Bagaimana kabarmu Gabriel muda?" Sang ketua menanyakan kabar pemuda tinggi yang baru saja duduk di dekatnya.

"Tentu saja aku baik ketua. Aku tidak selemah yang kalian kira"

"Kau telah menginjak usia 18 tahun nak, kau harus mencarinya" ucap salah satu petinggi di seberang tempat duduknya dan diangguki oleh yang lainnya.

"Bisakah ketika aku berusia 20 tahun saja? Kemampuanku belum sempurna" elak yang dipanggil Gabriel muda.

"Kau harus menemukannya atau kau akan menjadi debu" ucap sang ketua mutlak.

Si Gabriel muda hanya menghela nafasnya pelan. Ia tidak bisa membantah jika sudah begini.

"Baiklah. Berikan aku perlengkapannya"


















#####































TBC

Halo kali ini tifan mau double up

Jangan lupa untuk Vote Comment\(^o^)/

WINGS [SUNGTARO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang