Oneshot 4; The First and Last Favorite Place

23 3 5
                                    

( a oneshot by  rindiwn )

"Jika kau masih sudi menerimaku, jemput dan bawa aku ke tempat pertama kali kita bertemu."

Sepasang netra kelabu milik seorang lelaki itu bergerak mengamati isi pesan yang baru saja diterimanya via ponsel. Jantungnya berdebar tidak menentu. Senyumnya perlahan merekah bersamaan dengan perasaan yang membuncah.

Dengan jari yang gemetar, ia membalas, "Masih mengingatku, huh?"

Tidak berselang lama, ponselnya berdenting seraya memampangkan balasan pesan. "Jangan membuatku membatalkan niatku, Jonah Marais Roth Frantzich."

"Kau tau aku tidak menyukai nama lengkapku sendiri, Karlie Brown."

"Cepatlah."

"Baiklah. Aku tau kau merindukanku."

Setelahnya tidak ada balasan lagi dari gadis bernama Karlie itu. Lelaki dua puluh tahun yang kerap disapa Jonah tersebut melempar ponselnya ke ranjang dan bergegas mengganti pakaiannya. Dia mengenakan kaus putih dengan luaran kemeja kotak-kotak andalannya. Kemudian dilengkapi dengan skinny jeans hitam dan sepasang sepatu kasual yang biasa dipakainya sehari-hari.

Setelah siap dengan penampilannya, Jonah meraih ponsel dan merampas kunci mobilnya di tempat gantungan kunci yang ada di kamarnya. Sejurus kemudian dia keluar dari kamarnya dengan langkah cepat berhiaskan wajah berserinya. Dapat ia rasakan Ibu dan adik perempuannya mengamatinya sewaktu ia baru akan melewati ruang keluarga.

"Jonah, kau akan pergi kemana?"

Jonah menghentikan langkah ketika akhirnya Ibunya bertanya. "Bertemu Karlie, Mom."

Sontak saja Ibunya tersenyum senang. "Sudah lama dia tak kemari. Ajak dia makan malam bersama jika bisa."

"Akan aku sampaikan," jawab Jonah. Ia dikejutkan dengan adiknya yang secara tiba-tiba menarik tangannya dan menjauh dari Ibunya.

"Esther, ada apa?" tanya Jonah, terlebih ketika melihat raut yang sulit diartikan di wajah Esther.

"Kau masih berhubungan dengan Karlie?" tanya Esther balik dengan nada tak suka.

Kedua bola mata Jonah berotasi malas. "Kurasa semua orang tau jika aku dan Karlie sudah memiliki hubungan sejak satu tahun yang lalu. And for your information, tomorrow is our one year anniversary."

"Mom memang tidak mengetahuinya, tapi jangan berpikir aku tidak mengetahui tentang kabar itu," ujar Esther kini lebih pelan karena ia tidak ingin Ibunya mendengar pembicaraan mereka. Esther mendesah karena meski raut wajah Jonah berubah tegang, tetapi tak kunjung mengucapkan sepatah kata lagi. "Jonah, kau harus menjauhinya. Dia itu berbahaya."

"No, she's not! Dan aku tidak akan pernah menjauhinya. Ayahnya memang berbahaya tetapi aku tau Karlie tidak sama seperti ayahnya," bantah Jonah penuh penekanan.

"Jonah-"

"Esther, C'mon! Berita itu sudah beberapa bulan yang lalu dan lagi pula ayahnya dikabarkan menghilang. Aku mengenal Karlie, dan kami saling mencintai, jadi tidak ada alasan dia berbahaya untukku," sela Jonah berusaha meyakinkan Esther.

"Justru karena pria itu menghilanglah aku memperingatimu." Esther menghela napas lalu menunduk. "Aku hanya khawatir denganmu. Aku hanya-"

"Hey." Jonah menangkup wajah adiknya yang berusia tujuh belas tahun itu dengan kedua tangannya. "Dengar. Aku akan baik-baik saja. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Kau tenang saja, oke?"

Alih-alih menjawab, mata Esther justru berkaca-kaca dan berhasil menyentuh hati Jonah. Tanpa berpikir lagi, Jonah membawa Esther ke dalam pelukannya dan mengusap punggung gadis itu lembut. Walaupun ia dan Esther jarang memuji satu sama lain, tapi ia tahu mereka saling menyayangi.

Some Places With Why Don't We [ANTALOGI ONESHOT]Where stories live. Discover now