1.0. Help

2.4K 177 8
                                    

Jalanan yang licin serta angin malam yang dingin tak menghentikan langkah kaki Chaeyoung untuk terus berlari. Sesekali kepalanya melihat ke belakang namun ia tak melihat segerombolan orang yang mengejarnya, sayang jejak langkah mereka justru semakin masuk ke indra pendengarannya.

Tak ingin tersusul, Chaeyoung semakin menambah kekuatan larinya, meski rasanya nafasnya sudah semakin sesak karna kelelehan Chaeyoung tak ingin berhenti begitu saja.

"Aku hanya tak ingin hidupku habis ditangannya." Lirihnya disela larinya.

Melihat adanya belokan gang yang cukup gelap, Chaeyoung memutuskan untuk masuk. Sekali lagi ia torehkan kepalanya melihat kebelakang, ia tak menemui orang yang mengejarnya. Chaeyoung bergegas masuk dan bersembunyi.

.
.

Kelaparan tengah malam, membuat Jisoo mau tak mau harus menggerakkan kakinya keluar, mencari makanan untuk mengisi perutnya atau ia tak akan bisa tidur dengan nyenyak.

Jalanan yang sudah sepi sama sekali tak membuatnya takut, terang saja ia tak takut pada apapun di dunia ini lagi.

Jisoo merapatkan jaket kebesaran yang dipakainya sekeluarnya ia dari toko tempat ia membeli beberapa makanan. Berjalan pelan menyusuri jalanan yang basah yang belum lama ini habis diguyur hujan.

Namun langkahnya terpaksa berhenti ketika mendapati seorang pria yang sedang mabuk menghalangi jalannya.

"Ah kau gadis cantik kenapa keluar malam-malam seperti ini." Sebelum tangan besar milik pria itu berhasil menyentuh Jisoo, Jisoo melangkah mundur.

Mengabaikan mereka, Jisoo berjalan kesamping dan segera melanjutkan jalannya. Tak berniat meladeni pria yang sangat menjijikkan dimatanya sekarang.

"Yak! Kau ingin bermain-main dengan kami?"

Tak terima diabaikan oleh Jisoo, pria tersebut lantas mengejar Jisoo yang belum jauh darinya. Menyadari hal itu, Jisoo mendengus kesal.

Jisoo berlari kecil setelahnya ia membelok pada gang yang menurutnya cukup gelap.

Jisoo berdiri tegap disana ketika seorang pria tadi berhasil mengikutinya. Lantas pria tadi mendekati Jisoo, merasa menang karna jalan yang dipilih Jisoo merupakan jalan buntu.

"Kemarilah gadis cantik, ini tidak akan sakit, kita hanya akan bermain sebentar." Lantas ia tertawa keras, seakan perkataannya barusan adalah lelucon palinga lucu pada abad ini.

"Kau ingin tubuhku? Kemarilah aku akan memberinya padamu." Pria itu lantas kegirangan, berlari, bersiap menerjang Jisoo.

Belum sempat lelaki yang memiliki tubuh besar itu menggapai tubuh Jisoo, ia beteriak kesakitan ketika merasakan sebuah belati kecil mendarat tepat di lehernya.

Jisoo berjalan pelan menghampiri pria yang baru saja terkapar bak ikan yang kelauar dari air,  lalu ia berjongkok untuk mencabut belati yang tertancap tadi tanpa pikir panjang, membuat lelaki itu semakin mengeluarkan suara-suara aneh. Tak memperdulikan lagi, Jisoo melangkahkan kakinya pergi menjauh.

.
.

Chaeyoung menahan nafasnya sejak tadi dibalik barang-barang yang menutupi tubuhnya, tak pernah sekalipun hal seperti ini terbayang dalam hidupnya.

Dan memilih untuk tetap diam ditempatnya, tanpa melakukan pergerakan apapun sampai ia melihat lelaki berbadan besar itu tumbang di tangan perempuan yang Chaeyoung yakin tingginya tak melebihi dirinya.

Setelah ia rasa aman, dan perempuan berjaket tadi pergi, Chaeyoung keluar dari peesembunyiannya, ia masih bisa mendengar suara tarikan nafas yang keluar dari pria tersebut.

"Maaf, tapi aku rasa kau pantas mendapatkannya. Semoga kematian cepat memanggilmu."

Chaeyoung berlari, sesuatu hal gila terlintas di kepalanya.

Menemukan yang ia cari, Chaeyoung bernafas lega ketika perempuan yang melakukan pembunahan di depan matanya tadi kini berjarak beberapa meter darinya.

"Tunggu!" Chaeyoung berseru cukup keras, namun sepertinya perempuan tadi tak merasa.

"Kau, perempuan berjaker hitam, berhenti!" Seru Chaeyoung lebih keras. Berhasil.

Perempuan tadi menghentikan langkahnya, namun tak berbalik. Membuat Chaeyoung menyusulnya dan berdiri di depan perempuan itu tanpa rasa takut.

Ditatap dingin oleh perempuan yang lebih pendek darinya itu, tak membuat Chaeyoung takut. Sesuatu di dalam dirinya justru membuncah semakin kuat.

"Kau menghalangi jalanku, nona." Ucapan itu membuat Chaeyoung menatap perempuan di depannya dengan datar.

"Aku melihatmu membunuh pria itu."

"Ya, lalu?"

Chaeyoung terperangah ditempatnya ketika perempuan dihadapannya itu tak kalah datar membalas tatapannya.

"Bunuh aku juga!" Alis perempuan tersebut mengerut mendengar perkataan yang dilontarkan Chaeyoung. Unik, itulah kata pertama yang terlintas melihat Chaeyoung yang masih bersikukuh.

"Kau gila?" Akhirnya perempuan itu berucap setelah terdiam cukup lama mengamati Chaeyoung.

"Tidak, aku Chaeyoung." Tawa perempuan dihadapan Chaeyoung itu pecah, meski tak lama.

"Hm, baiklah, aku Jisoo. Sekarang menyinggirlah nona, aku sedang tidak ingin bercanda."

Chaeyoung tetap pada pendiriannya, tak mengidahkan perkataan perempuan bernama Jisoo tadi.

"Kau tidak takut jika aku melaporkanmu pada polisi huh? Aku melihat wajahmu dengan jelas."

"Tidak. Laporkan saja jika kau mau, dan sekarang meyinggirlah."

Karna badan Chaeyoung yang tak kunjung menyinggir, Jisoo mendengus dan terpaksa turun dari trotoar sehingga sepatunya harus rela basah karna mendarat di genangan air.

Lagi, Chaeyoung menghentikan langkah Jisoo dengan berdiri didepannya.

"Kau benar-benar ingin mati huh?" Jisoo kesal bukan main sehingga benar-benar menodongkan pisau yang masih menyimpan bercak darah itu pada leher Chaeyoung.

Chaeyoung tak menjawab, justru mendekatkan dirinya pada pisau yang dipegang Jisoo, sehingga ia dapat merasakan dinginnya belati itu menyentuh kulitnya.

"Sinting!" Jisoo menarik kembali pisaunya, ketika perempaun yang ia ketahui bernama Chaeyoung itu merapatkan lehernya pada pisaunya.

Jisoo melangkah dengan cepat, meinggalkan Chaeyoung yang masih terpaku ditempatnya. Tak habis pikir ada orang yang suka rela menjadi korban pisaunya.

Mendekati rumahnya, kesabaran Jisoo kembali diuji ketika melihat Chaeyoung kini berlutut padanya, terus memohon agar dibunuh olehnya.

Jisoo hanya ingin makan dengan tenang namun Chaeyoung seaakan tak memberikan kesempatan itu padanya.

"Baiklah aku akan membunuhmu nanti, tidak sekarang, setidaknya setelah aku selesai menyantap makananku. Jadi tunggulah disini jika kau ingin benar-benar kubunuh."

.
.

Tbc

.
.

Saya senang ada momen Chaesoo di iglive Chaeng tadi 😭

Jadi muncul ini yey. Mungkin ini bakal panjang ada 3 part.

Mohon tinggalkan jejaknya teman-teman

The InfiniteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang