1.4. Guardian

977 144 14
                                    

Mata indah itu terbuka perlahan, sedikit demi sedikit matanya mulai menerima bias cahaya yang masuk.

Putih. Disekililingnya dipenuhi oleh warna putih.

Tak berapa lama air matanya menetes, sekilas bayangan yang menimpa dirinya sebelum berada diruangan putih itu adalah dia yang mengalami hal yang sama dengan kakaknya.

Merasa bersalah, ia merasa telah membohongi kakkanya yang menyuruhnya hidup dengan baik.

Tapi bagaimana bisa dia hidup dengan baik seorang diri? Dihantui rasa bersalah yang begitu mendalam.

Ibunya mati karna melahirkannya, lalu kakaknya merenggut nyawa demi melindunginya, dan ayahnya yang ia.

Monster apa sebenarnya yang bersamayam di dirinya?

Mata indah milik Chaeyoung yang tadinya dipenuhi oleh linangan air mata itu kini bergerak ke samping ketika merasakan adanya pergerakan selain dirinya. Membuatnya terkejut bukan main.

"Oh? Kau juga mati?" Chaeyoung bertanya ketika mendapati perempuan yang telah mengingkari janji padanya.

"Huh?"

"Ya kau kenapa ada disini? Kau ikut matu? Apa kita sedang bersama menuju langit sekarang?"

Chaeyoung menatap Jisoo dengan pandangan penuh tanda tanya ketika Jisoo semakin mendekat kearahnya.

"Sepertinya kau mengalami benturan yang cukup keras sampai berefek ke mata milikmu tak bisa berfungsi dengan seharusnya."

.
.

"Tusukan yang kau terima saat itu lumayan serius. Meski tak mengenai organ penting tetap saja kau kehabisan banyak darah. Tapi sekarang kau sudah tidak apa-apa. Kau akan segera sembuh."

"Kenapa tidak kau biarkan aku mati saja?"

Jisoo memutuskan tatapan mereka saat bertemu, mengalihkan pandangannya asal tidak melihat pancaran mata yang tampak mati itu.

Jisoo sangat benci binar mata seperti itu, hanya mengingatkannya pada masa lalunya yang pahit.

"Jawab aku, kenapa kau tidak membiarkan aku terbunuh saja saat itu!"

Tangan Chaeyoung yang sedari tadi mencengkram sprai untuk melampiaskan amarahnya kini berganti dengan genggaman tangan Jisoo.

Chaeyoung sedikit tertegun ketika mata yang dingin itu kini berbah menjadi sendu.

"Aku memiliki adik, namanya Lisa, harusnya ia berumur 19 tahun sekarang."

Chaeyoung terdiam, tak menyangka jika Jisoo ternyata lebih tua darinya, karna saat ini umurnya sama dengan umur adik Jisoo yang barusan ia sebutkan.

"Dia anak yang ceria dan aktif tadinya, sampai ketika orang tua kami mulai membandingkan prestasi akademis kami. Lisa, dia sangat ahli dalam dance dan beberapa permainan olah raga dan dia sangat kurang dalam akademis, maka dari itu."

Jisoo terdiam lagi, membuka memori lamanya yang membuat dia menjadi seperti ini.

Karna Jisoo masih terdiam, dan Chaeyoung juga tergelitik keinganan tahuannya, ia segera menimpali perkataan Jisoo.

"Orang tuamu memaksanya untuk menjadi sepertimu? Tapi dia tidak sanggup, sampai akhirnya.. maaf, bunuh diri?"

Jisoo tertawa pelan mendengar penuturan, tidak habis pikir.

"Tidak."

"Lalu?"

"Dia kuat sangat kuat bahkan. Lisa anak yang sangat berbakti pada orang tua, dia mengikuti semua keinginan orangtua kami. Lisa rela meninggalkan hobinya, dan belajar tiada henti setiap harinya bahkan saat libur sekalipun. Walau begitu hasilnya tetap tidak bisa memuaskan hasrat orang tua kami."

Jisoo berusaha sekuat mungkin untuk mengendalikan dirinya.

"Lisa dibentak, bahkan sempat ditampar, mereka merasa Lisa hanya bisa menjadi aib buruk keluarga. Aku... Sebagai kakaknya merasa gagal saat itu. Sangat gagal karna tak bisa melindunginya, karna ia melarang keras aku membelanya, dia tak ingin aku dimarahi jika aku ikut campur. Bodohnya aku tak bisa menolak keinginannya."

Jisoo manarik nafas berat, mengusap cepat air matanya yang akan menetes.

"Setelah kejadian itu, dia menjadi pemurung. Aku berusaha menghiburnya, mengajaknya ke pasar malam saat pasangan brengsek itu pergi beberapa hari ke luar kota saat itu. Saat itu aku menemukan cahaya matanya hidup kembali, dia kembali menjadi Lisaku. Kami makan dan bermain puas saat itu, aku sangat bahagia melihatnya kembali tertawa."

"Sayangnya hari itu hari terakhir aku melihatnya tertawa. Sesampainya kami di rumah hal tak terduga terjadi, orang-orang brengsek itu sudah ada di rumah.. dan yah, semua kesalahan dilimpahkan padanya. Lisa tidak apa jika yang disakiti saat itu hanya dia, tapi saat itu aku juga kena karna dianggap lalai mengabaikan tugasku belajar saat malam hari. Lisa menyalahkan dirinya karna untuk pertama kalinya aku ditampar."

"Aku tak mengira Lisa memiliki pemikiran yang jauh. Dia melarikan diri malam itu juga karna takut dia hanya akan membawa pengaruh buruk padaku. Bisa apa anak umur 15 tahun melawan bahaya malam hari? Dia meninggal setelah dimainkan lelaki mabuk, tubuhnya terdapat luka tusukan serta cekikan."

"Dan yaah seperti ini lah aku sekarang.. membunuh lelaki yang tidak berguna yang hanya bisa mabuk dan menggoda wanita sesukanya."

Jisoo menatap Chaeyoung lekat, "Aku menemukan Lisa yang lain dalam dirimu. Maka dari itu selalu mengelak jika kau sudah meminta. Kalian sama, mata kalian sama saat itu. Aku tidak bisa. Maka dari itu aku mohon, tetaplah hidup aku tak ingin merasakan sakitnya kehilangan, lagi."

.
.

End 👏👏👏👏👏👏

Apa tanggapanmu?

The InfiniteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang