Chapter II

650 98 77
                                    

Hai semuanya... Back again dengan author paling kece ( deuh ilah ).. kangen Sama Hansu & Soo Ah? Sama.. maaf ya lama.. okelah lebih baik kita mulai saja...

***

Hanseong, Joseon, 21 January 1919.

Pagi itu, ditengah dinginnya cuaca musim dingin yang menyengat. Rumor itu tersebar bagaikan kobaran api. Bahwa Kaisar Gojong yang sebelumnya dipaksa untuk turun dari tahtanya, ditemukan meninggal saat subuh menjelang.

Tentu saja kabar itu membuat kehebohan yang tak terbendung dikalangan masyarakat. Dan keesokan harinya pengumuman resmi di buat oleh pemerintahan Jepang yang saat itu telah berkuasa di Joseon.

Sontak masyarakat berduka dengan kepergian Kaisar Gojong. Tanda berduka dipasang disetiap sudut rumah. Semua lapisan masyarakat memakai pakaian putih tanda berkabung. Banyak spekulasi juga yang berhembus dikalangan masyarakat. Bahwa Kaisar memutuskan mengakhiri hidupnya, karena tidak bisa menerima putranya akan menikahi putri dari Kaisar Jepang.

Sebagian masyarakat percaya dengan teori ini, jelas karena sejak awal Kaisar Gojong menolak untuk menyerahkan kekuasaan atas negrinya pada Kekaisaran Jepang.

Namun sebagian masyarakat percaya bahwa bukan itu alasan dibalik kematian Kaisar. Mereka percaya bahwa Kaisar mereka dibunuh oleh pemerintahan Jepang. Gelombang kesedihan itu tidak hanya karena mereka kehilangan Kaisarnya. Namun karena mereka sadar bahwa inilah akhir dari otonomi Joseon.

Tanggal 11 February, pengumuman resmi dibuat bahwa Kaisar Gojong meninggal 1 jam setelah meminum arak beras. Dan ditanggal 27 serangkaian upacara pemakaman dimulai. Dan hal inilah yang memantik kemarahan dari masyarakat Joseon. Bahwa Kaisar Joseon dimakamkan dengan serangkaian upacara adat Jepang.

Tanggal 1 Maret, pergerakan independen memperjuangkan Joseon yang merdeka pecah disegala penjuru Negri. Sebanyak 47.000 demonstran dan pemimpin umat kristiani di tangkap dan diinterograsi. Dan sebanyak 7500 orang meninggal saat berjuang untuk kemerdekaan.

Peristiwa ini yang memantik seorang Han Soo Ah yang saat itu berusia 15 tahun untuk diam-diam mulai memikirkan bergabung dalam perjuangan kemerdekaan Joseon. Namun puncaknya adalah saat ia membaca lembaran Surat kabar. Bahwa seorang pelajar perempuan, Yun Gwang Sun ditangkap dan diadili setelah berjuang melakukan protes terus menerus demi Joseon yang merdeka. Ia disiksa dan dipukuli secara brutal oleh tentara Jepang sampai akhirnya meninggal di tahun 1920.

Darah perjuangan itu semakin bergolak dalam diri Soo Ah. Sebagai putri dari seorang bangsawan Di Joseon dia mendapatkan segala privilege sebagai wanita. Dengan pendidikan juga latihan fisik yang ia lakukan diam-diam.

Keluarga intinya tentu tau jika Soo Ah melatih dirinya dengan senjata. Membuatnya benar-benar terlatih sebagai penembak jitu. Kedua kakaknya juga sudah melakukan pergerakan itu bersama dengan sepupunya, Seo Hae Young uraboeni*.

Mereka melakukan pergerakan secara sembunyi. Dengan organisasi tertutup dan sangat rahasia. Anggota mereka hanyalah mereka yang terpilih dan sudah melakukan sumpah dan perjanjian pada organisasi.

Saat Soo Ah mengutarakan keinginannya untuk dengan aktif bergabung didalam pergerakan itu. Jelas kedua kakaknya juga sepupunya menentang keinginannya. Semua ini terlalu berbahaya baginya yang seorang wanita. Namun bukan Han Soo Ah jika ia tidak mendapatkan keinginannya.

Setelah bergulat dengan kedua kakak dan sepupunya ia akhirnya bergabung. Ia juga berkata pada mereka bahwa keberadaannya pasti akan berguna dimasa depan. Dimana ia bisa melakukan pergerakan dengan caranya sendiri.

***

Keijo, 1925.

Hansu menatap pekerjanya dengan mata yang sangat tajam. Ia mengawasi segala yang mereka kerjakan, ia tidak ingin ada kesalahan lebih lanjut. Setelah menemukan masalah yang terjadi dengan perdaganganya di Joseon. Ia memecat orang-orang yang berbuat curang selama ini. Setelah ini ia harus mencari orang baru yang bisa membantunya disini.

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang