Chika Imut Kayak Marmut

59 16 7
                                    

Jarak antara sekolah dan rumah Chika cukup jauh. Menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit. Setiap pagi dia berangkat bareng papanya, sekalian Jeri ke kantor. Barang Chika yang enggak pernah ketinggalan adalah jam tangan dan botol minum.

"Pa, tambahi uang jajan dong," pintanya menengadahkan tangan kepada Jeri sebelum turun dari mobil.

"Bukannya tadi sudah dikasih Mama?"

"Iya, cuma 50 ribu. Kurang, Pa," rayu Chika manja.

Jeri selalu luluh dengan tatapan sendu putrinya. Akhirnya dia menambah 50 ribu.

"Ingat, jangan dihabisin. Sisanya ditabung."

"Beres, Pa!" ucap Chika memasukan uang di saku tertempel logo OSIS.

Bibir tipis nan merah itu mengembang. Dia salaman dan mencium tangan Jeri lalu keluar dari mobil. Cellia sudah menunggunya di depan gerbang. Sahabatnya itu memang paling setia.

Chika berlari kecil ke arah Cellia. "Pagi, Cellia kesayangan gueee," sapanya ceria.

"Pagi, Chik."

Cellia mengamati raut wajah Chika yang berseri, dia tahu pasti sahabatnya itu sedang bahagia.

"Seneng banget hari ini. Dapat apa?"

Sudut bibir Chika saling tertarik. "Dapat tambahan uang jajan dong dari Papa!" serunya hingga menampilkan deretan gigi yang putih.

"Wah, asyik dong. Jangan lupa bagi ke gue 25 persennya," ucap Cellia sambil membuka kedua telapak tangannya, seakan-akan meminta kepada Chika.

"Ih, kata Papa buat ditabung tahu! Bukan buat dibagi-bagi." Tangan Chika menarik jaket rapat, takut Cellia akan jail mengambil uang sakunya.

Cellia terkekeh geli dengan kelakuan unik sahabatnya itu.

"Yaudah-yaudah, jajanin gue aja kalau gitu."

Chika mengetukkan jari telunjuknya ke dagu, seolah berpikir.

"Oke, karena Cellia baik jadi Chika jajanin Ciki nanti di kantin."

"Sip, deh. Yuk ke kelas, nanti keburu bel."

"Let's go!"

Chika dan Cellia berjalan ceria menuju kelas saling merangkul.

***

Suasana di kelas tampak riuh seperti biasa, tetapi kali ini lebih ramai karena Akbar, sang ketua kelas, bersiap mengumumkan sesuatu.

"Tenang! Semuanya tenang dulu, kalau enggak tenang gue diem!" ancamnya.

"Huuuu!" Semua orang di kelas menyoraki Akbar yang berdiri di depan.

"Oke, jadi karena semua guru lagi rapat, hari ini kita disuruh belajar sendiri!"

"Yesss! Mabar kuy!" celetuk Ervin di kursi paling pojok.

Akbar menarik napas dalam. "Enak aja lo! Ada tugas dari Pak Dodon, buka paket halaman 123-126 dikumpulkan hari ini. Setelah itu besok bakal ada kuis dadakan," jelasnya lalu diserbu tanda tak suka dari teman-temannya.

"Udah, gitu aja pengumumannya. Sekian dari gue, wassalamu'alaikum."

"Haduh, kenapa Pak Dodon selalu bikin gue mati kutu sih!" kesal Chika sambil menutup wajahnya.

Cellia yang melihat itu tersenyum. "Semangat, Chik! Lo pasti bisa, gue yakin."

"Halah, jangan sok ngehibur gue deh. Gue udah tahu ending-nya kayak gimana," gerutunya.

BIMBEL WITH KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang