Si Lemot Punya Cemceman

34 12 15
                                    

Dua cewek berseragam putih abu-abu itu berjalan santai sambil ngemil jajanan yang mereka beli dari kantin. Chika selalu mengapit botol minum ungu gambar artis K-pop kesayangannya. Mereka menuju pinggir lapangan basket. Surai panjang, hitam, dan lurus milik Cellia tergerai, diselipkan bandana kain hitam motif bunga kecil merah menambah manis penampilannya hari ini. Sedangkan rambut Chika yang sebahu diikat satu ke atas, menyisakan bagian belakang yang tergerai. Wajah imutnya semakin menggemaskan dengan dua jepit rambut bentuk pita di sebelah kirinya.

"Lo mah kayak anak TK, Chik," ujar Cellia sesaat setelah mereka duduk di bangku kayu putih bawah pohon johar.

Daunnya yang rimbun dan hijau melindungi Cellia dan Chika dari paparan matahari, siang ini yang terik tak terasa, justru sejuk ditambah angin sepoy-sepoy.

"Emang kenapa?" tanya Chika meletakkan botol minumnya di tengah-tengah mereka.

"Ke mana-mana bawa botol minum. Heran deh gue! Kayak di kantin enggak jual minum aja."

"Kata Mama gue enggak boleh jajan sembarangan. Enggak boleh minum es, nanti batuk."

"Tapi enggak segitunya kali!"

"Halah, lo aja sering kan, minta minum gue kalau di tengah pelajaran haus."

Cellia cengingisan. "Iya sih."

Tiba-tiba botol minum Chika diserobot cowok berpakaian basket dan keringat bercucuran di wajahnya. Tanpa seizin pemilik, orang itu langsung menenggaknya. Chika sejenak bengong, hanya menatap cowok itu minum. Detik berikutnya baru dia sadar kalau minumannya diambil.

"Iiiiiih, Akbaaaar!" pekik Chika kesal sambil mengentakkan kedua kaki.

"Makasih, ya?" ucap Akbar cuek sembari cengengesan memberikan botol itu kepada Chika, air putihnya tersisa seperempat botol.

"Aaaaa, tinggal dikit!" seru Chika melihat botolnya, wajahnya dibuat seperti ingin menangis, semakin menggemaskan. "Tanggung jawab lo!" Chika menunjuk Akbar dan menatapnya tajam.

Namun, ketua kelasnya itu malah terbahak sambil berlari ke tengah lapangan. Chika siap menjitak kepalanya, dia mengejar Akbar. Walhasil mereka seperti anak TK yang kejar-kejaran di tengah lapangan basket. Cellia yang setia duduk di kursi melihat ulah itu terpingkal-pingkal sampai memegangi perutnya. Chika dan Akbar menjadi tontonan banyak orang.

Bug!

Tubuh mungil itu terhuyung, mata Chika memejam, bersiap sakit karena dalam pikirannya, dia akan terperenyak karena menabrak cowok bertubuh kekar dan tinggi. Ditunggu-tunggu, tubuhnya seperti melayang. Sedikit demi sedikit dia membuka mata. Sinar matahari yang harusnya menyilaukan mata terhalang wajah tampan. Hidungnya mancung, kedua alisnya tebal, bibir tipis dan merah, rahangnya tirus, sempurna! Cowok itu menegakkan tubuh Chika.

"Heh, kalau mau kejar-kejaran jangan di lapangan. Sana di taman!" tegur cowok itu stay cool.

"Sorry, Kak Galang. Nih, si Marmut yang mulai," ujar Akbar menunjuk Chika.

Mata Chika melotot menatap Akbar tak terima. "Heh, apa lo tadi bilang? Sekali lagi lo ngomong gitu, gue tampol mulut lemes lo pakai sepatu. Nyonyor-nyonyor deh lo!"

Akbar bukannya takut malah semakin gencar meledek Chika, "Chika imut kayak marmut, Chika imut kayak marmut, Chika imut kayak marmut." Akbar sambil menggoyangkan pantatnya dan berlari keluar dari lapangan.

Anggota basket yang berada di tengah lapangan terbahak, ada yang menahan tawa karena menjaga perasaan Chika, tetapi Galang berwajah datar itu cuek. Dia men-dribble bola lalu memasukan ke ring.

"Yes! Slam dunk!" pekik Galang sambil mengepalkan tangan dan mengayunkan ke bawah.

Sambil ngos-ngosan Chika duduk di sebelah Cellia. Wajahnya merah dan berkeringat.

BIMBEL WITH KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang