Mentari telah menyisir kegelapan. Dengan perlahan, ia menggelar sutera emasnya untuk membangunkan makhluk kesayangannya.
Burung pun mulai terbang dari sarangnya. Mereka bernyanyi untuk menyambut lembaran baru dalam kehidupan.
Termasuk untuk seorang gadis bersurai pink dengan model rambut mirip laki-laki yang dilengkapi dengan manik biru rubi. Sungguh menarik untuk dipandang.
"Yumenosaki ...," gumamnya yang belum beranjak dari gerbang. Maniknya terus mengedarkan pandangan ke lingkungan sekitar. Hingga tanpa sadar, seseorang tengah menepuk pundaknya dua kali yang membuat dirinya menatap orang dibelakangnya.
Seorang gadis bersurai hitam dengan model twintail tengah tersenyum padanya, "Wah! Aku belum pernah melihatmu disini. Apa kau baru pindah?"
"Um! Namaku Hoseki Ai, dari kelas 2-B. Mohon bantuannya," ucap sang gadis yang langsung membungkukkan badannya empat puluh lima derajat.
"Ah, tidak perlu se-formal itu. Dan namaku adalah Shirayuki Mui! Salam kenal," ucap lawan bicaranya dengan riang, "Panggil saja aku Mui. Dan sebagai gantinya, aku akan memanggilmu 'Ai'."
"Um!" jawab Ai yang tidak kalah riang dari lawan bicaranya.
"Ah, apakah kau sudah tahu kelasnya? Kalau belum, mari kita sama-sama ke kelas," ucap Mui dengan ramah.
"Kebetulan, aku belum berkeliling sekolah ini. Jadi ...." Ai belum sempat menyelesaikan ucapannya. Namun, Mui telah menggandeng tangannya begitu saja dan ia hanya bisa menurut.
Dalam perjalanan, manik sang gadis terus-menerus memperhatikan berbagai ornamen yang sangat berbeda dari sekolahnya dulu.
Istana Romawi, itulah yang terlintas dipikiran Ai setelah ia memperhatikan sudut demi sudut hal yang mampu ia pandang.
"Baiklah, ini kelas kita." Ai pun langsung melihat seluruh penghuni kelas.
Ramah dan mudah berteman, itulah kesan pertama yang ingin Ai tunjukkan pada teman-teman barunya.
"Selamat pagi!" ucap Mui yang belum melepaskan tangannya dari Ai.
"Pagi!" balas mereka yang tampak tidak tertarik sedikitpun, akibat dari kesibukan pagi mereka yang sempat tertunda.
"Syukurlah kau sudah berada disini."
Suara ramah itu membuat kedua gadis menghentikan langkah mereka dan berbalik menghadap sang lawan bicara.
Dengan segera, manik Ai menatap hal yang tidak biasa. Jas laboratorium telah bertengger di tubuh pria paruh baya yang tampak berantakan.
"Sagami-sensei," gumam Mui.
"Eh?" Ai pun melontarkan tatapan bingung. Namun, belum sempat bertanya, pria itu meminta mereka untuk segera masuk kelas agar pelajaran bisa cepat dimulai.
"Selamat pagi!"
Guru itupun mulai memasuki kelas setelah kedua gadis itu duduk ditempat mereka. Dengan langkah penuh percaya diri dan senyuman lembut, ia berdiri dihadapan para gadis dengan penuh antusias yang dibuat-buat.
"Namaku adalah Sagami Jin. Mulai sekarang, aku akan menjadi guru wali dari kalian. Mohon bantuannya untuk satu semester kedepannya," ucap Jin dengan senyuman yang belum luntur dari wajahnya.
"Mohon bantuannya," sahut para siswa yang telah menaruh konsentrasi padanya.
"Jadi, karena kita juga baru masuk tahun pembelajaran yang baru. Maka, saya ingin menanyakan satu hal pada kalian."
Ucapan Jin membuat seluruh penghuni kelas ini bingung sekaligus tegang secara bersamaan. Namun, mereka yakin jika pertanyaan yang diberikan itu tidak mungkin sulit.
"Jadi, apa pertanyaannya, Sagami-sensei?" tanya seorang gadis bersurai Azure yang tengah menopang dagunya.
Mendengar sahutan itu, tatapan Jin langsung mengarah pada siswa pindahan yang tengah menatapnya dengan tatapan polos.
"Hoseki, bisa kah kau menjelaskan apa itu idola?"
Sontak, tatapan satu kelas pun mengarah padanya. Mereka merasa jika gadis itu tidak pernah ada di kelas ini. Namun, ingatan mereka juga merasa tidak asing akan tatapan yang ia berikan.
"Kau pasti bisa, Ai!" ucap Mui yang berusaha menyemangati teman barunya.
"Menurut saya, idola adalah hero. Ya, hero yang bisa meraih, bahkan mengajak teman ataupun lawan bersinar bersama. Tidak peduli apapun itu rintangannya, selama bersama ... kita pasti bisa meraih apa yang kita inginkan. Maka ... maka dari itu, aku ingin menjadi Hero!" jelas Ai dengan penuh semangat.
Namun, tidak lama setelah Ai menjawab, seorang gadis bersurai silver kebiruan pun mengangkat tangannya.
"Silakan, Yozorano Mizuki."
"Menjadi idola itu artinya kau harus berani menunjukkan jati diri dan sosokmu yang nantinya akan dikenal banyak orang. Meski itu artinya memberitahukan keberadaanmu pada seseorang yang kau benci, atau harus menghancurkan hidupmu sendiri, tapi selama ada orang yang senang dengan penampilanmu, that's balance with your sacrifice ."
Ai sedikit terkejut atas jawaban itu. Meskipun ia tidak bisa menampik fakta jika idola memang harus menunjukkan pesona dimana pun mereka berada. Namun, entah mengapa rasanya sangat berbeda.
"Hoseki, ada yang ingin kau sampaikan?" tanya Jin yang menyadari jika salah satu muridnya merasa sedikit terguncang.
"U-um, tapi ... bukankah itu akan menampilkan sisi privasi yang seharusnya tidak ditampilkan dalam publik?" balas Ai yang telah mengeluarkan apa yang ia rasakan.
Jin pun langsung menatap muridnya yang sempat menyanggah pernyataan siswa pindahan itu.
"Hmmm, mau sekuat apa kau menyembunyikannya ... lama-lama juga akan ketahuan, bukan? Seperti kasus kakak kelas kita sebelumnya," jelas Mizuki yang membuat Ai terdiam.
Diamnya Ai membuat kelas pun menjadi hening. Tidak ada yang bisa menghilangkan fakta yang ada pada konser tahun lalu.
Ya, fakta yang sangat besar, hingga membuat tekanan sangat besar untuk idola yang terkait. Bahkan, dua unit idola itupun terpaksa berhenti tampil beberapa saat untuk mengurus semuanya hingga kembali berjalan lancar.
"Kalian luar biasa dan mampu melampaui ekspektasiku. Perbedaan pendapat tentang idola adalah hal biasa. Tiap idola memiliki kriteria masing-masing untuk mencapai popularitas. Tapi, ada satu hal yang harus kalian ingat sampai kapanpun, kerja sama tim. Tanpa adanya tim, kalian tidak akan berdiri di panggung yang megah dengan penuh sorakan dan dukungan dari para penggemar," jelas Jin yang membuat muridnya perlahan-lahan mengerti apa yang ia coba sampaikan.
"Tapi, karena saya ada jadwal ditempat lain ... maka pelajaran saya cukupkan sampai disini terlebih dahulu. Sekian, terima kasih."
Kepergian Sagami Jin langsung membuat penghuni kelas berhamburan. Bahkan, tak banyak diantara mereka memilih untuk keluar kelas. Walaupun sekedar mencari udara segar, setidaknya mereka bisa rileks untuk sementara waktu.
"Jadi, namamu adalah Hoseki Ai?"
Suara itu masih membekas di ingatan Ai. Namun, ia sama sekali tidak mempermasalahkan apa yang terjadi sebelumnya.
Ia pun mengukir senyuman penuh keceriaan, "Um! Salam kenal."
"Hei, bukankah tadi itu sedikit berlebihan?" sela Mui sembari memberikan tatapan penuh tuntutan pada lawan bicaranya yang baru saja berdebat dengan teman barunya.
"Aku rasa belum," jawab Mizuki dengan tatapan polos.
"Tidak masalah, lagi pula ... aku sekarang mengerti maksud pembicaraannya," ucap Ai dengan ramah.
"Jadi, kau yang ingin masuk Ryuseitai itu ya? Namaku adalah Ayase Hayami."
"Wah, ternyata kau terkenal ya, Ai," ucap Mui dengan senyuman yang tidak kalah riang dari Ai.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
♫ Main Story!! ♫
Diversos❛ [ let's make your dream come true with us!] ❜ Siapa kita? Ayo cari tahu! © Original story by Ensemble Stars New Idol