Author POV
Sore ini, hujan kembali turun membasahi Jakarta. Dengan langkah gontai, seorang gadis muda berjalan di koridor bangunan yang ada di pinggiran jalan disitu.
Mirella. Dia sudah basah kuyup karena tak menggunakan mantel atau payung dan topi. Rambut panjangnya yang terurai tak di hiraukan. Yang ada di pikirannya hanya berjalan dan berjalan pulang.
"Mirel. Jangan sampai terlambat. Atau ibu ngamuk lagi. " dia bermonolog dan mempercepat langkahnya.
Setelah mengeluarkan semua tenaganya, dia akhirnya sampai di depan rumah kontrakan yang selama ini di tempati bersama ibunya Utari.
Terlihat Utari sudah duduk manis di depan rumah itu tapi menatap kesal ke arahnya.
"Mana uangnya? Sini! " saat melangkah masuk, itulah sambutan yang biasa di berikan Utari kepada gadis malang itu.
"Maaf Bu. Mirel nggak dapat pinjaman lagi. Pak Riko sudah tidak mau lagi meminjamkan uang kepada Mirel." jelas Mirella apa adanya.
"Halahhh. Palingan juga kamu nggak ngomong.. Kalau gitu kamu nggak dapat makan malam ini! Mampus kelaparan aja sekalian." brakk!! Utari kesal dan masuk menutup juga mengunci pintu dari Mirella .
"Buu.. Ibu.. Buka Bu.. " Mirella mengetuk pintu kontrakan itu.
"Nggak ada! Kamu tidur di luar sana! Mati kedinginan juga syukurrr! Dasar anak nggak tau diri." jawaban kasar Utari dari dalam.
"Buu... Hiksss.. Buka Bu.. Disini dingin Bu.. " Mirella yang malang mulai menangis. Tapi tak di pedulikan Utari..
Mirel bekerja di salah satu Cafe dekat rumahnya. Tapi karena Utari sering mengambil pinjaman dari Riko, bos Mirel, maka setiap bulannya dia tidak mendapat upah atas pekerjaan nya. Kali ini, Riko tidak mau memberikan pinjaman lagi karena Utari sudah banyak sekali meminjam uang atas nama Mirella
Mau tidak mau. Dengan air mata, gadis itu duduk dan menyandarkan kepalanya di depan pintu dan perlahan menutup matanya dan berusaha melawan dingin dan rasa lapar yang menjadi satu.
Keluarga besar Anggodo dilanda sedih. Vina Anggodo istri dari Surya Anggodo pemilik AR Anggodo Company harus se segera mungkin mendapatkan donor ginjal.
Malam ini mereka berbincang tentang siapa yang akan mendonorkan ginjalnya.
"Apapun akan Andri lakukan. Yang penting Mama bisa sembuh. Tapi, ginjal Andri nggak cocok sama Mama." Andri Anggodo putra sulung Vina dan Surya membuka suara.
"Saya juga sudah periksa tadi di dokter yang menangani penyakit Vina. Tapi, saya juga sama seperti Andri. " Selia perempuan Vina berbicara.
"Riana aja. " seru Riana adik Andri.
Semua mata menatap nya.
"Kamu serius Ri?"
"Iya. Demi Mama" Riana tersenyum.
"Kalau begitu, besok kita semua ke rumah sakit jenguk Vina. Tapi jangan dulu bilang apapun ke dia. " Ucap Surya mewanti wanti.
Utari sedang memikirkan cara untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin agar bisa memenuhi kebutuhan sekunder nya.
Dia berjalan bolak balik kamar nya dan memikirkan rencana jahat untuk mendapatkan uang.
Tiba tiba terlintas nama Mirella dalam otaknya.
"Mirella... Ahahaahah. Pasti gue dapet duit banyak nih. Ahahah. Tidurr.. Tidurr.. Besok saatnya ber akting.. " Utari duduk di ranjang dan berbaring dengan hati senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, Dia.
ChickLitIya, Aku cukup tau diri tapi di antara Aku dan Kamu Mengapa harus ada Dia? ~ Mirella Iya, memang Aku memilih Kamu. Tapi hati ini bukan Kamu, tapi Dia. Maaf. ~ Andrian Bukan maksud Saya untuk merebut Dia. Tapi hanya Saya yang pantas untuk Dia...