part 2

14 0 0
                                    

Rumah Sakit Medika Harapan...

"Maaf, ginjal Mbak Riana tidak cocok dengan Ibu Vina Pak, Bu. " jelas sang Dokter yang baru saja keluar dari Lab.

"Apa!? Bagaimana mungkin? " tanya Surya bingung.

"Jadi begini Pak. Kalau tidak ada pendonor yang cocok untuk Bu Vina,  maka kemungkinan untuk Bu Vina sembuh hanya 20 % jika terus begini."

"Saya akan melakukan apapun untuk menyelamatkan istri saya Dok.  Tolong bantu keluarga saya. " Surya memohon meminta agar Dokter itu membantunya.

"Iya Dok.  Tolong selamatkan Kakak saya. Kami akan bayar berapapun yang dokter minta. " tambah Selia menangis.

"Sekali lagi Maaf Pak Surya,  Bu.  Saya hanya bisa melakukan tindak operasi saja.  Saya juga tidak mungkin mendapatkan donor ginjal." Dokter itu berkata sekali lagi.

Mirella POV

Semua badanku terasa sangat sakit.  Tubuhku juga sangat dingin. Perlahan aku membuka mata dan melihat sekitar. Pintu sudah terbuka.

"Ya Tuhan. Syukurlah..  Ibu sudah membuka pintunya..  " aku mencoba berdiri dan berjalan masuk.

"Bu...  Ibu.... " aku tak melihat ibu dan berusaha memanggil nya.

"Buuuu.. "

"Mir..  Mirell .... Tolongin Ibu.. " aku mendengar suara ibu seperti orang kesakitan.  Dan suara itu dari kamarnya.

Cklekk..

"Bu..  " aku melihat Ibu tidur dengan wajah pucat pasi. Dengan jaket dan selimut menutupi tubuhnya.

"Bu..  Ibu kenapa?? Ibu sakit? " aku berlari ke tempat tidur Ibu.

"Mir..  Kemarin Ibu ke dokter. Ibu...  Ibu divonis kena Leukemia. Jadi..  Ibu minta uang di kamu untuk cuci darah." Ibu berbicara dengan mata yang tertutup.

"Apa!? Ibu sakit,,?? Leukemia?? " aku kaget dengan apa yang baru saja ibu katakan.

"Iya Mir.. Kalau bukan kamu yang nolong ibu?  Siapa lagi?.. Ibu belum mau mati Mir.. " Ibu menangis dan menatapku sendu.

"Iya Bu..  Mirell akan cari kerja sampingan untuk cari uang buat biaya pengobatan Ibu. Ibu belum makan kan?  Nanti Mirell masak dulu.  Selesai masak,  baru Mirell coba cari pinjaman ya Bu." aku berjalan buru buru ke dapur untuk memasak.

Author POV

Saat Mirella pergi kedapur untuk menyiapkan makanan,  wajah pucat Utari berseri kembali. Senang karena sebentar lagi dia akan mendapatkan banyak uang.

"Mirella..  Mirella..  Nggak sia sia selama ini gue ngerawat elu. "

Disisi lain,  Andri tidak konsen dengan pekerjaan kantor yang menumpuk di hadapannya karena memikirkan kondisi Vina yang memburuk. Tok Tok Tok Tok....

"Masuk. " Jawab Andri menjambak rambutnya sendiri yang menggambarkan bagaimana pusing nya dia sekarang.

Cklek..  Virgo, sahabat sekaligus rekan kerja nya masuk.

"Lu Go. Ada apa? " tanya Andri tak bersemangat.

"Eh.  Pak Boss.  Napa tuh mukak?  Asemm.. " Canda Virgo meletakkan dokumen yang dia bawa di meja kerja Andri.

"Ini Go.  Gue lagi mikirin kondisi Nyokap. Gue bingung harus dapat pendonor dari mana? Sedangkan kata dokter Sarah, kelamaan nyari? nyokap gue..." Andri menjelaskan dengan suara rendah.

"Ohh..  Tante Vina..  Gue pikir..  Lu mikirin Brigita. Udahlah..  Gimana kalo lu bikin kayak.. Ahhh..  Nggak tau lah namanya apa.  Yang penting tuh kayak lu beli gitu.  Misalnya ada orang yang minjam uang kek.  Pokoknya orang yang butuh uang mendesak gitu.  Yang pastinya bukan uang sedikit.  Uang banyak. " jelas Virgo panjang lebar.

"Brigita?  Nggak.  Mana ada orang yang mau.  Gue sama Riana aja ginjalnya nggak cocok sama Nyokap.  Apa lagi orang laen? " Andri berdiri dari kursi kebesarannya dan menatap ke luar jendela yang tampak gedung gedung pencakar langit yang berdiri kokoh..

"Coba Pe ak. Kata pepatah? Jangan mundur sebelum berperang." Kata Virgo kesal dengan respons Andri.

"Bagus ide Lu.  Supaya???  Ntar perusahaan Cahaya Grup tau?  Pasti nama perusahaan sama keluarga gue di jelek jelekin. Lu kan tau musuh besar perusahaan ini ya Cahaya Grup. Udahlah..  Saran lu nggak ada yang bener.  To the point aja.  Lu ngapain." kesal Andri menatap jengah Virgo yang tertawa melihat itu.

"Niee..  Gue bawa berkas yang perlu lu tanda tangan. Muke luuuuu..  Sana VC an sama Gigi biar berseri lagi tuh mukak.  By.. " Virgo meledek Andri dan berlari ke luar sebelum jiwa setan Andri keluar dan melempar nya keluar jendela.

Andri POV

Aku merasa diriku bukan lagi Andrian Reyvano Anggodo, yang dapat melakukan apa saja dengan kepandaian dan kekayaan yang aku miliki. Menolong ibuku sendiri saja aku tidak becus.  Apa kata dunia? 

"Nggak boleh Ndri..  Lu harus berusaha. Andri? Harus...  Demi Mama. " aku memotivasi diriku sendiri dengan kata kataku.

Ting..  Notifikasi dari Whatsapp..

Gigi❤

Sayang..  Ketemuan yuk.  Ada yang pengen aku obrolin nih..  Penting..

Membaca pesan singkat dari Brigita,  wanita yang sudah aku pacari sejak masih duduk di bangku kuliah hingga sekarang ini, bukan membuat sedikit tenang,  malah membuatku semakin kesal.

"Huff..  Tenang Ndri.  Tenang... " aku mengusap dadaku dan berjalan keluar.  Ruangan.

Saat berjalan keluar ruanganku,  aku menerima telfon lagi dari Dokter Sarah.

"Hallo Dok.? "

"Maaf mengganggu Pak Andri.  Saya hanya ingin memberi tahu kondisi Bu Vina. Bu Vina sudah tidak sadarkan diri lagi.  Pencangkokan ginjal sudah harus di lakukan paling lambat 2 minggu lagi. Kalau tidak, Saya khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak kita harapkan Pak. "

"Apa?  Yasudah Dok.  Saya akan secepatnya mencari pendonor. Terimakasih informasinya. "

Tak tau lagi harus berbuat apa,  aku terpaksa mengikuti cara bodoh Virgo.

"Karyawan......!!!  Semuanya kumpul!" aku memanggil semua Karyawan agar berkumpul di depan ruanganku.

Setelah semua karyawan berkumpul,

"Saya langsung saja.  Saya membutuhkan pendonor ginjal untuk Bu Vina Ibu saya.  Saya akan bayar 2 M. Atau berapapun yang diminta.  Asalkan ada yang mau. Khusus perempuan.. Dan..  Perhatian!!  Jangan sampai kabar berita ini tersebar sampai keluar kantor ini. Kalau sampai saya tau siapa yang membocorkan tawaran saya tadi?  Lihat saja apa yang akan terjadi kepada dia.!  Tolong beritahukan kepada karyawan di lantai 1, sampai lantai 60. Saya menunggu jawaban dari kalian.

Aku, Kamu, Dia. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang