Author POV
"Jadi? Kamu mau saya bayar berapa? 50 M? 100 M?" Andri bertanya dengan nada dingin kepada perempuan cantik yang duduk dihadapannya ini.
Bertanya tentang 3 sahabatnya. Andri sudah mengusir mereka keluar.
"2 M." jawaban yang keluar dari bibir mungil itu.
"Saya pikir kamu tertarik dengan tawaran saya tadi." Andri menatap tajam Kanaya.
"Tidak. Saya hanya butuh itu saja." Mirella menunduk tak berani menatap tatapan tajam itu.
"Baik. Sebentar jika ginjal kamu dinyatakan cocok dengan ibu saya? Saya punya satu syarat." Andri berdiri dari kursi nya dan berjalan ke arah rak buku.
Hening.. Tak ada jawaban.
"Saya bicara sama kamu. Bukan sama meja di depan kamu!" Andri yang mulai kesal, kembali lagi duduk di kursi kebesarannya.
"I.. Iya.." Mirella menjawab takut dengan Andri yang bicara kasar.
"Kamu harus menikah dengan saya sebelum kamu mendonorkan ginjal kamu."
"Apa!?" Mirella kaget dan langsung mengangkat mukanya dan menatap Andri.
"Iya.. Kamu jangan kegeeran. Kita hanya nikah kontrak saja selama setahun. Ini supaya saya tidak di anggap membeli ginjal kamu. Tapi kamu sebagai menantu keluarga Anggodo yang dengan rela hati mendonorkan ginjal nya untuk ibu saya. Kita menikah, tapi masing masing mengurus hidupnya. Saya juga memiliki pacar. Terserah kamu dengan hidup kamu. Yang pasti kamu harus menikah dengan saya.! Mau tidak?! " nada bicara Andri tentu saja membuat Kanaya merinding.
Mirella tampak berpikir beberapa menit. Dia memikirkan Utari yang dari kemarin merintih kesakitan.
"Apapun harus kamu lakukan Rell.. " Mirella membatin.
"I... Iya.. Saya mau. "
"Bagus.. Menikah dengan saya, kamu tidak harus bekerja. Tiap bulan saya akan kasih kamu uang, dan ada para pembantu yang akan mengerjakan semua pekerjaan. Kamu hanya perlu duduk manis dan belajar menjadi istri yang baik. Sebentar saya jemput."
Wajah Mirella memerah mendengar penuturan Andri. Dia tak menyangka akan menikah dengan pria tampan didepannya ini. Tapi dia cukup tau diri kalau disini dia dibeli. Bukan dicintai.
"Jangan. Kita bertemu di rumah sakit saja. Saya menunggu disana. Permisi." Mirella berdiri dari kursi dan mempercepat langkahnya keluar ruangan itu. Dia gerah dengan tatapan tajam Andri.
Andri menatap kepergian Mirella dan senyum sendiri.
"Cantik, lugu.. Tipe pekerja keras." Andri terseyum mengingat bagaimana tadi Mirella berbicara, dan tatapan takutnya.
"Unik"
Mirella POV
Aku berjalan keluar dari gedung kantor AR Company, dan memilih naik ojek untuk pulang.
"Bang. Ojek. " kataku saat menghampiri abang ojek di Parkiran.
"Mari Neng. " aku naik dan duduk di motor beat itu.
Dalam perjalanan aku kembali memikirkan syarat dari Pak Andri Anggodo. Disisi lain, aku tidak mau menjadi istri yang di beli. Tapi.. Ini untuk ibu. Walaupun perlakuan ibu selalu jahat, dia tetap ibuku.
"Mirell, .. Kamu harus berkorban. " aku bermonolog dan berusaha kuat menghadapi beberapa jam kedepan.
"Kenapa Neng?" tanya abang ojek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, Dia.
ChickLitIya, Aku cukup tau diri tapi di antara Aku dan Kamu Mengapa harus ada Dia? ~ Mirella Iya, memang Aku memilih Kamu. Tapi hati ini bukan Kamu, tapi Dia. Maaf. ~ Andrian Bukan maksud Saya untuk merebut Dia. Tapi hanya Saya yang pantas untuk Dia...