Day 2

148 15 3
                                    

Peringatan

Mengandung kata kasar, kebodohan, keanehan, bersifat merendahkan dan OOC.

Pembaca diharap bijak dalam menyikapi dan jangan berantem di lab kimia karna bahaya.

Lapangan luas noh! -Yudha

Sebek & Yuu

Hukuman

-------------------------------------------------------

Hening, ruangan ukuran 3 x 4 yang isinya serba putih itu terasa lebih pengap di banding ruang kelas yang pendingin ruangannya tak kunjung di perbaiki kepala sekolah.

Ruang Pengakuan namanya. Mirip seperti bilik pengakuan dosa ya? Kurang lebih. Siswa yang kedapatan melanggar aturan akan diseret secara sukarela kedalam sini.

Untuk? Interogasi.

BK? Oh, sekolah ini tidak punya guru BK.

Entah karena yakin seluruh muridnya disiplin atau karena kepala sekolah malas mencari guru lain, yang pasti ini menjadikan kedudukan OSIS hampir setara dengan staff pendidik.

Mereka bertanggung jawab pada keamanan, ketentraman, kedisiplinan dari para siswa. Kelihatannya, sih, enak bisa berkuasa. Tapi aslinya tidak.

Dari event sampai persiapan ujian, semua dikerjakan oleh OSIS. Bahkan jika ada tamu besar datang yang sibuk juga OSIS. Kepala sekolah? Jangan ditanya. Entah kemana. Lagipula persyaratannya merepotkan dan seleksinya susah, jarang ada yang lolos apalagi kelas 1.

Karena itu juga, Yudha dan Satria yg harus duduk bersebelahan di ruangan ini. Dengan lebam di pipi dan sudut bibir robek, juga pak Daffa yang memijat dahi. Pusing menyikapi muridnya.

"Saya mengerti. Satria, yang kamu katakan itu tidak benar. Dan Yudha, kamu juga salah. "

"Salah gimana, Pak?! Jelas banget nih rambut rumput yang mulai! Saya cuma membela diri! "

"Heh! Siapa yang lu bilang rambut rumput hah?! "

"Ya elu lah! Siapa lagi yang rambutnya kaya abis di semprot roundop kalo bukan kamu! "

"Ngajak berantem lu?! "

"Ayok!! Ronde 2!! "

"DIAM KALIAN BERDUA!! "

Bunyi rotan menghantam meja. Yudha dan Satria yang baru saling menarik kerah seragam langsung kaku.

"Saya banyak peliharaan anjing, tapi gaada yang seperti kalian ini. Susah sekali untuk diam. "

Yah, bapak. Orang kok di samain sama anjing.

Eh, tapi kadang emang ada sih yang kaya anjing.

Yudha menggerutu dalam benak. Melirik Satria yang juga menunduk mendengarkan ceramah pak Daffa.

"Ya sudah, kalau kalian gamau damai baik-baik, saya buat surat panggilan saja. "

School DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang