solitaire

15 0 0
                                    

Terhitung genap 14 hari bulan September tergantikan oleh Oktober sedangkan seorang Amisha Nina masih sibuk dengan tugas sekolahnya yang semakin menumpuk, mungkin karena akhir tahun sudah dekat. Setengah hari dia habiskan untuk mengikuti kelas daring dan menyelesaikan tugas, terkadang iri melihat sang kakak dengan santainya menonton film di ruang keluarga.

"Maba kok kayaknya santai banget. Kakak numpukin tugas ya?" Tanya Nina dengan sarkas, nyatanya dia merasa terganggu dengan suara bising dari film bergenre action yang sedang dipasang.

Arthur terkekeh, dia menjawab tanpa melirik Nina sedikit pun. "Lah, urusan tugas kakak sama adek apa?"

Nina berdiri dengan kesal, melangkah dengan cepat untuk mengambil remote TV. "Ganggu tau, aku banyak tugas," ucap Nina.

Segera dia balik untuk mengerjakan tugasnya setelah mengecilkan volume TV. Arthur tidak menanggapi, dia terus menonton seakan-akan tidak ada apapun yang terjadi sebelumnya. Tak lama kemudian ponsel Arthur berdering, tertera nama ‘Bang Adam’ pada layar ponsel.

Arthur : "Napa bang?"

Adam : "Anak-anak mau ngumpul di rumah gua, lo mau ikut gak? Lumayan rame nih."

Arthur : "Boleh, cuma adek gua sendirian."

Adam : "Oh yaudah, kalau misalnya jadi tinggal telfon gua lagi ya."

Arthur : "Bentar gua tanya."

Arthur menengok ke arah Nina, di waktu yang bersamaan Nina juga tengah memerhatikan Arthur. "Kakak mau ngumpul sama temen kuliah, adek mau ikut?" Tanya Arthur kepada Nina.

"Besok aku ada biologi dan aku belum belajar sama sekali, kakak pergi mulu, sebel aku," jawab Nina panjang lebar. Arthur menghela napas dan mengulang pertanyaan, "Adek mau ikut atau enggak?"

Nina merapikan buku-buku dan laptopnya, dia meninggalkan ruang keluarga dengan kesal. "Enggak, sono pergi," jawab Nina ketus.

Seperti biasa, Arthur melanjutkan hidupnya secara lurus seperti tidak ada apa pun yang terjadi. "Kirim titiknya ke gua ya bang," pinta Arthur kepada seseorang bernama Adam.

Nina menyaksikan kepergian kakaknya dengan buku paket biologi di tangan kanan, binder tebal di tangan kiri. Ingin rasanya dia memarahi Arthur karena terlalu banyak mengikuti kegiatan di luar rumah pada masa pandemi, namun kakaknya tetaplah Arthur yang tidak mudah goyah setelah diberi ceramah. Karena merasa sepi, dia memulai free call group di grupnya.

Justin : "Aduh tau aja lo gue lagi kesepian, tak ada teman."

Mayang : "Tolong yang namanya Nina gak usah ditemenin, tadi bilangnya fcg tuh ganggu sekarang lo yang mulai!"

Justin : "OOOOOOH PELAMPIASAN!"

Nina : "Ya maap, abisnya kakak gue pergi terus gue di rumah sendirian mana tugas masih nyisa."

Jihan : "Padahal biasanya juga lo yang curhat ke kita, ngomel-ngomel, katanya kakak lo berisik mulu kalau lo lagi nugas."

Mayang : "VALID BANGET. Padahal seinget gue kak Arthur diem banget."

Justin : "Emang penyesalan tuh datangnya di akhir, gapapa Nin, jangan nangis ye."

Nina : "HUHUHU SEPI BANGET MEN GUE MANA BERANI."

Travis : "Ini ngapa? Tumbenan jam segini udah pada mulai ... "

Justin : "Biasa Pis, temen kita ditinggalin kakak terus ketakutan."

Syukur ia ucapkan karena bisa menjaga hubungan pertemanan dengan Mayang, Jihan, Travis, dan Justin sampai saat ini walaupun tidak bisa bertemu seperti sedia kala. Ketika Arthur harus pergi sebelum kedua orang tuanya pulang, Nina masih memiliki keempat temannya.

une semaineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang