**Disclaimer by Horikoshi Kohei**
Pair : Todoroki x Bakugou
Boku no Hero Academia/My Hero Academia.
.
.
Segera, ini semua akan kembali ke tempatnya semula... .
Pada perputaran yang telah ditetapkan... .
Berulang ... berulang... .
.
.
.
Dingin.
Telah lama rasa dinginnya selalu menjadi bagian dalam perjalananku. Entah sejak kapan. Entah bagaimana. Yang selalu ada di sana adalah angin musim dingin yang menderu-deru.
Seberapa pun jauh aku berjalan, berlari, meneriakkan apapun dengan suara serak ... tanpa ampun dingin mencabik otot dan seluruh pembuluh darah.
Membuatku babak belur. Membuatku kehilangan rasa akan lilin kehangatan. Itu tidak bisa digapai lagi —hal semacam itu tidak pernah lagi diizinkan dalam pengulangan bait-bait pinta.
Aku tidak pernah menyukainya. Dingin yang selalu berniat memusuhi, yang tidak pernah meluangkan waktu untuk melunak.
Alih-alih merasa haknya untuk menggelayuti, juga menguras inti sari kehidupan. Mengambil secercah mentari lemah yang sedari awal tidak diciptakan untuk menerangi.
Di tempat ini lah aku dilumpuhkan, kehilangan tempat pijakan dimana biasanya membantuku untuk tetap tinggi di tempatku. Kini punggungku yang akan diinjak, seolah dibohongi seumur hidup tidaklah cukup menghantam tengkuk, kini dipaksa meremas tanah dan menggigit bibir. Tubuh yang gemetar ... salah orang itu ... seenaknya mengambil tempat dan melangkahiku seolah bukan apa-apa.
Kapan dia datang? Dari mana orang seperti ini berasal?
Aku tidak tahu —tidak ada lagi cukup tenaga untuk peduli.
Dinginnya terlalu mencekam, terlalu meruntuhkan ... semua yang kubangun, semua ego dan rasa tinggi hati. Aku bertahan hidup dengan semua itu. Semua yang membantuku untuk tidak berakhir seperti pecundang yang kukenal —yang harus menelan pahitnya ketidaksetaraan derajat.
Tapi aku tidaklah secuil pun seperti itu.
Aku tidak akan takut. Tidak akan pernah. Aku tidak memiliki cukup keberanian untuk merasa takut.
Sekalipun segala sesuatunya hanya bersisa hamparan duri tempatku bertiarap, sekalipun para penyokong tidak lagi hidup untuk menyangga punggungku.
Aku akan menjahit setiap bekas luka, menyumbat setiap celah dan kekurangan, menanamkam bilah besi pada tulang kaki yang oyak.
YOU ARE READING
Replay Refrain
عشوائيKami menyanyikan untaian bait-bait syair yang berulang. Senandung hujan es yang menghujamkan kekejaman. Memar ... perih ... luka ... memperbaikinya lagi dan lagi. Hingga akhirnya waktu tiba bagi sang senandung untuk mengulangi iramanya.