Aku balik lagi. Bawa yang tegang tegang kwkwk. Tetep ikutin ya, ini masih awal.
Jangan lupa vote+komen!!!
🕊🕊🕊
Sepuluh menit lagi bel pulang akan berbunyi, Bu Tika guru mata pelajaran jam terkahir baru saja keluar meninggalkan kelas IPA 6, hal tersebut di gunakan seluruh penghuni kelas membereskan barang-barang nya termasuk The Rebbel. Setelah itu, The Rebbel keluar kelas menuju ruang pribadi MP World putri untuk berganti pakaian meski bel belum terdengar. Toh, The Rebbel masih berada di lingkungan sekolah.
The Rebbel berganti baju ketika bel pulang mengalun, kecuali Amara yang masih santai di salah satu kasur yang ada di ruang ganti. Tak lama satu persatu masuk, seperti Windy, Selly dan Mega karena mereka satu kelas-- XI IPA 1
Disusul dengan Fani dan Ara anak kelas XI IPA 3. Lalu Syifa, Nia, Dela anak XI IPA 5 dan terakhir Ghina dan Indri kelas XI IPA 2. Kok nggak ada anak IPA 4? Iya karena anak IPA 4 rata-rata cowok dan tentu saja pada masuk tim putra.
Semua sudah berganti baju, termasuk Amara. WP putri keluar dari ruangan satu persatu. The Rebbel yang paling akhir keheranan karena tim mereka tidak langsung ke lapangan malah berhenti menutupi jalan dan pandangan The Rebbel.
"Kok di pake tim putra sih?" Windy bertanya bingung ketika melihat tim putra sudah bermain.
"Ini kan jadwal kita!"
"Kebiasaan banget tim putra!"
"Mau nya apa sih?"
Dan masih banyak umpatan lain nya, hal tersebut semakin memancing kesabaran Amara. Dia langsung jalan ke arah lapangan yang di ikutin The Rebbel dan tim putri. Tepat sekali, bola menggelinding ke kaki Amara saat sudah tiba di pinggir lapangan hingga permainan terpaksa terhenti.
Angga sebagai pelaku menghampiri Amara untuk mengambil bola, tapi saat sudah membungkuk Amara menendang bola ke arah belakang yang langsung di ambil oleh salah satu dari tim putri.
"Lo apansih, Ra?" Tanpa rasa salah Angga bertanya saat tubuh nya sudah kembali tegak.
"Lo sama tim lo yang apaan, Ang!" Cetus Echa. Tidak habis fikir dengan tim putra.
"Sekarang jadwal kita, ngapain lapangan malah tim lo pake!" Jeje tidak kalah ketus nya.
"Santai woi santai!" Angga berusaha melucu. Bagaimana bisa tim putri santai sedangkan lapangan sedang di pakai tim putra.
"Lawak lo, Ang. Suruh tim lo bubar, kalo nggak, lo balik sendiri!" Si Chika tukang mengancam.
"Angga balik sama gue, mau apa lo?" Pungkas Dias saat sudah berada di samping Angga.
Sekarang suasana lapangan begitu ramai. Bagaimana tidak, 14 orang tim putri dengan 14 orang tim putra. Belum lagi adik kelas yang selalu menonton saat senior berlatih, para murid yang masih berada di lingkungan sekolah semakin membuat lapangan sesak.
"Serah! Mau Angga pulang sama lo, mau Angga pulang sama kakek lo, inti nya suruh tim lo bubar!" Suara Echa meninggi karena Dias- mantan nya ikut bersuara.
"Tanggung, Cha," Bisa-bisa nya Fadel ngomong gitu, apa dia nggak tau kalo sekarang peperangan akan segera dimulai.
"Heh curut! Tanggung-tanggung, kita mau latihan buat turnamen!" Bentak Jeje semakin tersulut.
"Kalo kita nggak mau gimana?" Akhir nya suara dingin dan tampang senga Satya kini menjadi perhatian semua tim, baik putra maupun putri.
Chika tertawa remeh. "Sat, Sat. Dari awal futsal di bentuk kita udah sepakat buat bagi jadwal latihan," Dia menarik nafas untuk mengontrol emosi nya. "Senin sampai rabu buat putri, kamis sampai sabtu buat putra, barang kali lo pikun." Chika mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMAR
Teen FictionSatya Wiratama. "Kalo lo bisa kalahin gue kali ini, lo bebas pakai lapangan ini," Satya mengambil jeda sejenak dengan mata yang mengunci gadis mungil di depan nya. "Tapi kalo lo kalah, lo harus turutin semua kemauan gue." Ia tersenyum menyaratkan pe...