Bawa yang gemse2! Ini masih awal yaaa, jangan lupa vote+komen!!!
🕊🕊🕊
Amara baru saja selesai melakukan makan malam berdua dengan Bi Imah, asisten rumah tangga nya. Amara hanya tinggal berdua dengan Bi Imah, karena Bunda nya—Mira hanya pulang satu bulan sekali yang di sebabkan urusan pekerjaan. Sedangkan Ayah nya, Amara sendiri sudah samar dengan wajah cinta pertama nya itu. Dia kehilangan figur Ayah sejak berumur sepuluh tahun karena Ayah nya pergi dan lebih memilih wanita lain. Bi Imah sudah merawat Amara sejak saat itu, karena Bunda nya terpaksa harus menggantikan sosok Ayah nya.
Apa Amara sedih? Tentu.
Apa Amara sering merasa sendiri? Jelas.
Semua Amara sembunyikan dengan topeng kaku yang selama ini menipu semua orang kecuali The Rebbel. Iya, hanya The Rebbel yang mengetahui kehidupan Amara.
Jika Amara memiliki seorang jin yang bisa mengabulkan permohonan, Amara hanya ingin keluarga utuh. Dia tidak butuh harta yang sekarang dia nikmati, dia tidak butuh jabatan yang saat ini di sandang. Amara hanya membutuhkan kasih sayang orang tua, tempat berkeluh kesah, apalagi dengan sosok Ayah. Amara tidak munafik, kadang dia merasa iri dengan teman-teman nya yang suka di jemput oleh seorang Ayah saat diri nya masih kecil dulu. Bahkan saat ini rasa iri itu juga masih ada meski sedikit. Amara sudah cukup kuat, Amara sudah tidak mau terus meratapi nasib nya. Sekarang dia hanya harus bahagia, itu saja.
La la la, aku sayang sekali... Doraemon....
Dering ponsel kartun kesukaan Amara terdengar, yang berarti ada sebuah panggilan masuk. Dia segera mencari ponsel nya yang sebelum makan malam di lempar ke kasur.
Bunda.
Senyum Amara terukir saat mengetahui siapa yang menghubungi nya. Dengan cepat Amara menggeser icon gagang telfon berwarna hijau itu.
"Assalamualaikum, sayang."
Suara lembut Bunda yang sangat Amara rindukan terdengar.
"Walaikumsalam, Bunda" Suara Amara sangat menyiratkan kebahagiaan, senyum nya semakin lebar.
"You happy? Gimana kabar kamu?"
Itu adalah pertanyaan pertama yang selalu Mira berikan. Entah maksud nya apa, mungkin Mira merasa bersalah karena tidak bisa mengetahui kebahagiaan anak nua secara langsung.
"Harus bahagia dong." kalo bunda di samping Amara.
Kalimat itu hanya bertahan di tenggorok kan nya."Kamu udah makan, sayang?"
"Baru aja selesai, Bunda?"
"Good girl. Bunda juga udah.
Gimana sekolah kamu?"Pertanyaan Mira mengingatkan Amara dengan sosok kapten tim putra, Satya. Rasa kesal dan keinginan menggaruk wajah senga itu kembali naik. Tapi tentu saja di depan Mira, Amara tidak pernah membawa Satya dalam masalah sekolah.
"Lancar, Bunda." Jawab Amara sekena nya. "Bunda kapan pulang? Amara kangen." Rengek nya tapi sebisa mungkin mengontrol suara nya agar tidak bergetar. Terdengar helaan nafas dari sebrang sana.
"Maaf sayang, bulan ini
bunda enggak pulang."Jelas sekali kekecewaan dan sedih dari suara Mira.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMAR
Teen FictionSatya Wiratama. "Kalo lo bisa kalahin gue kali ini, lo bebas pakai lapangan ini," Satya mengambil jeda sejenak dengan mata yang mengunci gadis mungil di depan nya. "Tapi kalo lo kalah, lo harus turutin semua kemauan gue." Ia tersenyum menyaratkan pe...