•my fault or you• | part 5

29 7 0
                                    

Happy Reading!

"i do love you, but I'm not that strong to endure."

Sudah 3 hari sejak aku sembuh. Sejak saat itu juga aku dan Tae Ra tidak pernah saling menghubungi lagi. Awalnya aku akan memikirkan lagi keputusanku untuk mengakhiri hubungan kami jika Tae Ra menelponku dulu atau sekedar mengirimiku pesan. Tapi, lagi - lagi aku terlalu sabar dan berharap.

Dia sama sekali tidak mengirimiku pesan atau menelpon. Padahal sudah 3 hari. Keputusanku sudah bulat. Aku akan mengakhirinya hari ini. Aku tidak akan menundanya lagi. Sudah terlalu lama aku menahannya. Sudah terlalu lama aku mencoba mempertahankan hubungan kami. Namun dia tidak pernah berubah. Dia tetap Kim Tae Ra. Gadis yang tidak akan pernah mencintaiku walau aku sangat mencintainya.

Aku sudah membuat janji dengan Tae Ra di sebuah cafe. Sebenarnya jam 3 nanti, tapi aku sudah berada di cafe sejak pukul 2 siang. Aku gugup, aku mempersiapkan semua kata - kata untuk putus. Kali ini aku benar - benar akan mengakhirinya. Ini berat. Tapi aku tidak bisa terus - terusan memahami, aku juga ingin dipahami. Dan Tae Ra mungkin bukan orang yang bisa memahami apalagi mencintaiku.

Itu dia. Dia berjalan ke arahku sembari menyunggingkan senyumnya. Kali ini berbeda. Senyumnya sangat lebar dan penuh percaya diri. Penampilannya juga berbeda. Tidak berbeda secara keseluruhan, hanya saja rambutnya dipotong sebahu. Kenapa dia menjadi lebih cantik disaat aku akan memutuskannya?

"Udah nunggu lama?" tanyanya saat sudah duduk di hadapanku. Aku menggeleng.

"Oh iya, aku mau ngomong sesuatu. Aku..."

"Aku cinta sama kamu," aku memotong perkataannya. Tae Ra cukup terkejut. Tapi lalu ia tersenyum. Sial. Kenapa Tae Ra banyak tersenyum hari ini?  Apa dia tahu aku akan mengakhiri hubungan ini sehingga ia merasa senang?

"Aku tau. Aku juga..."

"Tapi aku udah gak bisa sama kamu lagi."

Lagi - lagi ia terkejut. Namun kali ini ia tidak tersenyum, ekspresinya memuram.

"Kenapa?" Lirihnya.

Aku tahu Tae Ra pasti sangat terkejut. Melihatnya begini aku sungguh tidak tega, mati - matian aku menahan kata 'aku cuma bercanda'. Karena sekali lagi, aku benar - benar ingin mengakhirinya hari ini.

"Kamu gak pernah cinta sama aku Tae Ra. Ini gak perlu bukti, semuanya udah terlihat jelas sejak pertama kali. Kamu gak pernah peduli sama aku, kamu terlalu cuek."

"Berkali - kali aku coba untuk yakinin diri sendiri kalau pemikiranku itu salah. Tapi berkali - kali juga kamu bikin pemikiranku terlihat benar. Kamu terlalu sulit buat aku Tae Ra.... semenjak kamu pergi gitu aja di hari aku sakit. Aku makin yakin kita harus cukup disini," ucapku dalam sekali napas. Aku sudah tidak ingin menahannya lagi. Bahkan aku hampir menangis sekarang saat mengingat momen - momen dimana aku terlalu menyayangi Tae Ra. Bahkan sampai hari ini, aku masih menyayangi Tae Ra. Sangat.

Entah benar atau tidak, aku melihat sorot kekecewaan dari matanya. Tapi bukankah aku yang seharusnya kecewa disini?

"Maaf. Aku gak tau kamu bakal berpikir kayak gini. Seperti yang kamu mau, kita.... cukup disini," ujarnya.

Percayalah aku sakit mendengar kata - katanya. Di saat ini bahkan dia tidak mencoba untuk mempertahankan hubungan kami.  Dia diam, hanya menunduk. Mungkin dia merasa bersalah, dan aku memakluminya.

Aku seharusnya merasa lega, tapi entah mengapa sulit sekali rasanya untuk meninggalkan dia. Aku seperti laki - laki jahat yang sudah mencampakkan seorang wanita. Tapi aku memang melakukannya.

"Aku harap kita sama - sama bahagia dengan jalan masing - masing. Aku pergi dulu," aku tidak bisa menahan tanganku untuk tidak mengelus puncak kepalanya. Jika boleh jujur, aku lebih tidak tahan untuk tidak memeluknya.

Lalu tanpa menoleh aku benar - benar pergi dari tempat itu. Dan dari hidup Tae Ra.

Apa aku salah? Aku pikir tidak. Tapi kenapa rasanya mengganjal? Tidak! Cukup! Aku harus bisa melupakan perasaanku pada Tae Ra.





ps: 2 part terakhir hehe. Spoiler part selanjutnya itu dari sudut pandangnya Tae Ra.

•my fault or you• | CHOI HYUNSUK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang