4.Perasaan Berbeda

4 0 0
                                    

Senin.

06.52

Lapangan sudah ramai dipenuhi siswa dari junior sampai senior. Mulut tak ada yang berhenti berucap pagi itu, entah untuk curhat selingan sembari menunggu upacara dimulai, untuk membahas tugas kemarin, atau menghafalkan materi yang akan diuji hari ini.

Gadis dengan kuncir buntut kuda lengkap dengan atribut upacara anak SMA tengah berbicara kepada perempuan disampingnya, ekpresinya berubah-ubah kadang wajahnya kusut seakan penat dengan beban yang dijalani diminggu berat ini, kadang tertawa seakan beban itu hilang ditelan keadaan, tak jarang juga wajah itu tak menampilkan ekspresi apa-apa, cukup diam dan mendengarkan pencerita. Ekspresi nomor dua yang Galang suka dari gadis itu. Oke, lelaki ini mengaku, ia memang memperhatikan Juni sedaritadi - sedari awal gadis itu masuk ke barisan-.

Ditengah menikmati curhatan Dina mengenai materi ujian hari ini, Juni terlonjak kaget karena ada yang melepas topinya secara paksa. Sontak Juni langsung membalikan badan, siapa orang rese yang mengacaukan hari Juni sepagi ini.

"Apaan sih!" Bentak Juni membabi buta.

Lelaki itu tetap tenang, melepas topi miliknya kemudian menggantikan posisi topinya dengan topi milik Juni.

"Ih apaan sih, Lang. Balikin!"

"Tukeran"

"Ga, ga mau. Balikin topi gue, Galang" Ucap Juni dengan nada perintah, bukan lagi memohon.

"Topi gue kekecilan, Jun. Kayanya pas kalau di kepala lo. Jadi lo pakai topi gue aja ya"

"Lo pikir kepala gue sekecil apa sih?!" Nada Juni mulai naik.

"Ya kecil, kan badan lo kecil" Galang mengumpamakan badan Juni dengan jari jempol dan telunjuk yang didekatkan bak mengambil sejumput garam untuk ditaburkan di masakan ibu.

"Ga ah, sini!" Tangan Juni mengulur untuk mengambil topinya dikepala Galang, tapi nihil. Juni tidak setinggi Galang.

"Ga mau"

"Kenapa harus topi gue sih? Temen lo itu banyak, Lang. Bahkan dikelas ini masih ada 34 anak yang bisa lo ambil topinya selain gue"

"Tapi gue maunya, lo" 

Juni kalah telak.

Galang langsung memasangkan topinya dikepala Juni, kemudian berlari ke barisan belakang meninggalkan Juni yang masih diam ditempat, tak bergerak sedikitpun semenjak mendengar perkataan yang dilontarkan Galang  seperkian detik tadi.

Maksud kata-katanya apa?.

Ada rasa aneh didalam dirinya saat itu.

Juni sadar setelah ada colekan dibahunya yang kecil itu, ia menyadari bahwa upacara segera dimulai.

"Lo deket sama Galang?" Dina berbisik.

Juni yakin, orang-orang disekeliling Juni tidak buta terhadap peristiwa tadi, tetapi ada yang memilih untuk melihat ada juga yang enggan peduli dengan keributan dua siswa karena masalah topi.

"Enggak terlalu ah, kenapa? Karna ini?"Juni menunjuk benda yang sekarang tersangkut diatas kepalanya. 

"Ya abisan gak pernah gue liat Galang sebanyak omong itu, sampe ngotot-ngotot segala lagi kekeuh minta topi lo. Dia orangnya pasrahan setau gue."

"Anaknya emang rese" Juni menjawab sambil memposisikan topi Galang yang sempit itu pas dikepalanya.

Dina memperhatikan gerak gerik Juni tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun kearah lain, Juni menyadarinya. Terlintas pikiran yang menguntungkan bagi Juni.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UndetectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang