2.Rese

12 0 2
                                    

Jumat, 11.45
Kala itu.

Ac tak ada harga dirinya kala itu, jumat terik menuju istirahat kedua yang menggembirakan juga membosankan, jamkos melanda XII IPA 2, Bu Yuli guru fisika tidak masuk karna harus menghadiri seminar di Bandung. Semua siswa dalam kegiatannya masing-masing, sekelompok siswa tertawa sambil tidur-tiduran di belakang kelas bahkan sampai terlelap seolah kelas ini sudah menjadi kamar mereka sendiri, sekolompok siswi terlihat menggerumpul di tiap meja dengan pembahasan topik yang berbeda-beda diselingi kegiatan lain seperti kipas-kipas, minum es, makan bekal, scrolling snapgram rachel venya dan masih banyak ragamnya.

Suara Guntur membuka pintu dengan tergesa-gesa menjadi pusat perhatian seketika.
"Woi, balik cepet" katanya.

"yang bener lu tur"

"jangan boong tur"

"ah omdo anjir"

"hoax hoax hoax"

begitu banyak lontaran yang diterima seolah Guntur pembual kelas kakap, bukan masalah Guntur seorang pembual, tetapi info-info seperti ini memang sering terjadi di sekolah ini dan hasilnya nol.

"beneran, potong kuping gue kalo boong" ucap Guntur yakin sambil memeragakan tangannya seolah pisau yang memotong kupingnya sendiri.

"Pengumuman"

Satu kelas. Hening. mendengarkan.

"dikarenakan akan dilaksanakan rapat mengenai Ujian Sekolah maka diharapkan kepada seluruh siswa untuk segera meninggalkan area sekolah, terkecuali siswa laki-laki diharapkan untuk melaksanakan sholat jumat terlebih dahulu, sekian terimakasih"

"anjirrrrr" jiwa-jiwa lelaki kecewa saat itu.

"Awas awas jangan ngalangin jalan si" ucap seluruh laki-laki kelas XII IPA yang sedang bergegas untuk segera pulang agar tidak ditahan Pak Jamal di gerbang.

"Ih apaan sih?!" ramainya teriakan siswi yang badannya tersenggol oleh grasak-grusuk gerakan siswa.

Setelah sampai gerbang, terbukti sudah banyak siswa-siswa yang ditahan di pos Pak Jamal karena ingin lari dari kewajiban sholat jumat di sekolah. Juni memperhatikan satu persatu, siapa tahu ada salah satu temannya yang terjebak disana. Guntur dan Rizky ;yang lebih sering dipanggil Iky; termasuk siswa badung incaran pak Jamal saat ini, tapi muka laki-laki disamping Guntur seperti tidak asing bagi Juni.

"Anjir dia kan yang gua injek waktu itu" katanya pelan dan tenggelam oleh suara keributan siswa pulang sekolah, sampai Farah tidak bisa mendengar apa yang Juni bicarakan.

Muka lelaki itu datar ketika Juni melihatnya, sangat berbeda dengan Iky dan Guntur yang cengangas cengenges.

Jutek banget si. ini karna dia belom kenal gue apa dia masih dendam sama kejadian waktu itu?.
ucap Juni dalam hatinya.

"Jun, lo hari ini kerumah gue ya, ada yang pengen gua curhatin" Farah bicara sambil fokus mengutak ngatik handphonenya.

"Apaan?" Juni penasaran, penglihatannya langsung berganti fokus kepada Farah. Kalau Farah sudah bicara seperti itu, pasti ada sesuatu hal yang membuat Juni kaget, walaupun sebenarnya Juni tahu ceritanya tak jauh dari masalah percintaan.

"Pasti lo kaget deh" tuh kan apa Juni bilang, pasti hal yang membuat Juni kaget.

"Eh kan sekarang Jumat, Jun. Lo nginep aja si dirumah gue, Mamah gue lagi pulkam nih Papah lagi anter dia. Gue sama uti doang dirumah" Rengek Farah agar Juni menemaninya di rumah.

"Boleh juga si, kan UTS juga udah kelar. Gue juga bt, yaudh nanti gue kerumah lo sore aja ya" Jawab Juni setelah menimbang-nimbang.

"Sip" Farah membuat bulatan pada kedua jarinya.

-------------
21.12

Rumah Farah merupakan rumah kedua Juni, baginya semua milik Farah milik Juni juga, sekarang disinilah mereka berdua, bercerita kesana kemari sambil memakan makanan kesukaanya, apalagi kalau bukan cilor dan makaroni bohe.

"Eh, tadi apaan yang mau diceritain. Sampe lupa kan" Juni mengingatkan.

"Nih, lo baca sendiri" Farah memberikan handphone casing anak babi itu yang sudah terbuka pada room chat seseorang.

Si penerima terlihat fokus membaca room chat sampai tak bersuara.
"Gila sih, ini beneran Iky?" Kaget. Pastinya iya.

"Menurut lo siapa Jun? Kaget kan lo pasti, nah kata lo gimana nih?" Ucap si pemilik handphone menunjukan raut muka panik.

"Enggak, abisan bahasanya geliin bgt anjir"

"emang dah"

"Eh kocak banget, lo kan sukanya sama Guntur"

"Makanya, mati lah gue. Gimana dong, Jun. Dia tuh dari kemaren nge-LINE gue, ya gue balesin" Cerita Farah jujur.

"Makanya kalo suka sama cowo biasa aja si, salah target kan lo?"

"Udah lah, terserah lo gimana enaknya. Saran gue terima aja deh, nanti lama-lama juga suka" Ucap Juni masih terus mengunyah makaroni kering berbumbu itu.

"Yakalo suka, kalo tetep gasuka gimana?"

"Ga mungkin, lo tuh gampang banget suka sama cowo. Mantan lo berapa?" Juni menjawab yakin.

"Yeh, daripada lo mantan satupun aja ga ada"

"Rese" Ucap Juni sambil memukul Farah menggunakan bantal guling.

"Eh Far, lo tau ga si cowo yang duduk sama Iky?" Ucap Juni berusaha mengalihkan pembicaraan, agar tidak terlihat ngenes-ngenes amat.

"Oh Galang? tau lah dulu sekelas sama gue kelas 10. Kenapa?" Ucap Farah sambil mengetik chat untuk seseorang, mungkin untuk Rizky.

"Eh, dia judes banget ya?"

"Kata sia?-" ucap Farah yang langsung dipotong cerita oleh Juni.

"Kemaren tuh pas ambil botol lo, gue ga sengaja injek tangan dia. Gue yakin itu perih banget si, selama sekelas, sumpah, gue belom pernah ngobrol sama dia sekalipun, mukanya datar abis, kayanya si anaknya ga asik" Cerita Juni panjang lebar tentang kejadian awal ia mengenal lelaki itu.

"Ih iya sumpah dia tuh orangnya garing banget, ga asik deh pokoknya. Lo nginjek kaki dia? wah parah si dia pasti kesel banget sama lo makanya judes gitu dia ke lo" Penjelasan Farah membuat Juni bengong, apa iya seburuk itu sikapnya.

"Woi, ko bengong gitu si. Udah tidur ah udah jam segini" Ajak Farah yang sudah menutupi dirinya dengan selimut.

Mata gadis itu sudah tertutup, tapi fikirannya belum.
Fikirannya masih melayang ke kejadian awal dia masuk kelas, apa iya dia separah itu? apa iya Galang semarah itu terhadap Juni?

tapi gue kan udah minta maaf.
batinnya mendorong iya yakin.

tapi iya juga si, aturan gue nunggu dimaafin baru pergi.
batinnya bergelut sendiri.

ah tau ah pusing amat.

"Far, emang bener apa dia se-ga-asik itu" tanya Juni dari dalam selimut.

"ih bener-bener anjir AHAHA dipikirin si sama dia. Ya namanya awal mah ga asik Jun, lama-lama juga asik sih, tadi gue bercanda" Farah membuka selimutnya dengan malas tapi belum ada raut muka ngantuk di wajahnya.

"tapi gue jadi gaenak anjir"

"lo lebay. mending gue telponan sama Iky deh daripada ngomongin Galang" ucap Farah sambil mengambil handphonenya dari nakas kecil disampingnya.

"yeh tadi lo bilang mau tidur, kampang" Juni mengambil posisi duduk.

"sebenernya tadi iya, gara-gara lo ngomong mulu gue jadi laper. mau masak mie aja" Farah meletakan handphonenya kemudian turun dari kasur meninggalkan Juni.

"labil banget bocahnya, tadi mau telponan sekarang mau masak mie" Juni mendelik ke arah nakas mengambil handphone Farah yang menunjukan notifikasi pesan.

Rizky : Gutnite love.💜🌹

"idih najis" satu kata dari Juni, kemudian meletakan lagi handphonenya sembarang.

UndetectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang