Cinta Tahun 90an

603 81 2
                                    

Jeno masuk ke restaurant barbeque yang terletak di dekat rumah Sungchan. Ini adalah hari ketiga setelah mereka pulang dari Swiss. Sebenarnya, janjian untuk makan bersama bukanlah sesuatu yang spesial bagi mereka. Tapi karena sebelum ini ada kejadian tidak mengenakkan dalam grup mereka, maka ini menjadi sebuah pertemuan yang spesial.

Jeno mengedarkan pandangannya dan menangkap sosok Sungchan yang melambaikan tangan kearahnya. Jeno mendekat sembari memperhatikan siapa saja yang sudah datang. Ada tiga orang yang belum tampak batang hidungnya yaitu Winwin, Mark dan Ten.

Jeno mengambil duduk di samping Haechan. Dari tempatnya dia bisa melihat Haechan sedang berkirim pesan dengan Mark.

"Apa katanya?"tanya Jeno.
"Hei, kau melihat ke layar ponselku?"protes Haechan, "Mark tidak bisa datang,"
"Winwin?"tanya Jeno.
"Sudah jelas kan kalau Winwin, dia juga tidak datang,"kata Yangyang.

Tepat pada saat itu Ten muncul di pintu masuk, Sungchan melambaikan tangannya pada Ten seperti yang dilakukannya pada Jeno.

"Winwin mana?"tanya Ten.
"Tidak datang,"sahut Sungchan.
"Mark juga?"tanya Ten.
"Yap,"jawab Haechan.

Ten duduk sembari melepas jaketnya. Dia menangkap mata Haechan yang memperhatikannya, "apa?"tanya Ten.
"Kau,"kata Haechan, "tidak... tidak hanya kau. Tapi, kalian semua tahu sesuatu kan tentang mereka berempat?"
"Bukankah kita semua diam-diam tahu..."kata Sungchan.
"Aku rasa Mark juga sebenarnya tahu bukan,"kata Yangyang.
"Lagipula Ningning membuatnya terlalu jelas,"ujar Jeno.
"Aku tidak tahu,"kata Haechan, "tidak terpikirkan olehku sampai kejadian itu terjadi di Swiss,"
"Aku yakin Winwin dan Mark bisa mengatasinya,"kata Yangyang.
"Winwin dan Mark memang bisa,"kata Ten, "tapi Winwin dan Karina tidak bisa. Mereka tidak akan bertemu lagi satu sama lain,"

*

Seseorang datang pada Karina untuk menyerahkan sepucuk surat. Itu dari Winwin. Berisi permintaan bertemu. Tempat dan waktunya sudah ditentukan. Karina meremas kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah.

Sudah seminggu sejak mereka pulang dari Swiss dan Karina terus mendapatkan surat dari Winwin selama tujuh hari. Sebanyak itu pula Karina mengabaikan jadwal bertemu yang dibuat secara sepihak oleh Winwin.

Karina sampai hafal isi suratnya. Winwin selalu menuliskan tempat dan waktu yang sama. Tanpa membacanya, Karina bisa datang jika mau. Tapi, dia tidak mau. Karina merasa rencana kekanakan Ningning berhasil membuatnya menjadi orang yang juga kekanakan. Dia tahu mungkin lebih baik untuk bertemu dan membicarakannya, lalu menyelesaikannya baik-baik. Tapi, Karina tidak bisa bertemu lagi dengan Winwin. Hatinya tidak bisa. Dia takut memaafkan Winwin ketika melihat sepasang mata yang meneduhkan itu.

Giselle pun merasa ikut sakit hati. Sebab selama ada di Swiss, Karina selalu meneleponnya dan menceritakan betapa berbunga-bunganya dia setiap hari menghabiskan waktu bersama Winwin. Semua perhatian kecil dan besar, bercandaan yang saling dilemparkan, Giselle turut berbunga-bunga mendengarnya. Sekarang melihat apa yang terjadi, Giselle ikut terkhianati.

*

Karina menonton televisi di rumahnya dengan pandangan kosong. Ibunya datang dan duduk di sampingnya, memperhatikan putrinya.

"Sejak pulang dari Swiss, kamu sering melamun,"kata Ibu Karina, "apa ada yang terjadi?"
"Tidak ada..."sahut Karina.
"Kau tidak melakukan sesuatu yang aneh dengan Winwin kan?"tanya Ibu Karina.
"Aneh apa,"gumam Karina lemas.
"Entahlah, anak muda jaman sekarang menjadi aneh saat mereka jatuh cinta,"kata Ibu Karina.
"Tenang saja, kami tinggal bersepuluh di vila yang sama,"kata Karina, "tidak terjadi hal aneh,"

Ibu Karina tertawa. Lalu memilih untuk menonton televisi dibandingkan terus menonton putrinya yang menjadi pelamun. Ibu Karina bukannya tidak perhatian, beliau hanya memberi ruang dan waktu bagi putrinya.

90s Love (FF NCT U ft Aespa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang