16. Berpisah?

1.7K 238 51
                                    

Jaemin tampak bingung melihat ibunya sudah rapi. Tidak seperti biasanya yang mana akan berangkat setelah dirinya berangkat. Yang lebih membuat Jaemin tampak bertanya adalah raut wajah khawatir yang begitu jelas.

"Mama mau ke mana pagi-pagi begini? Apa ada yang pesanan baju yang urgent?" tanya Jaemin penasaran.

"Bukan, Sayang. Mama baru saja ditelepon sama pembantu teman Mama, kalau anak mereka sakit. Teman Mama dan suaminya sedang berada di luar negeri dan belum bisa pulang karena ada pertemuan penting," balas Nyonya Na yang masih tampak terlihat terburu-buru. "Selesai sarapan langsung berangkat ke sekolah ya. Jangan sampai telat, Sayang," katanya yang langsung mencium kedua pipi Jaemin.

"Jaemin akan berangkat setelah memastikan Haechan sarapan."

"Ah kalau itu tidak perlu. Haechan sudah mengabari Mama. Dia juga sudah mengirimkan foto sarapannya sebagai bukti," katanya memberitahu Jaemin dan segera berangkat. Namun tidak lama Nyonya Na kembali lagi. "Oh iya. Papa kemungkinan akan menginap di rumah sakit sampai tiga atau empat hari ke depan."

Jaemin hanya mengangguk mengerti. Sepeninggalan ibunya, Jaemin segera mengambil tas miliknya. Pagi ini dia ada janji untuk sarapan bersama Chenle di kafe, jadi ia harus segera berangkat bila tidak ingin telat.

Melewati rumah sahabatnya, Jaemin dapat melihat Mark yang masih berdiri di depan rumah Haechan dari balik kaca mobilnya. "Semoga hubungan mereka berdua baik-baik saja. Bila tidak, aku yang akan merasa bersalah atas hubungan mereka."

Mark yang masih berdiri di depan pintu rumah Haechan kembali membunyikan bel. Namun, Bibi Do yang biasa membukakan pintu tidak kunjung membukanya. Sangat tidak biasa Bibi Do lama membuka pintu kediaman keluarga Haechan. Menelepon Haechan pun tidak ada gunanya, sudah delapan kali tetapi tidak diangkat oleh kekasihnya.

"Semarah ini kah kau denganku, Haechan?"

Mark menunduk. Melihat ponselnya yang masih menyambungkan panggilan dengan nomor telepon Haechan. Namun lagi dan lagi hanya ada kotak suara dari operator. "Baiklah. Aku menyerah."

Hanya membuang napasnya dengan perlahan yang dapat Mark lakukan saat ini. "Aku harap kau bahagia dengan Jaemin. Aku tidak akan lagi menganggumu. Terima kasih untuk waktu yang kau habiskan bersamaku, Haechan. Aku senang walau kau hanya berpura-pura. Setidaknya aku bisa memiliku, walaupun hanya sebentar."

Sebelum pergi meninggalkan kediaman Haechan, tangannya sudah lebih dulu mengetik sebuah pesan untuk Haechan. "Ya. Kebahagian itu belum tentu harus selalu memiliki, bukan?"

Mark Lee

Terima kasih untuk waktumu selama ini, Haechan

Aku akan mundur demi kebahagianmu.

Semoga kau bahagia dengan Jaemin

***

Nyonya Na tampak berlari sepanjang koridor. Melihat Tuan Na keluar dari salah satu kamar rawat membuaatnya semakin berjalan mendekat. "Papa!"

"Mama. Kenapa berlari di koridor rumah sakit?" tanya Tuan Na.

"Papa pikir Mama bisa tenang bila mendapat kabar Haechan tumbang lagi. Mama sangat khawatir ketika mendapat pesan dari Bibi Do perihal Haechan dilarikan ke rumah sakit pagi-pagi."

"Papa mengerti. Saat ini tidak ada yang bisa Papa lakukan. Papa sudah memberitahu kedua orang tua Haechan untuk segera membawa Haechan ke Amerika. Rumah Sakit di sana yang Papa rekomendasikan untuk Haechan memiliki peralatan yang paling lengkap dibanding di Korea Selatan."

Skenario Cinta (Jaemin Chenle) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang