14. Pasangan Baru

1.9K 295 76
                                    

Renjun dan Jeno tidak bisa berkata-kata melihat bagaimana pasangan baru yang berada di seberang meja mereka. Apakah ini yang dinamakan pasangan yang masih hangat-hangatnya? Makan dan minum satu berdua? Ayolah mereka berdua tidak seperti pasangan itu.

Setelah melihat Chenle mencium Jaemin tepat di bibir, Renjun seakan seperti bodyguard siap 24 jam. Berada di tengah-tengah pasangan itu untuk menghindari kejadian-kejadian itu. Adiknya masih sangat kecil untuk mengenal sebuah ciuman di bibir.

"Kak Renjun sering ciuman sama Kak Jeno di ruang tamu ya."

Satu kalimat yang membuat dunia Renjun seakan runtuh. Dan kalimat itu berhasil membuat Jeno mendapatkan sebuah pukulan sayang dari Renjun di kepala dan perutnya. "Gara-gara kau! Seharusnya kau tidak mengajakku untuk berciuman saat itu."

"Kenapa jadi aku yang disalahkan? Kau sendiri juga menikmatinya dan meminta terus," balas Jeno yang tiak mau disalahkan.

Renjun menyilangkan tangan di dada. "Seme kok kagak ada ngalahnya sama sekali."

"Oke aku salah. Aku selalu salah. Seme kodratnya selalu salah di mata uke."

Renjun mengernyit. "Maksudmu karena aku, kau jadi salah?"

Mendengar perdebatan di meja seberang. Jaemin menarik Chenle untuk mendekat. "Jangan didengar. Tidak baik untuk telingamu dan hubungan kita."

"Kalau gitu, Kak Jaemin juga jangan mendengarnya." Chenle melakukan hal yang sama. Menutup kedua telinga Jaemin. "Kita harus jauh-jauh dari perdebatan tidak jelas itu ya, Kak."

"Mau pindah?" ajaknya setelah mengangguk. "Ke kelasmu atau ke taman belakang?"

"Taman belakang. Di kelas banyak yang suka sama Kakak. Aku tidak mau membawa asupan kebahagiaan untuk mereka."

Jaemin mengusap rambut Chenle dengan sayang. "Kakak cuman punya Chenle aja kok. Tidak ada yang lain."

"Apa sih Kak!" Tepis Chenle yang kini kedua pipinya sudah memunculkan rona merah karena malu. Apa semua seme seperti ini? Mempunya kata-kata manis yang dapat memporak-porandakan perasaan perempuan dari para uke?

Jaemin menarik Chenle untuk segera berdiri. Kesempatan ini tidak boleh dilewatkan. Renjun dan Jeno tengah bertengkar kecil, dan ini kesempatan yang bagus untuk membawa Chenle kabur. Jika saja Chenle tidak memaksa kakaknya itu pisah meja, sudah pasti makan siang romantis satu piring dan satu gelas berdua itu tidak akan terjadi.

Ternyata benar kata orang, satu piring berdua itu romantis. Jaemin tersenyum dengan tangan yang masih menggenggam dengan erat tangan Chenle. Dia tidak ingin melepaskannya sedetik pun, bahkan di kelas saja tadi tangannya terasa hampa dan nanti tangannya akan merasakan kembali ke hampaan itu.

Sesampainya di taman belakang, Chenle menarik Jaemin untuk tidur di atas pahanya. Katanya, Jeno sering melakukan ini di rumah dan Renjun sering sekali mengelus rambut laki-laki itu dengan lembut.

"Waktu sama Kak Renjun, Kakak pernah begini?" tanyanya yang masih memainkan rambut Jaemin. Bukannya melakukan hal yang sama, Chenle memilih untuk memainkan rambut Jaemin yang sudah cukup panjang itu.

Jaemin tampak berpikir. Mengingat setiap memori lamanya ketika bersam Renjun. Namun, mengingat itu saja membuat perasaannya sedikit bersalah. Benar kata Jeno, dulu dirinya terlalu memintingkan Haechab. Padahal sahabatnya itu bisa saja meminta Mark untuk menemaninya pergi.

"Chenle adalah prioritas Kakak sekarang." Jaemin menarik tangan Chenle dan mencium punggung tangan kekasihnya. "Kalau Haechan selalu minta Kakak untuk menemaninya, Chenle harus mencegahnya seperti tadi ya. Dia itu tidak bisa dihentikan dengan cara apapun."

Jaemin menatap teduh ke arah Chenle. "Kakak tidak mau mengulangi kejadian yang sama. Kakak juga akan berusaha untuk menolaknya seperti kemarin."

Senyum Chenle mengembang. "Kalau memang Kak Haechan membutuhkan Kakak karena hal penting, sebaiknya Kak Jaemin menolongnya. Kalian sahabat, 'kan?" tanya Chenle. "Tetap yang jelas, aku tidak akan membiarkan dia merebut Kakak dari aku."

Jaemin ikut tersenyum. "Tentu."

Kedua mata Jaemin melirik sekilas ke arah lain. "Chenle," panggilnya. "Tidak mau melanjutkan ciuman tadi pagi?" tanpa ada rasa bersalah, Jaemin tersenyum mengingat bagaimana Chenle menarik dasinya dan mencium tepat di bibirnya. Dan ingat sekali lagi, kekasihnya itu mencium di depan banyak orang, sama seperti apa yang dilakukan oleh Haechan tempo lalu.

Kening Chenle mengerut. "KAKAK! INI MASIH DI SEKOLAH!"

"Jadi, kalau bukan di sekolah mau dilanjutkan?"

"ENGGAK! ENGGAK!" Chenle memalingkan wajahnya malu. Kenapa juga tadi aku melakukan itu? Aku kan jadi malu setiap kali dibahas.

"Chenle," panggil Jaemin. "Chenle ... Chenle ... Kekasihnya Na Jaemin yang ganteng in—"

"Kakak itu jelek! Gantengan Kak Jeno ke mana-mana!" potong Chenle cepat. "Kak Jeno itu punya tubuh yang bagus, perutnya kotak-kotak, terus ada gunung di tangannya. Keras lagi."

Wajah Jaemin seketika berubah menjadi asam. "Kakak juga kuat ya. Perut kakak juga ada kotak-kotaknya ya. Chenle mau lihat? Keras juga ini kotaknya dan lagi Jeno itu selalu kalah sama Kakak kalau adu kekuatan!" Jaemin berkata dengan menggebu-gebu. Emosinya naik mendengar orang lain yang dipuji-puji bukan dirinya. Ayolah, mana ada perempuan atau uke yang memuji seme lain di depan kekasihnya sendiri? Apa itu hanya Zhong Chenle seorang?

"Bohong! Mana mungkin Kak Jeno kalah, apalagi badan Kak Jaemin kurus kayak lidi begini. Kak Jeno tuh badannya penuh otot semua, kalau Kakak kan tulang semua," ejek Chenle yang senang melihat wajah Jaemin merah padam. Ternyata mengerjain kekasih sendiri itu menyenangkan. Aku harus mengerjai Kak Jaemin terus.

"Terserah!" Jaemin mengubah posisi tidurnya. Membenamkan wajahnya tepat di perut Chenle dan memeluk pinggang itu dengan erat.

"Ada yang marah. Kak Jaemin lucu kalau lagi cemburu. Chenle suka," ujar Chenle yang tertawa kecil sembaari memainkan rambut kekasihnya. "Chenle sayang Kak Jaemin."

"Kakak lebih sayang Chenle," balas Jaemin yang masih membenamkan wajahnya di perut Chenle. Enggan menatap wajah kekasihnya itu. Dirinya masih kesal. Tidak ada maaf-maafnya! Kesal sama Chenle pokoknya!

Sementara itu, tidak jauh dari sana Haechan menatap benci ke arah adik kelasnya itu. Tangannya mengepal kuat. "Tidak akan kubiarkan Jaemin pergi dariku. Tidak ada seorang pun yang bisa memisahkan kami."

Haechan memainkan cincin mainan yang kini dijadikan kalung olehnya. "Jaemin janji mau menikah denganku. Jaemin tidak akan mengingkari janji masa kecilnya!"

Haechan! Haechan manis! Jaemin suka, nanti kalau udah besar nikah sama Jaemin ya. Ini cincin Jaemin buat untuk Haechan.

***

November 1st, 2020

Skenario Cinta (Jaemin Chenle) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang