He was mine

920 30 1
                                    

 LEE YU-BI POV 

"Ya! Lee Yu-bi. Cepat bangun atau kau akan terlambat ke kampus." Seseorang mengguncang-guncangkan badanku.

Aku membuka mataku sedikit. "Hm? Jam berapa sekarang, Eomma?" Ku renggangkan badanku yang masih terasa malas untuk bangkit dari kasur.

"Jam  setengah enam pagi, cepat bangun. Eomma tidak sempat membuatkanmu sarapan, jadi kau harus memasak sendiri. Ohya! Kamu sekarang harus mulai membiasakan diri untuk bangun dengan alarmmu. Eomma tidak bisa selalu membangunkanmu, kamu sudah besar sekarang, araso?" Eomma menatapku tegas.

"Ne, Eomma," jawabku masih setengah sadar.

"Eomma dan Appa berangkat ya," ucap eomma sebelum menghilang di balik pintu.

Aku mengangguk walaupun sudah tidak ada eomma lalu dengan malas aku bangkit dari tidurku untuk membuka jendela kamar.

Aaah udara pagi memang paling menyegarkan dan dingin.

Hanya dengan sehirup udara pagi, energiku pulih kembali dan kantukku hilang. Ya, setidaknya untuk saat ini. Aku pun mulai melakukan streching, agar badanku bisa relax dan nyaman untuk melanjutkan aktivitas membosankan. Ya begitulah, rumah - kampus - toko buku - toko musik - rumah. itulah realita kehidupanku. Kalau bahasanya anak kuliahan, aku tergolong mahasiswa kupu-kupu, alias kuliah-pulang kuliah-pulang. Well, not bad. Aku lebih senang dengan kehidupan itu dibandingkan harus ikut perkumpulan dengan serangkaian kegiatan yang menurutku hanya akan membuang waktu. Lagipula, hanya sekian persen manusia di dunia ini yang bisa cocok denganku, dan aku tidak masalah dengan itu.

Aku berjalan menuju kamar mandi, membasuh mukaku dan bersiap melakukan eksperimen pagi di dapur. Selain kamar tidur, dapur adalah tempat favoritku. Aku bisa mengekspresikan pikiranku menjadi sesuatu yang lezat, menikmati hasilnya dengan lidahku, dan menyimpannya dalam lambungku. Terdengar aneh, namun eksperimen ini sangat menyenangkan. Kadang aku berpikir, menjadi juru masak akan menyenangkan, aku suka masak dan aku suka makan, lengkap sudah kebahagiaanku. Namun apalah daya, imajinasi dan realita tidak pernah berbanding lurus untukku. Di dunia ini hanya satu orang yang dapat memberikan ekspresi bangga atas jerih payah eksperimenku, dan itu aku.

"Hmm what should i cook today? Woah ada jagung, wortel, buncis dan telur puyuh, perfect! Saatnya menikmati sayur pelangi."

***ღღ***

 Hello morning.

Batinku saat melangkahkan kakiku keluar rumah. Menggunakan kemeja putih dilapis sweater pink tipis, rok cream sedengkul, sepatu kets putih dan ransel coklat yang lumayan besar untuk membawa keperluan kuliahku, kupasakangkan headset di telinga mungilku. Dan aku berjalan menuju halte bis.

Tidak perlu menunggu lama di halte, bis tujuanku datang. Seperti biasa, jam segini tidak banyak orang yang memenuhi bis, paling  hanya segerombalan siswa/siswi yang membicarakan update tentang idol mereka, dan itulah yang kutunggu.

"OmonaOppa ganteng sekali, kya!" teriak seorang gadis yang kemudian menarik perhatianku.

"Ya! Bisakah kau diam sebentar? Aku sedang menikmati suaranya. Ah~ suara Kyungsoo oppa," ucap teman di sebelahnya.

"Ya! kenapa kau membentakku?" balas gadis pertama tidak mau kalah.

Aku tersenyum mendengarkan percakapan kedua siswi itu. Kyungsoo oppa? Sudah tidak jarang lagi aku mendengar nama itu dimana-mana. Dua tahun sudah aku selalu mendengarkan nama itu disebut-sebut oleh banyak kalangan perempuan, bahkan kalangan laki-laki pun juga banyak yang membicarakannya. Dua tahun itu pula, hatiku terasa sakit setiap mendengar namanya.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang