My Happiness

419 22 0
                                    

DO KYUNGSOO POV

Yu-bi? Lee Yu-bi? Apakah itu kamu? Sudah lama aku tidak melihat wajahmu. Bagaimana kehidupanmu sekarang? Apakah kau masih senang melakukan pekerjaan rutinmu itu? Rasanya tidak mungkin kalau kau tidak melakukannya, kau akan menjadi gila jika tidak melihat oppa-mu walau hanya sehari. Ah kegilaanmu itu, aku menyukainya.

Dia pergi begitu saja saat melihatku. Seakan tidak mengenaliku. Dasar aneh! Di saat tidak ada yang memperhatikanku, kau berusaha menjadi temanku. Sekarang, di saat aku mulai dikenal banyak orang, kau malah berusaha menjadi orang asing padaku.

"Kyungsoo-ya! Ayo cepat, kita harus segera kembali ke dorm." Suara Chanyeol menyadarkanku dari lamunanku. Aku berjalan menyusulnya, beberapa langkah lagi menuju keluar gedung, aku berhenti.

Aku harus bertemu dengannya. Batinku.

"Chanyeol-ah. Kau duluan saja, ada seseorang yang ingin aku temui dulu." Aku memutar arah meninggalkan Chanyeol yang menatapku heran.

Aku pun berjalan menyusuri satu lantai gedung seni, namun sosoknya tidak kutemukan. Apakah sosok tadi bukanlah dia? Ah, tidak mungkin. Aku sudah sangat mengenalnya, mana mungkin aku salah melihat orang.

Tapi ia tak kunjung kutemukan.

"Yoboseyo?" Aku mengangkat ponselku.

"Ya! Kyungsoo-ya! Cepat kembali atau kau ku tinggal!" teriak Chanyeol yang membuat telingaku sakit. Ah orang ini!

"Ne."  Aku menutup panggilannya. Mungkin tidak hari ini, pikirku.

Aku menuju tempat parkir. Di sana Chanyeol sudah memberikan mimik kesalnya padaku.

"Ya! Kau ini! Kemana saja kau?" hardiknya.

"Mianhe," jawabku pelan. Energiku terasa habis sudah, bukan karena kelelahan mencarinya, namun karena aku tidak menemukannya.

Saat itulah aku sadar. Aku sangat merindukan dirinya.

***ღღ***

FLASHBACKMei 2012

"Ya! Kyungsoo-ya! Sejak kapan kau menjadi seorang idol?" Suara cempreng terdengar dari ponselku. Ah gadis ini! "Ya! Jawab aku, jangan diam saja. Kau mau mati, hah?" Terdengar jelas sekali dia marah padaku. Suaranya yang khas membuatku tersenyum, ingin rasanya aku melihat wajah kesalnya saat ini.

"Yu-bi, bisakah kau menurunkan volume suaramu?" tanyaku tenang.

"Kau!" terdengar dia menghela nafas, "di mana kau sekarang?" Nada suaranya melembut.

"Aku berada di dorm bersama para member lainnya."

Aku menunggu ucapannya, namun tak kunjung datang.

Ada apa dengannya? Dia terdiam tanpa mengucapkan sepatah katapun. "Yu-bi? Kau masih disana kan?"

"Hm..," gumamnya.

"Ada apa denganmu? Bukankah seharusnya kau menanyakan banyak hal padaku?"

"Hm, entahlah. Aku, aku tidak tahu ingin menanyakan a-apa." Mulai terdengar isak tangisnya. Ada apa dengannya?

"Yu-bi, mengapa kau menangis?" tanyaku sedikit panik.

"Entahlah. Aku juga tidak mengerti..." Tangisannya membuatku membisu. Aku seperti merasakan kegundahannya. Diam mendengarkan tangisannya saat jarak kami terpisah, menjadi tindakan yang paling bijak saat ini.

Setelah beberapa menit keheningan yang terjadi di percakapan kami, terdengar dia mengatur nafasnya, memulai untuk bicara.

"Ada banyak hal yang ingin ku sampaikan padamu." Suaranya parau.

Sampaikan? Bukankah lebih tepat tanyakan?

"Ayo bertemu!" responku padanya.

"Kapan?"

"Akhir bulan ini."

"Baiklah." Dia memutus sambungan telepon kami begitu saja. Memang ini bukan kali pertama dia melakukannya, namun ini kali pertamanya aku merasa aneh dengan sikapnya.

Sekarang aku yang memiliki segudang pertanyaan atas ucapan dan tindakanmu. 

***ღღ***

Aku memejamkan mata, membenarkan posisi dudukku senyaman mungkin. Kemunculannya sukses membuatku tidak bisa lepas dari bayangannya lagi. Bagaimana pun jalan kami yang terpisah saat ini, dia telah menjadi bagian dari perjalananku yang sunyi, menghiasinya dengan indah. Dan dia jugalah, yang meretakkan perjalanan itu seketika. Seberapa jauh pun dia menghindar dariku, aku tidak akan pernah bisa membuangnya dari pikiranku.

"Aku merindukanmu, Yu-bi," gumamku tanpa menyadari keberadaan Chanyeol di sampingku yang kini menatap tajam ke arahku.

"Yu-bi? Aaaah, jadi saat kau pergi itu mencari seorang gadis bernama Yu-bi?" Terdengarlah tawa khas Chanyeol yang menjengkelkan itu.

"Diamlah," balasku tanpa tertarik dengan godaannya.

"Ceritakan padaku tentang gadismu itu?"

Aku tidak akan memberitahumu, batinku.

"Ya! Kyungsoo-ya. Ceritakan padaku, aku ingin mendengar kisahmu," paksanya.

Aku merubah posisi dudukku ke arah jendela, berusaha sebisa mungkin menghindar dari godaan Chanyeol. Lelah dengan bayang-bayang Yu-bi, aku membuka mataku, berusaha mencari pemandangan lain. Bersamaan dengan itu pula, aku mendapatkan sosok Yu-bi sedang duduk di halte bis memakai headset dan menggenggam ponselnya.

"Yu-bi!" Sontak, aku terbangun dari posisiku, berusaha membuka kaca jendela untuk memanggil nama gadis itu. Tapi Chanyeol menahan tanganku.

"Jangan! Kau hanya akan membuat situasi sulit," cegahnya.

"Dia hanya temanku. Apa salahnya menyapa teman? Ahjussi, hentikan mobilnya, aku ingin turun."

"Pabo! Kau pikir mereka akan mengerti kalau kalian hanya berteman?"

"Tidak masalah, jika memang terjadi situasi sulit, aku bisa menjelaskannya."

"Ya, Kyungsoo-ya! Kau pikir situasi sulit bisa semudah itu kau selesaikan? Baiklah kau memang bisa menyelesaikannya, tapi bagaimana dengan posisi gadismu itu? Apakah kau terpikir, kehidupan yang akan di alaminya nanti jika kau melakukan tindakan cerobohmu itu?"

Aku terhenyuk dengan perkataan Chanyeol. Dia benar. Aku tidak boleh egois, hanya karena merindukannya, aku bisa membuat kehidupannya sulit. Aku pun terdiam, menyandarkan kembali punggungku ke kursi.

Bukankah kita terpisah karena alasan itu? Bagaimana bisa aku lupa dan berusaha menghancurkan kehidupan yang kita jaga selama dua tahun ini? Pabo.

Rasa sakit itu pun muncul lagi. Sekarang bukan hanya bayang-bayangnya yang menggangguku, tapi rasa sakit yang sudah lama aku buang, kini kembali hadir. Hanya tinggal menunggu waktu untukku kembali mengingat kenangan-kenangan aku dengannya, dan jika itu terjadi, maka kesabaranku telah habis dan akan menyisakan luka.

Aku tidak ingin menjadi orang menyedihkan lagi, seperti dua tahun yang lalu. Saat itu terjadi, aku akan mengejarmu, kebahagiaanku.

***ღღ***

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang